Teori Hegemoni Gramsci menekankan bahwa dalam lapangan sosial ada pertarungan yang memperebutkan penerimaan public. Karena pengalaman sosial
kelompok subordinat apakah oleh kelas, gender, ras, umur, dan sebagainya berbeda dengan ideologi kelompok dominan. Oleh karena itu, perlu usaha bagi
kelompok dominan untuk menyebarkan ideologi dan kebenarannya tersebut agar diterima, tanpa perlawanan. Salah satu strategi kunci dalam hegemoni adalah
nalar awam common sense. Eriyanto,2001:107 Hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu
kelompok terhadap kelompok lain. Kelebihan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap
benar, sementara wacana yang lain dianggap salah. Ada suatu nilai atau konsensus yang dianggap memang benar, sehingga ketika ada cara pandang atau wacana lain
dianggap tidak benar. Media di sini secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai-nilai atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan
meresap dalam benak khalayak sehingga menjadi konsensus bersama.
I.5.6. Analisis Framing
Secara epistemologi, kata framing berasal dai bahasa Inggris yakni dari kata frame. Gagasan ini pertama kali dilontarkan Beterson pada tahun 1955. Mulanya
frame dimaknai sebagai sturktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebicakan, dan wacana. Dalam perspektif
komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta.
Universitas Sumatera Utara
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelittian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan
sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi Eriyanto 2005:37. Mengenai defenisi framing, beberapa ahli memberikan penekanan dan
pengertian yang berbeda. Meskipun berbeda, ada titik singgung utama dari defenisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana
realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana persperktif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Bahkan menurut Gitlin, frame adalah bagian yang pasti hadir dalam praktik jurnalistik.
Eriayanto,2005:66 Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih faktarealitas. Proses
memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua
kemungkinan: apa yang dipilih included dan apa yang dibuang excluded. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang
dipilih itu disajikan kepada khalayak. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua factor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan
dan penekanan isi beritanya. Ia juga menambahakan bahwa framberimplikasi penting bagi komunikasi politik. Menurutnya, frame muntut perhatian terhadap
beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen-elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan Entman inilah yang digunakan dalam penulisan ini. Dua dimensi yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya dikonsepsi oleh Entman menjadi
perangkat framing yang selalu ada dalm sebuah berita. Perangkat framing yang dimaksud meliputi pendefenisian problem Define Problems, memperkirakan
masalah atau sumber masalah Diagnose Causes, membuat keputusan moral Make Moral Judgement, menekankan penyelesaian Treatment
Recommendation. Empat perangkat framing ini merupakan “pisau analisis” framing yang digunakan untuk mengolah dan menganalisa frame sebuah
pemberitaan media.
I.6 KERANGKA KONSEP