66 Berbagai kesepakatan yang tercapai antar kedua negara di atas memang tidak
semua terlaksana sepenuhnya. Jika melihat implementasinya, terdapat kesepakatan yang belum dapat dilaksanakan hingga forum ini berhenti pada 2009. Oleh
karenanya, tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kesepakatan yang telah tercapai antar kedua negara hanya bersifat sementara dan berlaku jangka pendek karena
ketiadaan aturan hukum yang mengikat. Dengan demikian kehangatan hubungan antar anggota Six Party Talks hanya berlaku jangka pendek dan sementara.
d. Meningkatkan Kerjasama Negara Anggota Six Party Talks dengan Korea
Utara Dalam menyetujui
Joint Statement 19 September 2005 mengenai pembongkaran program nuklir Korea Utara, Pyongyang tentu mengharapkan
kompensasi atau imbalan yang akan diberikan. Imbalan tersebut salah satunya pemberian bantuan internasional bagi Korea Utara oleh negara anggota Six Party
Talks, di samping penghapusan sanksi ekonomi yang selama ini dibebankan kepada Korea Utara.
Keenam pihak sepakat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di bidang energi, perdagangan, dan investasi. Cina, Jepang, Korea Selatan, Rusia dan AS
menyatakan keinginannya menyediakan bantuan energi untuk Korea Utara. Bahkan, Korea Selatan menegaskan kembali proposalnya pada 12 Juli 2005 tentang
penyediaan 2 juta kilowatt tenaga listrik sebagai bantuan energi bagi Korea Utara.
67 Pemberian bantuan oleh negara anggota Six Party Talks kepada Korea Utara
menjadi salah satu bentuk kerjasama di bidang energi. Pemberian bantuan ini dianggap sebagai insentif, yaitu sebuah keuntungan yang tidak mungkin dapat
tercapai kecuali melalui kerjasama. Insentif ini diharapkan dapat mendorong Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya, dimana dengan menghentikan
program nuklirnya tersebut, maka Korea Utara akan mendapatkan keuntungan berupa bantuan energi dan peningkatan ekonomi.
Dalam meningkatkan kerjasama ekonomi bidang perdagangan, Korea Utara meminta penghapusan sanksi ekonomi yang dilakukan AS terhadap Korea Utara.
Termasuk mencairkan aset Korea Utara yang ada di Banco Delta Asia Macau yang telah dibekukan AS. Sanksi tersebut dilakukan setelah AS mendapatkan laporan
mengenai pencucian uang oleh Korea Utara dari hasil perdagangan senjata dan perdagangan obat terlarang. Untuk itu, AS mengabulkan permintaan Korea Utara
dengan mencairkan aset Korea Utara di Banco Delta Asia Macau. Selain mencairkan aset Korea Utara di Banco Delta Asia Macau, AS setuju
untuk memulai proses menghapus Pyongyang dari daftar negara sponsor terorisme dan menghentikan penerapan “Trading with the Enemy Act” terhadap Korea Utara.
Dengan dihapusnya penerapan “Trading with the Enemy Act” terhadap Korea Utara, maka Korea Utara dapat membuka kembali perdagangannya dengan AS Ceuster dan
Melissen 2008, h.17.
68 Untuk mengimplementasikan bantuan energi bagi Korea Utara, maka
dilakukan pengiriman awal sebesar 50.000 ton bahan bakar minyak berat untuk Korea Utara sebagai kompensasi atas rencana penghentian program nuklir Korea Utara.
Bantuan ini sebagaimana yang tercantum dalam Beijing Agreement 13 Februari 2007 dimana action plan tersebut menjelaskan bahwa semua anggota Six Party Talks
menyetujui pemberian bantuan energi, ekonomi, dan bahan bantuan kemanusiaan yang setara dengan 950.000 ton bahan bakar minyak berat bagi Korea Utara Lihat
table IV.A.1. Hingga Desember 2008, Korea Utara telah menerima bantuan energi sekitar 550.000 ton bahan bakar minyak berat.
Pengiriman bantuan energi ini dihentikan ketika Korea Utara menolak perjanjian verifikasi program nuklirnya hingga akhirnya melakukan serangkaian
peluncuran roket sebagai bagian dari tes uji coba nuklirnya pada 5 April 2009. Peluncuran roket tersebut mengundang kritik keras dari DK PBB yang mengeluarkan
Resolusi 1874 pada 13 April 2009 UNSC 2009. Resolusi tersebut menyebabkan Korea Utara memutuskan mundur dari Six Party Talks.
Keluar-masuknya Korea Utara dari Six Party Talks menandakan adanya sebuah masalah dalam forum ini. Berbagai perjanjian yang telah disepakati oleh
anggota Six Party Talks memang tidak mengikat secara hukum karena Six Party Talks hanyalah institusi ad hoc sementara. Tidak adanya aturan yang mengikat
secara hukum menjadi hambatan atas kelancaran forum multilateral ini. Untuk itu, ketiadaan aturan yang mengikat ini membuat Korea Utara dengan mudahnya dapat
69 keluar-masuk Six Party Talks dan melanggar perjanjian-perjanjian yang telah
disepakati bersama. Pemberian bantuan bagi Korea Utara yang selama ini dilakukan Six Party
Talks ternyata belum menandakan adanya hasil yang nyata dalam membongkar program nuklir Korea Utara. Bantuan tersebut memang telah mendorong Korea Utara
untuk menutup fasilitas nuklir dan kegiatan dalam mengembangkan program nuklirnya walaupun hanya memiliki efek jangka pendek. Walaupun begitu,
setidaknya Six Party Talks mampu mengurangi produksi bahan bakar nuklir yang dilakukan Korea Utara.
e. Menjaga perdamaian dan Stabilitas Kawasan Semenanjung Korea dan