BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Produk yang cacat adalah sumber utama pemborosan. Tidak sedikit perusahaan menghadapi masalah serius karena produk cacat yang menimbulkan
klaim dari pelanggan. Jika produk cacat lolos kepada pelanggan dan kemudian menimbulkan kerugian, maka perusahaan harus mengganti kerugian yang dialami
pelanggan. Salah satu dampak negatif yang diakibatkannya adalah runtuhnya reputasi perusahaan di mata pelanggan. Bila situasi demikian tidak diatasi dengan
segera, perusahaan akan kehilangan pelanggan potensialnya. Dengan adanya pengendalian kualitas Quality Control secara baik dan benar, maka akan
diperoleh produk yang dapat memenuhi keinginan pelanggan. PT. Mahogany Lestari merupakan salah satu perusahaan industri
manufaktur pengolahan kayu yang menghasilkan produk daun pintu. Hasil produksi hanya diekspor ke Singapura dan juga negara-negara di benua Afrika.
PT. Mahogany Lestari menjalankan aktivitas produksinya berdasarkan pesanan dari pelanggan job order. Produk daun pintu model Colonial 8P merupakan tipe
produk yang sering dipesan dari pelanggan. Kualitas produk perusahaan ini berada di Grade C dengan kriteria:
1. Pin hole lubang jarum, maksimum 50 lubang untuk satu pintu dan tidak
boleh menumpuk pada satu tempat.
Universitas Sumatera Utara
2. Shot hole lubang korek, maksimum 30 lubang untuk satu pintu dan harus
disisip dengan kayu. 3.
Colour matching boleh mendekati little match. 4.
Konstruksi pintu tidak diperbolehkan renggang. 5.
Jenis kayu harus sesuai dengan kontrak. 6.
Moisture Content MC harus sesuai dengan kontak. 7.
Compression Failure patah tebu tidak diizinkan. 8.
Tidak diperbolehkan terdapat pecah dalam, retak panjang, mata kayu mati. 9.
Tidak diperbolehkan terdapat Decay busuk. Produk daun pintu yang tidak sesuai dengan kriteria, terpaksa ditukarkan
oleh perusahaan yang dapat merugikan perusahaan dan memperpanjang jadwal penyelesaian pesanan untuk mengganti produk yang gagal atau tidak sesuai
dengan kontrak. Hal ini kemungkinan terjadi akibat kurangnya pengawasan kualitas produk sebelum pengiriman.
Perbaikan yang dilakukan saat itu dalam bentuk pengawasan kualitas bahan baku, yaitu proses pengeringan kayu untuk menghindari jamur dan juga
membuang lubang ataupun celah pada permukaan kayu. Perbaikan ini dinilai cukup baik. Namun, produk cacat atau gagal dalam proses produksi sulit
dihindari. Potensi kegagalan disebabkan desain yang rumit dimensi produk, kayu belahan merenggang ketika disambung sifat alami bahan baku hingga
kemampuan pekerja dalam mengoperasikan mesin produksi. Maka, perlu bagi perusahaan mengetahui jenis kegagalan yang dapat
timbul selama proses produksi. Sehingga dari sejumlah besar potensi kegagalan
Universitas Sumatera Utara
yang ada, perlu ditetapkan jenis kegagalan yang harus diprioritaskan terlebih dahulu agar segera diperbaiki. Tujuannya agar tidak diperoleh kembali produk
gagal dengan jenis kegagalan proses yang sama. Dari permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dalam mengidentifikasi masalah penentuan prioritas jenis kegagalan dalam desain Failure Mode and Effects Analysis FMEA dengan menggunakan pendekatan
fuzzy logic. Dalam penelitian Wilson Kosasih yakni penerapan penilaian fuzzy
1
untuk produk pisau pemotong kertas diperoleh nilai RPN Risk Priority Number yang
menggunakan fungsi logika IF-THEN perbandingannya sangat jauh berbeda jika menggunakan FMEA dengan penilaian tabel. Sehingga dari perbandingan kedua
bentuk penilaian tersebut diperoleh urutan penyebab kegagalan produk yang berbeda. Penelitian lainnya oleh G. A. Keskin
2
1.2. Rumusan Masalah