Gambaran Pembentukan Identitas Diri Remaja Korban Kekerasan Seksual

2. Usia Masa Remaja

Masa remaja menawarkan peluang untuk tumbuh, bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial. Periode remaja merupakan periode yang penting karena pada masa ini terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang pesat Atkinson dkk, 1993. Santrock 1995 berpendapat bahwa masa remaja di awali pada usia yang berkisar 10 tahun – 13 tahun dan berahir di usia 18 tahun 22 tahun. Menurut Hurlock 1999 batasan usia masa remaja adalah 13 tahun – 17 tahun. Monks 2002 membagi masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berlangsung kira-kira dari 12 tahun sampai 14 tahun. Masa remaja pertengahan berlangsung kira-kira dari 15 tahun sampai 17 tahun. Masa remaja akhir berlangsung kira-kira 18 tahun sampai 21 tahun.

D. Gambaran Pembentukan Identitas Diri Remaja Korban Kekerasan Seksual

Kekerasan yang mewarnai berbagai media massa menjadi suatu perhatian besar sekarang ini. Melalui data yang diperoleh bahwa kekerasan seksual menjadi salah satu bentuk kekerasan yang sering terjadi. Hal menarik yang perlu disoroti adalah sebagian besar pelakunya berasal dari lingkungan keluarga, dan tidak menutup kemungkinan juga orang lain yang dekat dengan korban. Seringkali yang menjadi korban perilaku tak terpuji itu adalah kaum yang dianggap lemah, dan tidak terbatas pada usianya. Tower 2002 mengungkapkan bahwa mayoritas korban kekerasan seksual adalah perempuan. Anak perempuan empat kali lebih besar kemungkinannya untuk dilecehkan dibanding anak laki-laki Papalia, 2004. Sesuai dengan Hukum Perlindungan Anak, rentang usia dikatakan sebagai anak adalah usia 8 hingga 18 tahun. Berdasarkan teori Psikologi Perkembangan, usia belasan tahun tergolong usia remaja. Santrock 1995 berpendapat bahwa masa remaja di awali pada usia yang berkisar 10 tahun- Universitas Sumatera Utara 13 tahun dan berakhir di usia 18 tahun-22 tahun. Monks 2002 membagi masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal 12 sampai 14 tahun, masa remaja pertengahan 15 sampai 17 tahun, dan masa remaja akhir 18 sampai 21 tahun. Remaja perempuan seringkali menjadi korban merasa tidak mampu melawan pelaku, dan bersikap pasrah. Hingga pada akhirnya korban mengalami berbagai dampak setelah kekerasan secara seksual terjadi. Sarwono 2001 menyatakan bahwa remaja berada dalam periode transisi antara anak-anak dan orang dewasa dengan segala perkembangan biologis, kognitif, dan psikososial. Dampak yang diakibatkan peristiwa kekerasan tentu saja mempengaruhi remaja secara psikologis, kognitif, emosi, sosial, dan perilakunya. Menurut Maschi 2009, dampak yang ditimbulkan mempengaruhi masa remaja hingga dewasa. Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres dan trauma setelah perkosaan. Seperti yang diungkapkan oleh Ekandari, dkk 2001 bahwa korban perkosaan mengalami stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. Sebagai seorang individu yang berada pada masa peralihan, remaja memiliki tugas dalam perkembangannya, dan tugas yang utama adalah memecahkan krisis identitas versus kebingungan identitas atau identitas versus kebingungan peran, untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman akan diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat. Apabila krisis identitas dapat diselesaikan, timbul suatu bentuk identitas yang terintegrasi, koheren, dan jelas Erikson, 1989. Remaja yang mengalami kekerasan merasakan dampak kekerasan tersebut. Dampak yang terjadi adalah remaja gagal mengintegrasikan diri, memiliki gambaran diri yang negatif, mendapat stigma negatif dari lingkungan sehingga merasa takut ditolak dari pergaulan dengan teman sebaya. Berbagai dampak yang dirasakan akan mempengaruhi dalam memenuhi tugas perkembangan, khususnya tugas perkembangan yang utama. Kegagalan dalam menyelesaikan tugas Universitas Sumatera Utara perkembangan tersebut mengakibatkan remaja mengalami kebingungan identitas atau krisis identitas. Archer Waterman, Marcia dalam Bosma,dkk, 1994 menggunakan eksplorasi dan komitmen untuk menjelaskan mengenai empat status identitas, yaitu identity achievement pencapaian identitas, foreclosure penutupan, moratorium penundaan, dan identity diffusion difusi identitas. Identity achievement merupakan periode dari eksplorasi sebelumnya dalam membentuk identitas dengan menguraikan nilai dan komitmen. Moratorium merupakan proses yang menjelaskan mengenai keadaan remaja yang telah mengalami krisis tetapi belum memiliki komitmen, atau tampak samar. Foreclosure merupakan keadaan remaja yang menerima nilai dan komitmen tanpa eksplorasi, misalnya komitmen berasal dari orang tua atau orang-orang yang berarti dalam hidupnya. Sedangkan diffusion merupakan ketidakmampuan dalam membuat komitmen, dan sebelumnya juga tidak mengalami eksplorasi Kroger, 1947. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran pembentukan identitas diri pada remaja perempuan korban kekerasan seksual mulai dari status identitas korban hingga pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan identitas diri korban. Universitas Sumatera Utara

E. Paradigma Penelitian