1. Identifikasi semua metode pengendalian yang dapat mendeteksi mode
kegagalan. Gunakan FMEA atau control plan sebelumnya dan analisis claim dari konsumen sebagai referensi.
2. Brainstorming dengan cara menanyakan:
a. Bagaimana cara mengenali penyebab mode kegagalan?
b. Bagaimana dapat menemukan bahwa penyebab telah terjadi?
c. Bagaimana mengenali mode kegagalan?
d. Bagaimana dapat menemukan bahwa mode kegagalan telah terjadi?
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1.
Umumnya perbaikan sistem deteksi memerlukan biaya dan tidak efektif untuk perbaikan.
2. Menambah frekuensi inspeksi bukan merupakan tindakan perbaikab yang
efektif dan sebaiknya hanya digunakan sebagai tindakan perbaikan sementara.
3. Penekanannya adalah mencegah cacat daripada mendeteksi cacat.
3.3.7. Penentuan Nilai Detection
Detection adalah peringkat seberapa telitinya alat deteksi yang digunakan. Detection berupa angka dari 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan
sistem deteksi dengan kemampuan tinggi atau hampir dipastikan suatu mode kegagalan dapat terdeteksi. Sedangkan 10 menunjukkan sistem deteksi dengan
kemampuan rendah yaitu sistem deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
Nilai detection dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria berikut. a.
Error-proofed, yaitu alat deteksi yang bersifat error-proofing. b.
Gauging, yaitu dengan alat bantu inspeksi. c.
Manual inspection, yaitu dengan inspeksi secara manual. Kriteria penilaian detection dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Penentuan Nilai Detection Keterangan
Rangking
Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 1
Jelas bagi indera manusia 2
Memerlukan inspeksi 3
Inspeksi yang hati-hati dengan menggunakan indera manusia 4
Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indera manusia 5
Memerlukan bantuan danatau pembongkaran sederhana 6
Diperlukan inspeksi danatau pembongkaran 7
Diperlukan inspeksi danatau pembongkaran yang kompleks 8
Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi 9
Tidak dapat dideteksi 10
Sumber: Dyadem Engineering Corporation. 2003. Guidelines for Failure Mode and Effects
Analysis, For Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Kanada: CRC Press.
3.3.8. Menghitung Nilai RPN Risk Priority Number
RPN atau Risk Priority Number, yaitu angka yang menyatakan skala prioritas terhadap resiko kualitas yang digunakan untuk panduan dalam
melakukan tindakan perencanaan. RPN merupakan hasil perkalian dari severity, occurrence dan detection.
RPN = S x O x D Angka RPN berkisar dari 1 hingga 1000, di mana semakin tinggi nilai
RPN, maka proses semakin beresiko untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.9. Identifikasi Tindakan yang Direkomendasikan Recommended Action
Recommended action adalah tindakan yang direkomendasikan oleh tim FMEA, baik berupa preventive pencegahan maupun detective untuk
mengeliminasi atau mengurangi kegagalan. Umumnya untuk nilai severity 9 atau 10, harus ada perhatian khusus untuk memastikan bahwa resiko kegagalan
sudah dianalisis dan diantisipasi. Berapa pun nilai RPN yang diperoleh, bila akibat yang ditimbulkan dapat membahayakan operatorproses, harus
dilakukan tindakan perbaikan atau pencegahan. Setelah fokus pada nilai severity 9 dan 10, tim FMEA berfokus pada penurunan nilai severity, kemudian
nilai occurrence, kemudian nilai detection.
3.4. Logika Fuzzy