73 Februari 2007, dan Agreement 3 Oktober 2007 yang belum mampu dilaksanakan
sepenuhnya. Walaupun pencapaian tersebut belum dapat diimplementasikan sepenuhnya dalam aksi yang nyata, akan tetapi setidaknya Six Party Talks yang telah
berjalan selama enam tahun berhasil menghentikan sementara program nuklir Korea Utara dan menciptakan perdamaian untuk meredam aksi agresif Korea Utara dalam
mengembangkan nuklirnya tahun 2007.
B. Faktor Penghambat Six Party Talks dalam Mewujudkan Denuklirisasi di
Korea Utara
Dalam sebuah proses negosiasi atau diplomasi terkadang tidak berjalan mulus. Hal ini disebabkan terdapat beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi
jalannya sebuah negosiasi atau diplomasi. Berbagai faktor penghambat tersebut sebaiknya terus dievaluasi agar sebuah diplomasi dapat berjalan dengan lancar,
sehingga tercapai kata mufakat.
Diplomasi multilateral seperti Six Party Talks sedianya dapat menjadi trigger bagi keberlangsungan proses denuklirisasi di Korea Utara. Namun, hingga
berakhirnya pembicaraan tahun 2009, proses denuklirisasi yang menjadi tujuan utama menemui jalan buntu dengan vakumnya Six Party Talks dalam mencari solusi untuk
mengakhiri program senjata nuklir di Korea Utara. Kevakuman Six Party Talks ini diawali dengan keluarnya Korea Utara dari forum tersebut pada April 2009 Kimball
2012. Adapun faktor penghambat Six Party Talks diantaranya:
1. Konflik Kepentingan Conflict of Interests
74 Ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea pada dasarnya tidak akan
pernah terlepas dari warisan sejarah, yakni Perang Dingin. Perang ideologi tersebut telah menyisakan serpihan nuklir di berbagai kawasan. Kompleksitas kepentingan
antara negara besar core country dan negara aliansi pheriphey serta hubungan antar pheriphey menimbulkan konflik kepentingan yang cukup rumit untuk
diselesaikan dan memerlukan kesabaran serta kecermatan dalam mengambil sebuah keputusan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa anggota Six Party Talks terdiri dari Korea Utara, Korea Selatan, Cina, Jepang, AS, dan Rusia. Alasan keterlibatan Korea Utara,
Korea Selatan, Cina, dan Jepang dalam Six Party Talks sudah pasti karena keempat negara tersebut memiliki keterkaitan langsung terhadap isu nuklir Korea Utara,
dimana keempat negara tersebut berada dalam satu kawasan. Akan tetapi keterlibatan AS dan Rusia dalam forum tersebut diposisikan sebagai dua negara yang memiliki
concern dan pengaruh terhadap isu nuklir dunia serta pengaruh yang kuat di kawasan ini.
Keterlibatan negara besar serta negara aliansi di dalam Six Party Talks inilah yang menyebabkan terjadinya konflik kepentingan dalam forum multilateral tersebut.
Oleh karena itu, secara garis besar forum multilateral ini terbagi ke dalam dua aliansi. Pertama, aliansi AS dengan Jepang dan Korea Selatan. Kemudian yang kedua yaitu
aliansi Rusia dengan Cina dan Korea Utara. Kedua aliansi ini terkadang memiliki
75 perbedaan perspektif dan silang kepentingan yang cukup menghambat penyelesaian
isu nuklir Korea Utara. Perbedaan perspektif tersebut misalnya dalam hal kepemilikan nuklir Korea
Utara. AS, Jepang, dan Korea Selatan menginginkan pembongkaran program nuklir Korea Utara secara keseluruhan. Akan tetapi, Korea Utara yang memposisikan
sebagai aktor menganggap bahwa kepemilikan nuklir tersebut merupakan hak setiap negara dan Korea Utara tidak akan menutup semua program nuklirnya, karena akan
digunakan untuk kepentingan energi dalam negeri. Sikap Korea tersebut didukung Cina dan Rusia yang mendukung program nuklir Korea Utara untuk tujuan damai.
Terlebih, kepemilikan nuklir merupakan hak Korea Utara yang memiliki kedaulatan negara secara penuh.
Adapun silang kepentingan yang terjadi dalam Six Party Talks yaitu mengenai motif keterlibatan negara-negara tersebut dalam Six Party Talks. Keterlibatan Korea
Selatan dan Jepang dalam Six Party Talks sangat mudah ditebak karena posisi negara tersebut yang berdekatan dengan Korea Utara. Kedua negara tersebut sebenarnya
merasa terancam oleh nuklir Korea Utara karena kedua negara tersebut merupakan aliansi AS. Sehingga kedua negara tersebut menginginkan pembongkaran nuklir
Korea Utara dan menghendaki pergantian rezim Korea Utara yang berkuasa agar Korea Utara segera mengakhiri program nuklirnya.
AS sebagai aktor penting dalam Six Party Talks sudah dapat kita lihat motif atau kepentingannya dalam Six Party Talks. Tentara AS yang dahulu sempat
76 membantu Korea Selatan melawan Korea Utara dalam Perang Korea serta terciptanya
Perang Dingin antara AS dengan Uni Soviet beserta aliansinya menambah deretan panjang keterlibatan AS di kawasan ini. AS berkepentingan mengamankan wilayah
Korea Selatan dan Jepang yang menjadi aliansi AS. AS juga memberikan prioritas tinggi mengenai isu nuklir ini, karena isu nuklir Korea Utara tersebut dapat
membahayakan stabilitas kawasan dan internasional. Akan tetapi, di sisi lain Cina dan Rusia memiliki silang kepentingan terhadap
isu nuklir Korea Utara. Walaupun paska keruntuhan blok sosialis, Cina dan Rusia mencoba merubah dukungannya kepada Korea Utara bukan karena faktor ideologi.
Akan tetapi lebih menekankan pada faktor ekonomi Park dan Kim 2012, h.90. Terlebih paska Perang Dingin, Cina memang menjadi satu-satunya sekutu Korea
Utara yang dapat dipercaya diantara beberapa negara sosialis yang masih tersisa. Sebagaimana kita ketahui bahwa Cina saat ini memainkan peran penting
dalam sektor perekonomian dan pertahanan. Cina akan selalu menjaga stabilitas kawasan Semenanjung Korea untuk mengamankan kepentingan ekonomi dan
pertahanannya. Korea Utara menjadi pasar berbagai produk Cina, sehingga Cina memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas pasarnya. Disamping itu, dari segi
pertahanan, Cina secara tidak langsung membutuhkan Korea Utara untuk mencegah terjadinya serangan darat yang bisa dilakukan kapanpun oleh AS melalui pasukannya
di Jepang.
77 Adapun kepentingan Rusia dalam perundingan Six Party Talks ini yaitu
memperkuat eksistensi Rusia di kawasan, dimana situasi geopolitik Rusia tidak dapat diabaikan dalam menjaga stabilitas Semenanjung Korea. Di sisi lain, Rusia yang
merupakan pewaris dari Uni Soviet tetap akan diperhitungkan sebagai negara besar yang memiliki pengaruh cukup besar, terutama di kawasan Asia. Kedekatan Rusia-
Korea Utara cukup terjalin erat yang ditandai oleh terciptanya kerjasama di bidang politik dan ekonomi kedua negara. Sama halnya dengan Cina, Rusia pun lebih
menekankan kerjasama dengan Korea Utara atas motif ekonomi semata, bukan lagi karena faktor ideologi. Oleh karena itu, Rusia pun tidak ingin stabilitas pasarnya
terganggu.
2. Juche Idea dan Songun Policy