I.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah konstruksi berita 100 hari SBY-Boediono dalam harian Kompas?”
I.3 PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan pembatasan agar dalam penelitian lebih jelas dan lebih
fokus. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut : a.
Penelitian ini bersifat kulitatif deskriptif, untuk mengetahui isi pemberitaan 100 hari kerja pemerintahan SBY-Boediono.
b. Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan pendekatan Robert
Entman. Media yang diteliti adalah media cetak harian, dalam hal ini adalah harian Kompas.
c. Berita yang diteliti adalah pemberitaan mengenai 100 hari pemerintahan
SBY-Boediono mulai tanggal 17 Januari sampai dengan 7 Februari 2010.
I.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
I.4.1 Tujuan Penelitian:
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui konstruksi berita 100 hari pemerintahan SBY-Boediono pada harian Kompas.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui pandangan dan posisi harian Kompas terkait pemberitaan
100 hari pemerintahan SBY-Boediono.
I.4.2 Manfaat Penelitian:
Manfaat dilakukannya penelitain sebagai berikut: 1.
Secara teoritis, penelitian berguna untuk memperkaya khasanah penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas
cakrawala penelitian tentang pemberitaan di media cetak. 2.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian khususnya dalam bidang Ilmu Komunikasi.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan pemikiran
kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
I.5 KERANGKA TEORI
Dalam penelitian ilmiah, yang menjadi landasan dalam berpikir adalah teori. Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan memberikan pandangan
terhadap sebuah permasalahan. Teori merupakan himpunan konstruk konsep, defenisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala
dengan menjabarkan relasi di antara variable, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6.
Universitas Sumatera Utara
I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit Purba dkk,2006:29. Ungkapan diatas tidak
dapat dipungkiri, karena komunikasi merupakan hal yang dilakukan sejak manusia lahir ke bumi. Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi
manusia yang saling memperngaruhi antara yang satu dengan yang lain sengaja atau tidak sengaja, dan tidak terbatas pada komunikasi verbal saja
Cangara,2002:20. Sama halnya dengan sosiologi, dalam merumuskan suatu defenisi yang
sekaligus dapat mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat dan hakikat dalam beberapa kalimat ditemukan kesulitan. Oleh karenanya, suatu defenisi hanya dapat
dipakai sebagai suatu pegangan yang sifatnya sementara saja. Dalam perkembangannya, banyak ahli komunikasi mendefenisikan komunikasi secara
berbeda-beda. Sejak awal abad 20 tepatnya 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika
Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science Of Communication”, dan diantaranya adalah Carl I. Hovland. Menurutnya, Ilmu Komunikasi adalah suatu
usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap a
systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed Purba dkk,
2006:29. JikaCarl I. Hovland mendefenisikan komunikasi sebagai usaha yang sistematis, maka Harold Laswell menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says
Universitas Sumatera Utara
What In Which Channel To Whom With What Effect? Yang berarti “Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh
Bagaimana?” Mulyana,2005:62. Sejalan dengan perkembangan media komunikasi, maka berkembang pula
ilmu komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca pendengar penonton yang
akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa media cetak dan elktronik.
Sebab, awal perkembangannya, komunikasi massa berasal dari pengembagan kata media mass communication media komunikasi massa. Definisi komunikasi
massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner ia mendefenisikan komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people. Definisi komunikasi massa yang lebih
rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gerbner 1967 “Mass communication is the tehnologically and institutionally
based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societes”. Komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki masyarakat.
Dalam hal ini kita perlu membedakan massa dalam arti umum dengan massa dalam arti komunikasi massa. Massa dalam arti komunikasi massa lebih
menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media masa. Pengertian ini juga ditegaskan oleh ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito. Ia
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan defenisinya dalam dua item. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa khalayak. Ini tidak berarti bahwa
khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti kahalayak yang besar itu pada umumnya agak sukar untuk
didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan
lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita. Effendy, 1990:21. Komunikasi massa
mempunyai cirri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat komponenya. Cirri- cirinya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
5. Komunikan komunikasi massa bersifgat heterogen
I.5.2 Berita, Pers dan Jusnalistik
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut
kepada orang ketiga atau orang banyak. Dalam kamus besar bahasa Indonesia berita diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa
yang hangat. Sedangkan pemberitaan diartikan proses, cara, perbuatan memberitakan atau melaporkan. Henshall dan Ingram 2000 mendefenisikan
berita adalah susunan kejadian setiap hari, sehingga masyarakat menerimanya
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio atau di televisi dan keesokan harinya di berbagai media. Tidak semua hal
dapat dikatakan berita. Sesuatu dapat dikatakan berita jika terdapat unsur-unsur berita didalamnya. Aktual baru, kedekatan, penting, akibat, pertentangan
konflik, seks, ketegangan, kemajuan-kemajuan, konsekuensi, emosi, humor, dan human interest merupakan beberapa unsur berita.
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak ataupun penyiaran secara tercetak
atau publikasi secara dicetak. Dalam perkembagannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit.
Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi siaran, sedangkan pers dalam arti
sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita. Pers dalam hal ini sebagai penulis berita pada awalnya
mengedepankan prinsip objektivitas dalam penulisan beritanya. Yaitu bagaimana wartawan memandang dan menulis berita seperti apa yang dilihat, bukan yang
diinginkan. Tetapi pandangan ini bergeser ke arah prinsip interpretasi. Sebab objektivitas dapat melahirkan kedangkalan tentang berita itu sendiri. Sementara
pembaca menginginkan kedalaman agar mereka mampu mengetahui dan memahami kejadian yang ada dalam setiap peristiwa. Dalam pelakasanaannya,
pers tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar atau majalah. Karena itu funggsinya bukan lagi menyiarkan informasi,
tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda journalistiek, dan dalam bahasa Inggris journalistic atau journalism, yang bersumber pada
perkataaan journal sebagai terjemahan dari bahasa Latin diurnal, yang berarti “harian” atau “setiap hari”. Secara gamblang, jurnalistik didefenisikan sebagai
keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat.
I.5.3 Paradigma Konstruktivisme
Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak akan pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur
konstruksi kita akan suatu objek. Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu. Boleh
juga dikatakan bahwa “realitas” bagi konstruktivisme tidak pernah ada secara terpisah dari pengamat. Yang diketahui bukan suatu realitas “di sanan” yang
berdiri sendiri, melainkan kenyataan sejauh dipahami oleh yang menangkapnya. Menurut Shapiro, ada banyak bentuk kenyataan dan masing-masing terbentuk
pada kerangka dan interaksi pengamat dengan objek yang diamati.Ardianto,2007:80
Pandangan konstruktivisme menolak pandangan positivism yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme,
bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subyek sebagai penyampai pesan. Positivism meyakini
bahwa pengetahuan harus merupakan representasi gambaran atau ungkapan dari kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat objektivisme. Pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
dianggap sebagai kumpulan fakta. Konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri Ardianto,2007:154.
Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah yang harus
mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka.
Dalam kaitannya dengan ilmu komunikasi, teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang
dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan sejawatnya. Dalam buku Adrianto, Robyn Penmann merangkum kaitan konstruktivisme dalam
hubungannya dengan ilmu komunikasi. Pertama, tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek yang memiliki pilihan bebas,
walaupun lingkungan sosial membatasi apa yang dapat dan telah dijakukan. Kedua, pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu
yang objektif sebagaimana diyakini positivism, melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Ketiga, pengetahuan bersifat konstekstual,
maksudnya pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu. Keempat, teori-teori
menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara pandang yang ikut mempengaruhi pada cara pandang kita terhadap realitas atau dalam batas tertentu
teori menciptakan dunia. Kelima, pengetahuan besifat sarat nilai.
Universitas Sumatera Utara
I.5.4. Ideologi Media
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri dari kata idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Idea dalam Webster’s
News Colligiate Dictionary berarti sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau rencana. Sedangkan logis berasal dari kata
logos yang berarti world. Kata ini berasal dari kata legein yang berarti to speak berbicara. Selanjutnya kata logia berarti sciense pengetahuan atau teori
Sobur,2004:64.
Dalam konsepsi Marx, ideologi adalah sebentuk kesadaran palsu.
Kesaradaran seseorang, siapa mereka, dan bagaimana mereka menghubungkan dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakat, tidak oleh
biologi yang alamiah. Kesadaran kita tentang realitas sosial ditentukan oleh masyarakat, tidak oleh psikologi individu.
Ideologi dapat diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka
menghadapinya. Ideologi ini abstrak dan berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas Sudibyo,2001:12
I.5.5. Hegemoni Media Teori Althusser tentang ideologi menekankan bagaimana kekuasaan
kelompok dominan dalam mengontrol kelompok lain. Mengenai cara atau penyebaran ideologi dilakukan, teori Garamsci tentang hegemoni layak
dikedepankan. Antonio Gramsci membangun suatu teori yang menekankan cara
penyebaran ideologi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Teori Hegemoni Gramsci menekankan bahwa dalam lapangan sosial ada pertarungan yang memperebutkan penerimaan public. Karena pengalaman sosial
kelompok subordinat apakah oleh kelas, gender, ras, umur, dan sebagainya berbeda dengan ideologi kelompok dominan. Oleh karena itu, perlu usaha bagi
kelompok dominan untuk menyebarkan ideologi dan kebenarannya tersebut agar diterima, tanpa perlawanan. Salah satu strategi kunci dalam hegemoni adalah
nalar awam common sense. Eriyanto,2001:107 Hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu
kelompok terhadap kelompok lain. Kelebihan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap
benar, sementara wacana yang lain dianggap salah. Ada suatu nilai atau konsensus yang dianggap memang benar, sehingga ketika ada cara pandang atau wacana lain
dianggap tidak benar. Media di sini secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai-nilai atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan
meresap dalam benak khalayak sehingga menjadi konsensus bersama.
I.5.6. Analisis Framing
Secara epistemologi, kata framing berasal dai bahasa Inggris yakni dari kata frame. Gagasan ini pertama kali dilontarkan Beterson pada tahun 1955. Mulanya
frame dimaknai sebagai sturktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebicakan, dan wacana. Dalam perspektif
komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta.
Universitas Sumatera Utara
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelittian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan
sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi Eriyanto 2005:37. Mengenai defenisi framing, beberapa ahli memberikan penekanan dan
pengertian yang berbeda. Meskipun berbeda, ada titik singgung utama dari defenisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana
realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana persperktif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Bahkan menurut Gitlin, frame adalah bagian yang pasti hadir dalam praktik jurnalistik.
Eriayanto,2005:66 Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih faktarealitas. Proses
memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua
kemungkinan: apa yang dipilih included dan apa yang dibuang excluded. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang
dipilih itu disajikan kepada khalayak. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua factor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan
dan penekanan isi beritanya. Ia juga menambahakan bahwa framberimplikasi penting bagi komunikasi politik. Menurutnya, frame muntut perhatian terhadap
beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen-elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan Entman inilah yang digunakan dalam penulisan ini. Dua dimensi yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya dikonsepsi oleh Entman menjadi
perangkat framing yang selalu ada dalm sebuah berita. Perangkat framing yang dimaksud meliputi pendefenisian problem Define Problems, memperkirakan
masalah atau sumber masalah Diagnose Causes, membuat keputusan moral Make Moral Judgement, menekankan penyelesaian Treatment
Recommendation. Empat perangkat framing ini merupakan “pisau analisis” framing yang digunakan untuk mengolah dan menganalisa frame sebuah
pemberitaan media.
I.6 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini memakai analisis framing Robert Entman. Fokus perhatian Entman tetuju pada dua dimensi besar yaitu seleksi isu
dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Kemudian Entman mengkonsepsi dua dimensi besar tersebut kedalam
perangkat framing. Perangkat framing yang dimaksud adalah: a.
Pendefenisian masalah define problems, yaitu bagaimana suatu peristiwaisu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
b. Memperkirakan masalah atau sumber masalah diagnose causes, yaitu
peristiwa dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa aktor yang dianggap sebagai penyebab
masalah?
Universitas Sumatera Utara
c. Membuat keputusan moral make moral judgement, yaitu nilai moral apa
yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?
d. Menekankan penyelesaian treatment recomendation, yaitu penyelesaian
apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalahisu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
Gambar 1. Visualisasi Konseptual Analisis Framing Robert Entman
Sumber : Majalah Kajian Media Dictum Vol.1, No.2 September 2007
I.7 OPERASIONAL KONSEP