Sekularisasi Pluralitas di Indonesia

48

BAB III GAMBARAN UMUM

PROFIL HARIAN KOMPAS

A. Sejarah Berdirinya Harian Kompas

Harian Kompas merupakan salah satu media cetak terbesar dan terkemuka di Indonesia. Awal mula berdirinya Kompas adalah terbitnya majalah Intisari pada 7 Agustus 1963. Ide awal penerbitan majalah Intisari datang dari PK Ojong selaku pemimpin redaksi Star Weekly dan Jakob Oetama selaku pemimpin redaksi majalah Penabur ingin menerobos isolasi pembaca dari kurangnya akses informasi. 1 Awal terbit majalah Intisari dengan 22 artikel, dan tiras pertama sebanyak 10.000 eksemplar habis terjual. Ukuran majalah Intisari kecil 14 x 17,5 cm, dan tebalnya 128 halaman, hitam putih dan tanpa cover. Jakob Oetama menjadi pemimpin redaksinya, dan PK Ojong bersama Adi Subrata sebagai penulis berita. 2 Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas. Hal ini disebabkan oleh PKI yang melakukan kegiatan sepihak dengan melakukan penyerobotan tanah negara, bahkan menyuarakan perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara yang sah yaitu ABRI. Kemudian datang ide dari Letjen Ahmad Yani selaku MenteriPangad meminta Frans Seda selaku Ketua Partai Katolik dan juga Menteri Perkebunan agar Partai Katolik memiliki sebuah koran sebagai corong partai. 1 FA Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi Misi Kompas, diakses pada 01 Juli 2011 dari Pusat Informasi Kompas. 2 FA Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi Misi Kompas, diakses pada 01 Juli 2011 dari Pusat Informasi Kompas. Pada saat itu semua partai sudah mempunyai media, dan permintaan itu dimaksudkan juga oleh Ahmad Yani untuk membendung hegemoni PKI. Kemudian Frans Seda menemui Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama agar mempersiapkannya. Namun Ojong dan Jakob semula keberatan sebab kondisi sosial politik ekonomi tidak mendukung. Mereka bersedia kalau usulan mereka agar koran baru itu adalah koran umum dan bukan koran partai. Tetapi dikonsep sebagai Indonesia kecil, dalam arti membangun sebuah Indonesia yang majemuk dari berbagai hal. Usulan mereka disetujui Frans Seda, Kasimo, dan tokoh-tokoh partai Katolik lainnya. 3 Pada awalnya surat kabar baru itu bernama Bentara Rakyat. Penggunaan nama tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Kemudian ketika Frans Seda menghadap presiden Soekarno di Istana Merdeka, Bung Karno mengusulkan nama Kompas yang berarti sebagai penunjuk arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba. Jadilah koran itu bernama Kompas, sedangkan Bentara Rakyat dipakai sebagai nama penerbit koran tersebut. 4 Maka pada tanggal 28 Juni 1965 terbitlah Kompas di tengah usaha untuk menembus situasi keterbatasan informasi yang terjadi pada saat itu. Kompas berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras awal sebanyak 4800 eksemplar. Sejak tahun 1969 Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional menjadi 63.747 eksemplar. Pada tahun 1980-an oplah Kompas mencapai 600.000 eksemplar. Bahkan pada saat ulang tahun Bung Karno ke 100, oplah Kompas mencapai 3 Wawancara via email dengan Wakil Pemimpin Umum Kompas - St. Sularto pada 26 Juni 2011. 4 FA Santoso, Sejarah, Organisasi, dan Visi Misi Kompas, diakses pada 01 Juli 2011 dari Pusat Informasi Kompas.