lain memiliki intensitas dan dorongan yang berlebihan dalam dirinya Finkelhor dan Browne, Briere dalam Tower, 2002.
4 Stigmatization
Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki gambaran diri yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat ketidakberdayaan dan merasa bahwa mereka
tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol dirinya. Korban sering merasa berbeda dengan orang lain, dan beberapa korban marah pada tubuhnya akibat penganiayaan
yang dialami. Korban lainnya menggunakan obat-obatan dan minuman alkohol untuk menghukum tubuhnya, menumpulkan inderanya, atau berusaha menghindari memori
kejadian tersebut Gelinas, Kinzl dan Biebl dalam Tower, 2002.
B. IDENTITAS DIRI
1. Pengertian Identitas Diri
Erikson 1968 mengatakan bahwa salah satu proses sentral pada remaja adalah pembentukan identitas diri, yaitu perkembangan ke arah individualitas yang merupakan aspek
penting dalam perkembangan berdiri sendiri. Identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya
sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti
pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang Erikson, 1968.
Proses terjadinya identitas diungkapkan secara abstrak yang merupakan proses restrukturisasi segala identifikasi dan gambaran diri terdahulu diolah dalam perspektif masa depan.
Identitas merupakan kelanjutan dari masa kanak-kanak, pengertian diri yang sekarang, dan menjadi petunjuk di masa depan, oleh sebab itu seseorang membentuk identitas dirinya
Universitas Sumatera Utara
pada usia remaja akhir. Remaja yang berada pada periode remaja akhir dapat melihat dirinya dan tahu bagaimana bertindak untuk membentuk identitas dirinya. Identitas diri tidak dapat
berkembang penuh sebelum masa remaja tengah dan akhir karena unsur pokok diintegrasikan jenis kelamin, kemampuan fisik, seksualitas, kemampuan kognisi pada tahap operasional
konkrit, dapat merespon harapan sosial semua hal tersebut tidak muncul bersama dalam suatu waktu. Remaja akhir diharapkan dapat memutuskan identitas dirinya. Erikson 1968
menjelaskan bahwa pada masa remaja akhir identitas individu untuk pertama kalinya melaui suatu keputusan yang tepat atas pengalaman-pengalaman langsung maupun tidak langsung
yang berarti dalam kehidupannya dan merupakan tugas-tugas perkembangannya. Erikson menyatakan bahwa pada usia remaja, krisis yang harus kita selesaikan berkaitan
dengan pencarian identitas diri Schulz, 1994. Erikson 1968 mempertegas bahwa masa remaja adalah masa krisis pencarian identitas diri identity crisis yang menunjukkan bahwa
pada masa ini individu dihadapkan pada tugas perkembangan yang utama yaitu menemukan kejelasan identitas sense of identity, terutama yang berhubungan dengan tugas-tugas
perkembangan selama masa remaja, meliputi penerimaan keadaan fisik, peran seks secara sosial, membentuk hubungan baru dengan lawan jenis, kemandirian emosi dan ekonomi,
memilih pekerjaan, mengembangkan ketrampilan intelektual, memilih tata nilai yang menuntun perilaku, mengembangkan perilaku sosial dan mempersiapkan perkawinan
Havinghurst, dalam Papalia, 1998. Krisis yang dialami pada masa remaja berfungsi untuk menetapkan suatu identitas stabil. Krisis identitas selama masa remaja sebenarnya merupakan
krisis yang paling berat dan paling berbahaya karena penyelesaian yang gagal atau berhasil dari krisis identitas itu mempunyai akibat jauh untuk seluruh masa depan. Remaja berusaha
untuk melepasakan diri dari mileu orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson menamakan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego Monks, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Ada dua proses yang penting berupa eksplorasi dan komitmen dalam perkembangan identitas Bosma, 1994. Eksplorasi yang juga dikenal dengan istilah krisis adalah suatu
aktivitas yang secara aktif dilakukan individu untuk mencari, menjajaki, mempelajari, mengidentifikasi, mengevaluasi dan menginterpretasi dengan seluruh kemampuan, akal,
pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang berbagai alternatif vokasi. Indikasi ada tidaknya eksplorasi dapat ditunjukkan melalui kriteria-kriteria
sebagai berikut Marcia, 1993: a.
Knowledgeability, yaitu sejauhmana tingkat pengetahuan yang dimiliki individu yang ditunjukkan oleh keluasan dan kedalaman informasi yang berhasil dihimpun tentang
berbagai alternatif pilihan studi lanjutan. b.
Activity directed toward gathering information yaitu aktivitas yang terarah untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut semua aktivitas yang dipandang tepat
untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. c.
Considering alternative potential identity element yaitu sejauhmana individu mampu mempertimbangkan berbagai informasi yang telah dimiliki tentang berbagai
kemungkinan dan peluang dari setiap alternatif yang ada. d.
Desire to make an early decision yaitu keinginan untuk membuat keputusan secara dini yang ditunjukkan oleh sejauhmana individu memiliki keinginan untuk
memecahkan keragu-raguan atau ketidakjelasan secepat mungkin secara realistis dan meyakini apa yang dipandang tepat bagi dirinya.
Komitmen adalah kesetiaan, keteguhan pendirian, prinsip, tekad untuk melakukan berbagai kemungkinan atau alternatif yang dipilih. Ditandai oleh faktor-faktor berikut
Marcia, 1993: a.
Knowledgeability yaitu merujuk kepada sejumlah infomasi yang dimiliki dan dipahami tentang keputusan pilihan-pilihan yang telah ditetapkan. Remaja yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki komitmen mampu menunjukkan pengetahuan yang mendalam, terperinci dan akurat tentang hal-hal yang telah diputuskan.
b. Activity directed toward implementing the chosen identify element yaitu aktivitas yang
terarah pada implementasi elemen identitas yang telah ditetapkan. c.
Emotional tone yaitu nada emosi yang merujuk kepada berbagai perasaan yang dirasakan individu baik dalam penetapan keputusan maupun dalam
mengimplementasikan keputusan tersebut. Nada emosi terungkap dalam bentuk keyakinan diri, stabilitas dan optimisme masa depan.
d. Identification with significant other yaitu identifikasi dengan orang-orang yang
dianggap penting yang ditunjukkan dengan sejauhmana remaja mampu membedakan aspek positif dan negatif dari figur yang dianggap ideal olehnya.
e. Projecting one’s personal future yaitu kemampuan memproyeksikan dirinya ke masa
depan dengan ditandai oleh kemampuan mempertautkan rencananya dengan aspek lain dalam kehidupan masa depan yang mereka cita-citakan.
f. Resistence to being swayed yaitu sejauhmana individu memiliki ketahanan terhadap
godaan-godaan yang bermaksud untuk mengalihkan keputusan yang telah mereka tetapkan. Mereka tetap teguh pada keputusannya, tetapi mereka bukan anti perubahan.
Mereka mampu menghargai berbagai kemungkinan perubahan, mereka mengkaitkannya dengan kemampuan pribadi dan peluang yang ada.
Berdasarkan pendapat dari para tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa identitas diri adalah pengenalan dan penghayatan diri sebagai individu yang unik sehingga tidak tenggelam
dalam peran yang dimainkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri