62 Kemudian pada perjanjian 3 Oktober 2007, Korea Utara setuju bahwa
pihaknya akan membuat deklarasi yang benar dan lengkap dari semua program nuklir yang dimilikinya. Termasuk klarifikasi mengenai isu uraniumnya selama ini dan
menonaktifkan fasilitas nuklir Yongbyon. Pyongyang juga setuju untuk membongkar semua fasilitas nuklir lainnya berdasarkan Joint Statement 2005 dan pihaknya tidak
akan mentransfer material dan teknologi nuklirnya ke negara lain Lihat lampiran IV.
Pembongkaran program nuklir Korea Utara belum dapat diimplementasikan dalam aksi nyata. Isu pembongkaran program nuklir Korea Utara tersebut hanyalah
sampai pada titik kesepakatan semata. Walaupun Korea Utara sempat menutup fasilitas nuklirnya pada Juni 2007 sebagaimana yang dilaporkan IAEA, namun
penutupan tersebut hanya sementara. Buktinya Korea Utara menghidupkan dan melanjutkan kembali program nuklirnya setelah pembicaraan menemui jalan buntu.
Untuk itu, tujuan utama Six Party Talks untuk melakukan denuklirisasi di Korea Utara belum berhasil diwujudkan.
Hambatan dalam mencapai tujuan Six Party Talks tersebut dikarenakan konflik internal antar negara anggota Six Party Talks itu sendiri. Selain itu, konflik
kepentingan menjadi pemicu gagalnya mengimplementasikan kesepakatan yang telah dibuat.
c. Normalisasi Hubungan antar Anggota Six Party Talks
63 Normalisasi hubungan antar anggota Six Party Talks menjadi salah satu
pencapaian Six Party Talks. Pencapaian ini sangat penting mengingat hubungan antar anggota Six Party Talks sebelum pendirian forum multilateral ini sangat renggang.
Khususnya hubungan antara Korea Utara-AS, Korea Utara-Korea Selatan, dan Korea Utara-Jepang yang selalu mengalami pasang surut.
Setelah negara-negara tersebut dipertemukan dalam forum multilateral seperti Six Party Talks, perlahan hubungan antar negara di atas mulai membaik. Hal ini
terlihat ketika AS yang sebelumnya menyatakan tidak akan membuka dialog dengan Korea Utara, akhirnya bersedia membuka dialog dengan Korea Utara dibawah
kerangka multilateral. Forum multilateral seperti Six Party Talks memungkinkan dilakukannya pembicaraan bilateral antar anggotanya.
Bahkan lebih jauh, salah satu poin dalam Joint Statement yang telah disepakati oleh semua negara anggota Six Party Talks 19 September 2005, AS dan
Korea Utara berjanji akan menghormati kedaulatan masing-masing, hidup bersama secara damai, dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan
mereka. Korea Utara dan Jepang juga mengambil langkah-langkah kongkrit untuk memperbaiki hubungan antar kedua negara Lihat tabel IV.A.1.
Pembicaraan bilateral antara AS dan Korea Utara mengenai masalah Banco Delta Asia BDA Macau merupakan rangkaian pembicaraan bilateral kedua negara
untuk memperbaiki hubungan mereka. Jadi pembicaraan bilateral ini bukanlah kali pertama digerlar antar kedua negara. Sebelumnya pada 9 Juli 2005, pembicaraan
64 bilateral antara AS dan Korea Utara sempat digelar untuk membahas mengenai
ketegangan yang sempat terjadi akibat AS memberikan sanksi dengan cara pemutusan hubungan ekonomi dengan Korea Utara. Akan tetapi, setelah pembicaraan
bilateral tersebut diselenggarakan, akhirnya kedua negara sepakat untuk menyelesaikan masalahnya secara damai.
Normalisasi hubungan antar anggota Six Party Talks mulai terlihat kembali setelah perjanjian 3 Oktober 2007 disepakati. Terdapat kemajuan dalam hubungan
Korea Utara dengan Jepang. Dimana pembicaraan bilateral kedua negara pada 13 Agustus 2008 menghasilkan sebuah kesepakatan mengenai normalisasi hubungan
antara Korea Utara dan Jepang. Kemudian kedua belah pihak sepakat untuk mencabut larangan bepergian warganya ke Korea Utara dan Jepang, serta mendiskusikan
penghapusan larangan bagi Korea Utara mengakses pelabuhan Jepang Mun 2009, h.124.
Selain itu hubungan bilateral Korea Utara dengan Korea Selatan juga semakin dekat. Hal ini dapat dilihat ketika Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun melakukan
kunjungan ke Pyongyang pada 4 Oktober 2007. Kunjungan tersebut dilakukan untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il. Pertemuan ini membahas
prospek rekonsiliasi dan kerjasama ekonomi antar kedua negara. Pertemuan ini adalah pertemuan kedua kalinya dalam sejarah dimana diskusi tingkat tinggi tersebut
telah terselenggara Ceuster dan Melissen 2008, h.15.
65 Pertemuan tingkat tinggi antara presiden Korea Utara dan Korea Selatan
berakhir dengan menghasilkan delapan poin deklarasi bersama dimana kedua belah pihak setuju mengambil langkah-langkah menuju reunifikasi, meredakan ketegangan
militer, memperluas pertemuan keluarga yang terpisah, serta terlibat dalam pertukaran sosial dan budaya. Deklarasi ini juga menandakan adanya pemahaman
bersama oleh kedua negara sebagai suatu kebutuhan untuk mengakhiri mekanisme gencatan senjata saat ini dan membangun mekanisme perdamaian abadi.
Pertemuan Korea Utara dan Korea Selatan ternyata tidak menghasilkan tindakan nyata. Hal ini disebabkan terpilihnya Presiden Lee Myung-bak sebagai
Presiden Korea Selatan pada 25 Februari 2008 yang merubah arah kebijakan negara tersebut. Dalam kepemimpinannya, Lee Myung-bak mencoba meninjau kembali
kebijakan rekonsiliasi sebelumnya yang dianggap hanya bersifat jangka pendek. Lee Myung-bak lebih mendukung penerapan sikap keras terhadap Korea Utara untuk
segera melakukan denuklirisasi. Sifat fleksibiltas forum multilateral Six Party Talks yang memungkinkan
terjadinya pembicaraan bilateral menjadi poin istimewa bagi negara-negara yang ingin melakukan pembicaraan empat mata untuk menyelesaikan masalah mereka
secara damai melalui dialog. Hal ini seperti yang dilakukan AS - Korea Utara dan Korea Selatan - Korea Utara. Sejumlah pembicaraan bilateral tersebut mungkin tidak
akan pernah terjadi apabila tidak didorong oleh forum multilateral seperti Six Party Talks.
66 Berbagai kesepakatan yang tercapai antar kedua negara di atas memang tidak
semua terlaksana sepenuhnya. Jika melihat implementasinya, terdapat kesepakatan yang belum dapat dilaksanakan hingga forum ini berhenti pada 2009. Oleh
karenanya, tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kesepakatan yang telah tercapai antar kedua negara hanya bersifat sementara dan berlaku jangka pendek karena
ketiadaan aturan hukum yang mengikat. Dengan demikian kehangatan hubungan antar anggota Six Party Talks hanya berlaku jangka pendek dan sementara.
d. Meningkatkan Kerjasama Negara Anggota Six Party Talks dengan Korea