Analisis Histogram Analisis Diagram Pareto Analisis Failure Mode and Effect Analysis FMEA

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Histogram

Berdasarkan hasil pengamatan dan histogram, didapatkan frekuensi terjadinya kegagalan yang berpotensi beresiko terjadi selama proses produksi. Jenis kegagalan tidak tersebar ke seluruh stasiun kerja. Beberapa stasiun kerja yang memiliki tingkat ketelitian dan tingkat kesulitan pengerjaan dinilai yang memiliki resiko terjadinya kegagalan. Seperti stasiun kerja pembentukan komponen dan stasiun kerja pengeboran komponen.

6.2. Analisis Diagram Pareto

Dari diagram pareto, berdasarkan aturan pareto 80-20, diperoleh dua jenis kegagalan yang berpotensi mengakibatkan resiko kegagalan yaitu: 3. Kayu bahan baku patah ataupun retak dengan persentase kumulatif 51,74 4. Konstruksi pintu merenggang dengan persentase kumulatif 75,62 Artinya frekuensi kegagalan yang terjadi dalam proses produksi, 80 merupakan dua jenis kegagalan tersebut. Dan 20 frekuensi lainnya dapat berkurang, jika dua jenis kegagalan tersebut dapat diketahui faktor penyebabnya serta dapat dilakukan perbaikan segera. Universitas Sumatera Utara

6.3. Analisis Cause and Effect Diagram

Setelah diperoleh hasil dari diagram pareto, dilakukan faktor penyebab terjadinya kegagalan proses. Untuk memperoleh faktor tersebut, dilakukan brainstorming, wawancara serta diskusi melalui pertanyaan 5 Why. Hasilnya yaitu sebagai berikut berdasarkan diagram pareto.

6.3.1. Kayu Bahan Baku PatahRetak

Dengan menggunakan tabel why-why dapat dicari penyebab kegagalan tersebut. Dari kumpulan pertanyaan tersebut dapat dianalisis penyebab terjadinya masalah berdasarkan sifat material, metode kerja, pekerja, penggunaan mesin, sifat operasi dan sebagainya. Analisis yang diberikan adalah sebagai berikut: 6. Bahan baku: c. Proses penyambungan dan pengeringan sebaiknya dalam temperatur pengeringan yang tidak terlalu tinggi. Namun, pada saat pengeringan, operator kurang mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengeringan sehingga mengakibatkan sambungan kayu yang belum mengering langsung diproses ke tahapan selanjutnya. d. Bagian dalam kayu terlalu kering akibat proses pengeringan yang mengakibatkan kadar air kayu terlalu rendah. 7. Mesinperalatan c. Untuk mendapatkan ukuran kayu sesuai spesifikasi, Mesin harus di-set agar mudah dalam proses di mesin produksi. Karena ketidakstabilan Universitas Sumatera Utara penyangga menyebabkan kayu yang dimasukkan tidak terproses dengan benar. d. Mesin dan peralatan yang sudah lama umur pemakaiannya. 8. Lingkungan kerja Pekerjaan operator tidak optimal disebabkan suhu dan temperatur ruangan yang panas dan adanya debu di sekitar stasiun kerja. Faktor tersebut membuat konsentrasi pekerja mulai menurun. 9. Metode kerja Komponen daun pintu yang tergolong tipis selalu ditumpuk sehingga pada saat komponen tersebut dipindah ke proses selanjutnya, membuat kayu retak. 10. Manusia Tingkat ketahanan tubuh manusia yang mulai menurun menyebabkan kebosanankejenuhan dalam melakukan pekerjaan yang berulang-ulang untuk waktu yang cukup lama. Sehingga hal terpenting untuk diperhatikan, tidak dikendalikan dengan baik.

6.3.2. Konstruksi Pintu Merenggang

Dengan menggunakan tabel why-why diperoleh penyebab kegagalan tersebut. Dari kumpulan pertanyaan tersebut dapat dianalisis penyebab terjadinya masalah berdasarkan sifat material, metode kerja, pekerja, penggunaan mesin, sifat operasi dan sebagainya. Analisis yang diberikan adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 6. Manusia: b. Komponen tidak dapat menyatu akibat sambungan ditekan terlalu keras oleh operator mengakibatkan celah antar rakitran komponen. c. Perakitan dowell di komponen daun pintu tidak tepatmiring. 7. Mesinperalatan Penyambungan komponen di mesin tidak tepat mengakibatkan sambungan antar komponen menjadi rusakpatah. 8. Bahan baku Terbentuknya renggangan pendek ataupun panjang akibat sifat alami produk dan penyambungan kayu yang pengeringannya belum sempurna di atas ataupun di bawah standar kadar air yang digunakan yaitu 12 C. 9. Metode kerja: Proses penyambungan komponen di stasiun kerja tidak tepat yang seperti ditekan terlalu keras. 10. Lingkungan kerja Pekerjaan operator tidak optimal karena suhu ruangan yang panas dan adanya debu dari stasiun kerja di sekitarnya.

6.4. Analisis Failure Mode and Effect Analysis FMEA

Adapun hasil pengerjaan FMEA dengan nilai RPN Risk Priority Number pada 2 jenis kegagalan hasil diagram pareto dapat dilihat pada Tabel 6.1. Pada Tabel 6.1, dapat dilihat terdapat nilai RPN terbesar yaitu 336 untuk jenis kegagalan “kayu bahan baku patahretak”. Nilai tersebut untuk penyebab Universitas Sumatera Utara kegagalan proses penyambungan yang tidak optimal. Kendali yang dilakukan dengan cara memperhatikan temperatur yang digunakan pada saat pengeringan. Tabel 6.1. FMEA Terhadap Proses dengan Nilai RPN Fungsi Proses Jenis Kegagalan Proses Efek yang Ditimbulkan oleh Kegagalan Penyebab Kegagalan Pada Proses Kendali yang Dilakukan RPN Kategori Produksi Daun Pintu Model Colonial 8P Kayu bahan baku patahretak Tingginya pembuangan kayu yang berkualitas baik Proses penyambungan yang tidak optimal Operator memperhatikan temperatur yang digunakan 336 Moderate Penyangga kayu di mesin yang tidak stabil Memastikan penyangga mesin sudah dengan baik 196 Low – Moderate Penggunaan kayu diproduksi ulang Adanya debu di stasiun kerja Memperhatikan debu yang berada di mesin produksi 196 Low – Moderate Konstruksi pintu merenggang Pintu tidak layak untuk di-packing Sambungan ditekan terlalu keras Memastikan sambungan sudah tepat pada sambungannya 70 Very Low – Low Sifat alami bahan baku kayu Memperhatikan kondisi kayu saat penyortiran dan di gudang 70 Very Low – Low Kategori jenis kegagalan ini termasuk ke dalam kategori moderate atau kategori menengah. Artinya, jenis kegagalan ini memiliki tingkat prioritas menengah yaitu tidak diperlukan tindakan perbaikan yang segeramendesak karena kegagalan ini tidak berdampak terlalu besar bagi perusahaan. Seperti melakukan pengecekan terhadap bahan baku sebelum diproses ataupun melakukan set-up terhadap mesin yang akan digunakan. Universitas Sumatera Utara Sementara untuk jenis kegagalan yang termasuk di kategori Low – Moderate dan Very Low – Low memiliki prioritas terendah. Karena dalam kategori ini, perbaikan dapat dilakukan dengan meningkatkan keahlian pekerja untuk mengetahui proses produksi yang dilakukannya sehingga kesalahan tidak lagi ditemuka n.

6.5. Analisis Fuzzy FMEA