organisasi media, selain itu terdapat juga iklan, pemasaran, sirkulasi dan lainnya yang juga memiliki kepentingan sendiri-sendiri dan berpengaruh
terhadap terbentuknya sebuah berita. d
Level Ekstramedia. Hal ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Walaupun berada di luar organisasi media namun sedikit banyak
sangat mempengaruhi isi berita. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain adalah seperti sumber berita, sumber penghasilan media, pemerintah dan
lingkungan bisnis, dan juga pada tingkatan level ideologi.
II.2.2. Pers
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak ataupun penyiaran secara tercetak
atau publikasi secara dicetak. Dalam perkembagannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit.
Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi siaran, sedangkan pers dalam arti
sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita.
Pers merupakan lembaga sosial social institution atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di Negara
mana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya. Sebagai bagian dari sistem yang berlaku, keberadaan pers juga diatur dalam undang-undang yaitu
Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers. Menurut Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan:
Universitas Sumatera Utara
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Pada Pasal 1 Ayat 2 dijelaskan: Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan
usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus
menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.
Pers dalam hal ini sebagai penulis berita pada awalnya mengedepankan prinsip objektivitas dalam penulisan beritanya. Yaitu bagaimana wartawan
memandang dan menulis berita seperti apa yang dilihat, bukan yang diinginkan. Tetapi pandangan ini bergeser ke arah prinsip interpretasi. Sebab objektivitas
dapat melahirkan kedangkalan tentang berita itu sendiri. Sementara pembaca menginginkan kedalaman agar mereka mampu mengetahui dan memahami
kejadian yang ada dalam setiap peristiwa. Dalam pelakasanaannya, pers tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar atau
majalah. Karena itu funggsinya bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan
tertentu.
II.2.3. Jurnalistik