Failure Mode and Effect Analysis FMEA

5.2.4. Failure Mode and Effect Analysis FMEA

Pembuatan FMEA bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko-resiko yang berhubungan dengan potensi kegagalan. Tahap-tahap pembuatan Failure Mode and Effect Analysis FMEA yaitu sebagai berikut.

5.2.4.1. Penentuan Jenis Kegagalan yang Potensial Pada Setiap Proses

Dari diagram pareto pada Gambar 5.3. didapat dua jenis kegagalan yang berpotensial besar terjadi selama proses produksi di lantai produksi. Kemudian telah dilakukan analisis penyebab kegagalan terhadap dua jenis kegagalan tersebut dengan menggunakan tabel why-why yang dapat dilihat pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8 dan juga menggunakan cause and effect diagram yang dapat dilihat pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5. Langkah berikutnya, dilakukan pembuatan FMEA terhadap dua jenis kegagalan tersebut, yaitu: 1. Kayu bahan baku patah ataupun retak. 2. Konstruksi pintu merenggang.

5.2.4.2. Penentuan DampakEfek yang Ditimbulkan Oleh Kegagalan

Dari kedua jenis kegagalan yang ada, maka dapat ditemukan efek yang dapat ditimbulkan bila kegagalan ini ditemukan, yaitu sebagai berikut: 1. Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik dan penggunaan kayu diproduksi ulang untuk jenis kegagalan “kayu bahan baku patah ataupun retak”. Universitas Sumatera Utara 2. Pintu tidak layak untuk di-packing untuk jenis kegagalan “konstruksi pintu merenggang”.

5.2.4.3. Penentuan Nilai Efek Kegagalan Severity, S

Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, maka dapat ditentukan nilai Efek kegagalan S dari kedua jenis kegagalan tersebut. Pedoman pemberian nilai, berdasarkan pada Tabel 3.1. Adapun alasan pemberian nilai berdasarkan Tabel 3.1 adalah sebagai berikut: 1. Kayu bahan baku patahretak, memiliki dua efek yang ditimbulkan yaitu: a. Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik diberikan nilai 7, disebabkan: - Sedikit mengganggu kelancaran lini produksi - Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat disortir - Pelanggan tidak puas. b. Penggunaan kayu dipoduksi ulang diberikan nilai 5, disebabkan - Seluruh produk dapat dikerjakan ulang - Produk pasti dikembalikan oleh konsumen 2. Konstruksi pintu merenggang, memiliki efek yang ditimbulkan yaitu: a. Pintu tidak layak untuk di-packing diberikan nilai 5, disebabkan: - Seluruh produk dapat dikerjakan ulang - Produk pasti dikembalikan oleh konsumen Universitas Sumatera Utara

5.2.4.4. Identifikasi Penyebab Potensial dari Kegagalan

Dengan memperhatikan cause and effect diagram pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5, maka diperoleh penyebab utama terjadinya kegagalan yaitu: 1. Untuk efek “Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik” disebabkan oleh: a. Proses penyambungan yang tidak optimal b. Penyangga kayu di mesin yang tidak stabil 2. Untuk efek “Penggunaan kayu diproduksi ulang” disebabkan oleh: a. Adanya debu di stasiun kerja 3. Untuk efek “Pintu tidak layak untuk di-packing” disebabkan oleh: a. Sambungan ditekan terlalu keras b. Sifat alami bahan baku kayu

5.2.4.5. Penentuan Nilai Peluang Kegagalan Occurrence, O

Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, maka dapat ditentukan nilai peluang kegagalan O dari kedua jenis kegagalan tersebut. Dengan berpedoman pada Tabel 3.2, dapat diberikan nilai peluang kegagalannya sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Proses penyambungan yang tidak optimal diberikan nilai 8, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 6-10 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 3.2, termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai 8. 2. Penyangga kayu di mesin yang tidak stabil diberikan nilai 7, dikarenakan penyebab ini terjadi sekali dalam kurang lebih 20-30 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 3.2, termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai 7. 3. Adanya debu di stasiun kerja diberikan nilai 7, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 20-30 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 3.2, termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai 7. 4. Sambungan ditekan terlalu keras diberikan nilai 7, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 20-30 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 3.2, termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai 7. 5. Sifat alami bahan kayu diberikan nilai 7, dikarenakan penyebab ini dapat ditemukan terjadi sekali dalam kurang lebih 20-30 pengamatan. Sehingga berdasarkan Tabel 3.2, termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai 7.

5.2.4.6. Identifikasi Metode Pengendalian Kegagalan

Dengan memperhatikan penyebab kegagalan yang terdapat dalam cause and effect diagram yang dapat dilihat pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5, maka dapat dilakukan kendali atau kontrol penyebab terjadinya kegagalan yang dapat dilakukan oleh pekerja atau bahkan perusahaan yang bertujuan untuk meminimumkan resiko kegagalan tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 5.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Identifikasi Metode Pengendalian Kegagalan Jenis Kegagalan Proses Efek yang Ditimbulkan oleh Kegagalan Penyebab Kegagalan Pada Proses Kendali yang Dilakukan Kayu bahan baku patahretak Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik Proses penyambungan yang tidak optimal Operator memperhatikan temperatur yang digunakan Penyangga kayu di mesin yang tidak stabil Memastikan penyangga mesin sudah dikunci dengan baik Penggunaan kayu diproduksi ulang Adanya debu di stasiun kerja Memperhatikan debu yang berada di mesin produksi Konstruksi pintu merenggang Pintu tidak layak untuk di-packing Sambungan ditekan terlalu keras Memastikan sambungan sudah tepat pada sambungannya Sifat alami bahan baku kayu Memperhatikan kondisi kayu saat penyortiran dan di gudang Dapat dilihat di Tabel 5.9, misalkan, untuk jenis kegagalan kayu bahan baku patahretak, mengakibatkan efek tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik. Penyebabnya yaitu proses penyambungan yang tidak optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan kendali oleh operator melalui memperhatikan temperatur pengeringan yang digunakan selama pengeringan sambungan. Selanjutnya dapat dilihat di Tabel 5.9

5.2.4.7. Penentuan Nilai Deteksi Kegagalan Detection, D

Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, maka dapat ditentukan nilai Detection D dari kedua jenis kegagalan tersebut. Dengan berpedoman pada Tabel 3.3, dapat diberikan nilai yang diperhatikan dalam Tabel 5.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Penilaian Detection Jenis Kegagalan Proses Efek yang Ditimbulkan oleh Kegagalan Penyebab Kegagalan Pada Proses Kendali yang Dilakukan D Kayu bahan baku patahretak Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik Proses penyambungan yang tidak optimal Operator memperhatikan temperatur yang digunakan 6 Penyangga kayu di mesin yang tidak stabil Memastikan penyangga mesin sudah dikunci dengan baik 4 Penggunaan kayu diproduksi ulang Adanya debu di stasiun kerja Memperhatikan debu yang berada di mesin produksi 4 Konstruksi pintu merenggang Pintu tidak layak untuk di-packing Sambungan ditekan terlalu keras Memastikan sambungan sudah tepat pada sambungannya 2 Sifat alami bahan baku kayu Memperhatikan kondisi kayu saat penyortiran dan di gudang 2 Pada Tabel 5.10, terdapat 5 kendali yang dapat dilakukan untuk 5 penyebab kegagalan proses dari 2 jenis kegagalan yang diperoleh di diagram pareto. Penilaian yang diberikan untuk 5 kendali tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Operator memperhatikan temperatur yang digunakan diberikan nilai 6. Hal ini dikarenakan kendali yang dilakukan memerlukan bantuan atau pembongkaran sederhana. 2. Memastikan penyangga mesin sudah dikunci dengan baik diberikan nilai 4. Hal ini dikarenakan kendali yang dilakukan harus dengan inspeksi yang hati- hati agar penyangga berada dalam posisi yang tepat. 3. Memperhatikan debu yang berada di mesin produksi diberikan nilai 4. Hal ini dikarenakan kendali yang dilakukan harus dengan inspeksi yang hati-hati agar debu dapat terpisah dengan kayu saat diproses di mesin produksi. Universitas Sumatera Utara 4. Memastikan sambungan sudah tepat pada sambungannya diberikan nilai 2. Hal ini dikarenakan kendali yang dilakukan dapat dengan mudah dilakukan dengan pengamatan langsung. 5. Memperhatikan kondisi kayu saat penyortiran dan di gudang diberikan nilai 2. Hal ini dikarenakan kendali yang dilakukan dapat dengan mudah dilakukan dengan pengamatan langsung.

5.2.4.8. Menghitung Nilai RPN Risk Priority Number

Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, maka dapat ditentukan nilai Severity S, Occurrence O dan Detection D dari setiap jenis kegagalan yang terjadi. Misalkan, contoh perhitungan RPN Risk Priority Number yaitu sebagai berikut: Misalkan untuk efek yang ditimbulkan kegagalan tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik, dengan penyebabnya yaitu proses penyambungan yang tidak optimal dengan pengendalian oleh operator melalui memperhatikan temperatur pengeringan yang digunakan selama pengeringan sambungan. Efek kegagalan severity, S diberikan nilai = 7 Peluang kegagalan occurrence, O diberikan nilai = 8 Deteksi kegagalan detection, D diberikan nilai = 6 Maka: RPN = S x O x D = 7 x 8 x 6 = 336 Universitas Sumatera Utara Tabel FMEA terhadap proses dengan nilai RPN selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. FMEA Terhadap Proses dengan Nilai RPN Fungsi Proses Jenis Kegagalan Proses Efek yang Ditimbulkan oleh Kegagalan S Penyebab Kegagalan Pada Proses O Kendali yang Dilakukan D RPN Produksi Daun Pintu Model Colonial 8P Kayu bahan baku patahretak Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik 7 Proses penyambungan yang tidak optimal 8 Operator memperhatikan temperatur yang digunakan 6 336 Penyangga kayu di mesin yang tidak stabil 7 Memastikan penyangga mesin sudah dengan baik 4 196 Penggunaan kayu diproduksi ulang 7 Adanya debu di stasiun kerja 7 Memperhatikan debu yang berada di mesin produksi 4 196 Konstruksi pintu merenggang Pintu tidak layak untuk di-packing 5 Sambungan ditekan terlalu keras 7 Memastikan sambungan sudah tepat pada sambungannya 2 70 Sifat alami bahan baku kayu 7 Memperhatikan kondisi kayu saat penyortiran dan di gudang 2 70 Universitas Sumatera Utara

5.2.5. Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis Fuzzy FMEA