IV.1.2.1 Frame Berita 1.
Frame berita 22 Januari 2010
Judul: Tiga Bulan
Pemerintahan Surat Kabar Cenderung Bersifat “Keras”
Defining Problem
Dalam berita ini Kompas melihat sebuah fenomena terkait 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Kompas ingin menyattakan sebuah fakta yaitu
adanya kecenderungan dari beberapa media dalam penulisan berita 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Berita-berita yang dimunculkan oleh berbagai
media seperti televisi, surat kabar, radio, dan internet cenderung bernada negatif. Hal ini dapat dipertanggungjawabkan oleh Kompas karena Kompas tidak
mengutip perkataan ataupun pandangan pihak tertentu, tetapi berdasarkan fakta yang ditemukan melalui penelitian oleh pihak mereka sendiri. Sumber berita dari
Litbang Kompas semakin mempertegas bahwa data yang mereka temukan adalah data valid yang dapat diuji independensinya. Hal ini dituangkan Kompas dalam
lead berita, yaitu: “Selama kurun waktu tiga bulan pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono-Boediono, sorotan surat kabar bernada negative lebih banyak dibandingkan dengan yang positif terhadap kinerja mereka”
Dalam melihat kinerja permerintah, Kompas mencoba menilik dari sisi politik dan hukum, sehingga berita ini ditempatkan dalam rubrik politik dan
hukum. Isu ini juga dikaitkan dengan beberapa kasus seperti kasus Bank Century. Kasus ini menjadi contoh kasus yang sangat memperngaruhi pandangan terhadap
kinerja pemerintah sekaligus menjadi momok yang memperngaruhi persepsi
Universitas Sumatera Utara
publik. Perhatian surat kabar yang sangat kritis terhadap kinerja pemerintahan ini tampak pada awal berita yang ditampilkan oleh Kompas.
Diagnose Causes
Dalam berita yang diangkat oleh harian Kompas, sumber masalahnya adalah perhatian media cetak surat kabar diantaranya Kompas, Media Indonesia, Koran
Tempo, Seputar Indonesia, Republika, dan Indopos yang bersikap kritis. Sejumlah kasus mafia peradilan, proses pemeriksaan pejabat di DPR, gaya kepemimpinan
Presiden, serta kasus KPK dan Polri dianggap menjadi penyebab kesan buruk terhadap kinerja pemerintahan. Pemerintah sebagai ujung tombak negara dalam
mengelola negara akan selalu menjadi obyek pemberitaan. Dijelaskan bahwa, secara umum beberapa surat kabar harian memberikan porsi yang seimbang baik
kepada Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri untuk ditampilkan dalam sebuah berita, dan dari keseluruhan berita yang muncul terdapat kecenderungan berisfat
negatif. Permerintah beserta jajarannya menjadi sorotan tajam, karena terkait dengan keberlangsungan dan keberhasilan yang telah dicapai dalam tiga bulan
pertama. Dalam berita ini, hal yang menjadi sorotan adalah program kerja pemeritah,
dan kemudian gaya kepemimpinan SBY. Hal yang paling disorot adalah 15 program yang diprioritaskan pemerintah selama 100 hari pertama. Tetapi dalam
100 hari tersebut proporsi berita keberhasilan yang dicapai tenggelam oleh berita lainnya tetapi tetap terkait dengan pemerintah. Persepsi publik coba diarahkan
sesuai dengan pandangan media yang mengkritisi pemerintah dan mengaitkan dengan kasus yang sedang berkembang.
Universitas Sumatera Utara
Make Moral Judgement
Hal-hal yang dilakukan oleh pemeritah adalah hal yang sepatutnya diketahui oleh khalayak dan media berkewajiban memberikan informasi. Informasi yang
diberikan oleh media sangat mempengaruhi pandangan ataupun penilaian khalayak terhadap pemerintah. Dalam berita ini dijelaskan, apa yang disorot oleh
media, begitu juga dengan masyarakat. Kompas mencoba mengatakan bahwa media khususnya surat kabar mencoba memberikan informasi yang ingin
diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Oleh karena masyarakat resah akan adanya sebuah masalah, maka media berkewajiban memberikan informasi
selengkap-lengkapnya agar tidak terjadi kebingungan. Dari fakta yang ada, media mencoba memberikan informasi serta memberikan pandangan yang cukup
menguatkan persepsi pulik. Hal ini diungkapkan oleh Kompas dalam kutipannya, sebagai berikut:
“Persepsi publik atas pemberitaan media massa juga mirip dengan hasil analisis media tersebut di atas”
Selain fungsi utama media, situasi yang tidak bisa dihindari juga dianggap menjadi legitimasi mediasurat kabar dalam mengkritisi pemerintah. Alasan yang
membuat surat kabar bersikap keras, pasti ada hal yang melatar belakanginya. Hal
ini ditegaskan oleh Kompas dengan mengutip pernyataan Rosentiel seorang
peneliti media dari Amerika. Yaitu sebagai berikut: “…Ketika popularitas presiden bagus, ada kecenderungan untuk
mengangkat peristiwa-peristiwa yang membuat popular. Ketika menurun, Anda seakan-akan menggunakan lensa mencari tahu
mengapa popularitasnya merosot”
Universitas Sumatera Utara
Treatment Recommendation
Pemenuhan informasi menjadi alasan utama media dalam melakukan aktivitasnya. Selain itu, media juga harus melaksanakan fungsi kontrolnya sebagai
penyeimbang terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam rangka pelaksanaan tugas media ini, media harus diberi kebebasan dan jaminan dalam
melaksanakan fungsinya. Selain diberi kebebasan, hendaknya media juga harus bersikap independen. Hal ini coba ditekankan oleh Kompas menjadi sebuah
tawaran penyelesaian terhadap masalah pemberitaan yang terjadi selama ini. Tawaran penyelesaian ini dikutip dari pernyataan Bill Kovach dan Tom Rosentiel,
yaitu: “…pers harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.”
Tawaran penyelesaian ini menjadi kunci dalam masalah pemberitaan media yang cenderung “nyinyir” agar tidak terikat akan kepentingan tertentu, dan jika berita
yang disampaikan bernada negatif bukan semata-mata karena tekanan dari beberapa pihak. Atas dasar itu, Kompas juga menekankan pentingnya
perlindungan terhadap pers.
2. Frame berita 23 Januari 2010
Judul: Program 100 Hari
Keberhasilan di Bawah Bayang-Bayang Kasus Bank Century
Defining Problems
Dalam berita ini Kompas menyoroti masalah yang dialami oleh pemerintah selama 100 hari pertama. Pemerintahan SBY-Boediono tidak berjalan mulus
melenggang, karena berbagai tantangan yang menghadang. Kompas memandang
Universitas Sumatera Utara