Hasil Observasi Data Hasil Wawancara

berlanjut hingga beberapa kali dan berujung pada kehamilan. Akhirnya Rahmat sebagai pelaku dilaporkan ke polisi dan mendapat hukuman penjara selama 12 tahun. Saat menjalani persidangan Cinta hadir dalam keadaan hamil, hingga kasus dapat diselesaikan. Keadaan ekonomi yang kurang mencukupi dan status Cinta yang tidak menikah, akhirnya ia memutuskan untuk memberikan hak asuh kepada pasangan suami istri yang sebenarnya masih terikat hubungan saudara dengan Cinta. Selama kehamilan sembilan bulan, Cinta pun melahirkan normal, dan anak yang dilahirkannya langsung diasuh oleh ibu yang ingin mengadopsi. Perempuan yang memiliki tinggi 160 cm ini sekarang sedang menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya, dan berusaha menjalani hidup seperti biasa. Cinta berusaha menyibukkan dirinya dengan bekerja agar pikirannya teralihkan dari masalah-masalah yang dihadapi, sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah adik-adiknya.

b. Hasil Observasi

Cinta memiliki tinggi 160 cm dan berat 54 kilogram. Saat wawancara pertama peneliti menemuinya di sebuah tempat perbelanjaan saat Cinta tidak bekerja, kemudian dilakukan wawancara di sebuah taman kota Medan dan berujung pada sebuah tempat makan. Cinta bekerja enam hari dalam seminggu, sehingga peneliti harus membuat janji terlebih dahulu sebelum bertemu dengannya. Cinta mengenakan jeans dan cardigan hitam pada waktu itu. Gadis yang memiliki suara serak ini awalnya sedikit malu-malu untuk memulai menjawab pertanyaan peneliti, namun lama-kelamaan Cinta bercerita tentang kehidupan dan keluarganya tanpa terkesan menutup-nutupi. Wajahnya sangat ekspresif saat menceritakan tentang keluarganya. Wawancara kedua dilakukan di sebuah mall. Sepulang dari tempat kerja, Cinta menemui peneliti dengan rambut yang digulung ke atas, menggunakan cardigan merah. Rasa Universitas Sumatera Utara letih setelah seharian bekerja tidak mempengaruhi hasil wawancara dengannya. Cinta terlihat antusias menjawab apa yang ditanyakan oleh peneliti. Suaranya terdengar jelas dengan kontak mata yang stabil. Sesekali Cinta melihat ke arah peneliti, sesekali Cinta memandang ke depan. Peneliti menemui Cinta di sebuah warung makan dekat rumahnya pada wawancara ketiga. Peneliti memilih melakukan wawancara di luar rumah dengan tujuan agar hasil wawancara tidak terdistorsi oleh keluarga Cinta, karena banyak saudara yang tinggal serumah dengannya. Cinta mengenakan pakaian rumah pada saat itu karena masih pagi dan waktu untuk berangkat bekerja masih lama. Ia mengenakan celana pendek bewarna biru dipadu dengan kaos warna abu-abu. Wawancara ketiga berlangsung lebih singkat disbanding wawancara sebelumnya, karena Cinta harus segera pulang ke rumah untuk menjaga sepupunya.

c. Data Hasil Wawancara

1 Kekerasan Seksual Cinta mengalami pencabulan saat ia berusia 18 tahun. Awalnya ia dijebak pada malam tahun baru kemudian dipaksa dan dirayu oleh Rahmat, kekasihnya. Cinta dibawa ke sebuah hotel, dengan alasan menemui teman pelaku di kos-kosan. Saat itu Cinta merasa dirinya masih perawan. Hal itu kemudian berlanjut hingga beberapa kali, saat melakukan untuk yang kedua kalinya, Cinta menyadari dirinya khilaf, kemudian berujung kehamilan. “Umur 18.” S2.W1b.577Hal.12 “Itu malam tahun baru, Cinta mau pulang. Kata dia bentar lagi. Lewat mesjid Raya, masuk ke situ kan. ‘Kok kesini?’ Cinta tanya. ‘Bentar, ke rumah kawan aku.’ Katanya. Dia tempatnya kayak ruko gitu kak, namanya Residence. Cinta pikir kawan dia lah. Depannya memang kayak ruko, Cinta gak tau itu kak. Rupanya hotel.” S2.W2b.341-350Hal.23 Universitas Sumatera Utara “Gak kelang berapa minggu, tiga minggu… Cinta di bawa ke kek warung lesehan… Ya udah, cerita-cerita. Semi-semi kek gitu lah kak.” S2.W2b.395-405Hal.24 “Namanya Cinta juga khilaf, ya udah lah terjadi kan. Di situ Cinta masih perawan juga. Terakhir, dimana itu ya Cinta udah gak perawan lagi. Oh,di jalan Puri kak.” S2.W2b.414-419Hal.24 Rasa takut dirasakan Cinta hingga ia tidak berani pulang ke rumah. Ia juga merasa menyesal dan ingin menggugurkan kandungannya dengan minum jamu, tetapi tidak berhasil. Cinta pun mencoba untuk tegar menghadapi masalah-masalahnya. Awalnya Cinta menutupi kehamilannya. Lama-kelamaan ibu Cinta mencurigai ia sedang hamil. Setelah itu Cinta dan ibunya pergi ke rumah Rahmat untuk meminta pertanggungjawaban, namun tidak dihiraukan. “…Ya udah, kejadian Cinta hamil, gak berani pulang, takut. Ee, nampaklah orang yang udah paham kan kak, orang yang di rumah Cinta, ibu.” S2.W1b.304-308Hal.7 “Sempat juga mukul-mukulin ini perutnya. Tapi buat apa, gitu ya kan kak. Itu lah kata kakek Cinta ‘Dia gak salah.’ Cinta udah minum jamu kak, jamu wayang.” S2.W1b.438-442Hal.9 “…Aku orang beragama, ngapai aku kek gitu, gitu. Ya udah lah, hadapi aja.” S2.W1b.446-448Hal.10 “Ya udah, Cinta datangin ke rumah dia sama ibunya, dia buang badan kak. Jadi kata mamaknya, karna dia orang berada, sepele lah dia. Ya udah, gak mau dia tanggung jawab” S2.W1b.318-323Hal.7 Beberapa hari kemudian Cinta melapor ke Poltabes. Peristiwa yang dialaminya dicatat oleh Juru Periksa. Ada dua kasus yang tercatat di kepolisian, pencabulan dan penggelapan sepeda motor. Lalu kasus yang dihadapi Cinta ditangani secara khusus oleh Yayasan Pusaka Indonesia YPI, hingga akhirnya hukuman penjara selama 12 tahun dijatuhkan pada pelaku, kekasih Cinta. “Ya udah besok-besoknya Cinta ngelapor ke Poltabes. Cinta ditanya lah sama Juper Juru Periksa.” S2.W1b.331-333Hal.7 “…Cinta telpon lah pak Robert, dia bagian jatras kan dua kasus kak, penggelapan sepeda motor sama pencabulan.” Universitas Sumatera Utara S2.W1b.373-376Hal.8 “…Trus bu Udur itu nelpon kak widya, LSM.” S2.W1b.346-347Hal.8 “Dia kenak 11 tahun ntah 12 tahun. Tapi kan bisa 6 tahun ato 7 tahun karna dia sogok pake duit ato apa.” S2.W2b.457-460Hal.25 Setelah kasus selesai, Cinta pun melahirkan normal. Anak yang dilahirkannya langsung diadopsi oleh pasangan yang masih memiliki hubungan saudara juga dengannya. “Anak Cinta diangkat sama orang kak, masih sodara juga, sodara jauh lah. Jadi waktu Cinta melahirkan dia pun ada kan, dirawatnya juga lah.” S2.W2b.497-500Hal.26 “Iya kak, langsung diasuhnya kemarin pas baru lahir, gak sama Cinta lagi.” S2.W2b.503-505Hal.26 Selepas melahirkan, Cinta merasa stres, pusing, dan pendarahan. Cinta juga merasa trauma, tertekan, dan cenderung lebih selektif menjalin hubungan dengan lelaki. Kejadian- kejadian yang dialaminya mengajarkannya untuk lebih tegar dan santai menghadapi masalah, agar tidak memberi dampak psikologis terhadap adik-adiknya. Cinta juga mencoba mengikhlaskan apa yang telah terjadi pada dirinya. “…dari Cinta melahirkan stres lah kan kak. Stres berat, sampe Cinta oyong, pendarahan.” S2.W2b.739-741Hal.31 “Trauma Cinta kak. Kalo di bilang trauma pacaran, enggak. Tapi pilih-pilih, tau kakak kan.” S2.W1b.489-491Hal.10 “Sakit ini Cinta, batin, sakit.” S2.W1b.490Hal.12 “Karna udah biasa kak, jadi Cinta bawa ketawa-ketawa aja. Cinta gak mau nampak rapuh di depan adik-adik Cinta. Takut nanti lari ke mental dia.” S2.W2b.109-113Hal.18 “…Dari kemarin-kemarin Cinta udah coba ikhlas, dalam artian keadaan Cinta udah kek gini. Anak Cinta sama orang. Bapak Cinta kek gitu, dengan semuanya Cinta coba ikhlas kak.” Universitas Sumatera Utara S2.W2b.245-250Hal.21 2 Pembentukan Identitas Diri 1 Eksplorasi a. Knowledgeability Setelah menyelesaikan bangku pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, Cinta memutuskan untuk bekerja. Keterbatasan ekonomi mengurungkan niatnya untuk sekolah dan memantapkan keputusannya untuk bekerja. ”..Cuma kemarin kak, duit gak ada, lemah lah ekonomi. Makan gak makan, asal ngumpul lah. Gak mungkin lah Cinta kuliah. Adek Cinta aja dulu, biar siap sekolahnya. Nanti Cinta kuliah, duit sekolah adik-adik gak ada ya kan.” S2.W3b.173-180Hal.35 Seandainya Cinta bisa melanjutkan kuliah, ia tertarik pada jurusan komputer dan bahasa Inggris yang berkaitan dengan keinginannya untuk menjadi sekretaris. “Dulu kepengennya English aja, komputer, bahasa inggris, itu kak.” S2.W3b.193-195Hal.35 “Kalo mau jadi sekretaris kan mesti pintar bahasa inggris sama komputernya kak.” S2.W3b.198-200Hal.36 b Activity directed toward gathering information Informasi pekerjaan yang diperoleh Cinta bersumber dari teman-temannya. Tak jarang Cinta juga bertanya kepada teman-temannya. ” Yang SPG Farmasi? Itu dari kawan Cinta. Ya awak tanya-tanya mereka juga lah, sapa tau mereka tau info kan.” S2.W3b.071-074Hal.33 c Desire to make an early decision Cinta bekerja semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ayah yang tak lagi memenuhi tanggung jawabnya mendorong Cinta untuk memutuskan bekerja. Ia pun tak ingin ketiga adiknya putus sekolah. Maka dari itu Cinta memutuskan untuk tetap bekerja Universitas Sumatera Utara dan berjuang untuk adik-adik, nenek, dan kakek. Cinta pun sempat ditawarkan untuk menjadi sekretaris di Aceh, namun ia tidak bisa meninggalkan keluarganya di Medan. ”Alasannya Cinta kerja, ya itu lah kak, gak ada yang ngerti nenek Cinta. Kalo misalnya Cinta gak kerja, ya gak sekolah lah kak adik-adik. Gak ada yang bantu Cinta.” S2.W2b.195-199Hal.20 2 Komitmen a Identification with significant other Kedekatan kakek dengan Cinta mempengaruhi penilaian siapakah yang menjadi figur identifikasi. Kakek menjadi orang yang diteladani Cinta. Kakek adalah seorang yang religius sekarang. Dahulu kakek seorang preman dan sekarang kakek menjadi sosok yang religius. Kakek pun sering mendengarkan keluh kesah Cinta dan menasehatinya. “Kakek Cinta.” S2.W2b.623Hal.13 “Kakek Cinta itu, waktu masih muda, cerita lah dia. Dia dari preman dari ke keagamaan.” S2.W2b.626-628Hal.13 b Projecting one’s personal future Cinta tidak berani membayangkan masa depannya. Ia takut jika harapannya tidak sesuai dengan kenyataan nantinya. Menurut Cinta hari depan itu adalah sebuah misteri. Ia lebih memilih menjalani hidupnya yang sekarang. “Gak bisa kak. Cinta takut berandai-andai, rupanya yang terjadi besok gak apa, gak seperti yang Cinta bayangkan. Jadi Cinta jalani aja dulu. Semalam itu pelajaran buat Cinta, hari ini ya hari ini, lain lagi buat besok. Besok itu misteri, gak akan pernah tau gimana besok.” S2.W3b.207-215Hal.36 c Resistence to being swayed Godaan-godaan dalam perkerjaan tidak mempengaruhi Cinta. Ia lebih memilih untuk tetap bertahan sebagai SPG produk susu daripada SPG rokok. Cinta mengakui materi yang Universitas Sumatera Utara didapatkan SPG rokok lebih besar dibandingkan sebagai SPG susu, namun Cinta ingin pekerjaan yang halal dan uang yang diperoleh adalah hasil jerih payahnya. “Enggak kak. Memang banyak lah duit orang itu. Sehari bisa dapat 800 ribu, satu juta, besok bisa lagi, besok bisa lagi. Tapi Cinta maunya kerja, yang dari keringat sendiri aja. Kalo di Bendera ini kan, ada yang ditunggu tiap bulan, gaji Cinta.” S2.W3b.240-247Hal.36 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri Remaja Perempuan Korban Kekerasan Seksual i. Pola Asuh Sejak kecil Cinta tinggal bersama kakek, nenek, ayah, ibu, dan ketiga adiknya. Saat ia berusia 16 tahun, ibunya meninggal dunia. Ibu adalah seorang yang sangat dekat dengan Cinta. Ibu adalah sosok yang perhatian dan sayang kepada anak-anaknya. Kerap kali ibu menasehati Cinta semasa hidupnya dan nasehat-nasehat ibu sering menjadi pedoman bagi Cinta. Hubungan Cinta dan ibu sangat dekat, tak jarang ibu menjadi tempat curahan hati Cinta. “Ya deket lah, kayak kakak-adek.” S2.W1b. 095Hal.3 “Ibu itu sama kami care. Dia gak mau nampak susah depan kami kak.” S2.W1b.116-117Hal.3 “Ibu tempat Cinta curhat.” S2.W1b.158-159Hal.4 Lain halnya dengan ayah, ayah Cinta pendiam dan kurang perhatian dan kurang perduli pada anak-anaknya. Apalagi semenjak ibu meninggal, ayah jarang pulang ke rumah dan tidak memberi cukup nafkah bagi anak-anaknya. Jalinan kasih ayah dan kekasihnya semakin memperlebar ketidakharmonisan hubungan ayah dan anak-anaknya. “Gak pernah cakap. Kami cakap ya paling nanya bapak udah makan. Gak pernah deket lah.” S2.W1b. 171-173Hal.4 Universitas Sumatera Utara “…cuma dia lebih banyak diam. Cuek dia sama kami. Gak ada perhatiannya, sampe sekarang.” S2.W1b.203-206Hal.5 “Cuma lebih cuek dari ibu. Dia lebih ke perempuan. Kalo sama perempuan dia baek kali, sama ceweknya.” S2.W1b.197-200Hal.5 Kakek dan nenek menggantikan peran ayah dan ibu Cinta sekarang. Hubungannya dengan kakek dan nenek sangat dekat. Perhatian dan kasih sayang didapatkan dari nenek dan kakek, bahkan Cinta sering berbagi cerita kepada kakek dan neneknya, keberadaan mereka memberikan semangat bagi Cinta. “Tapi yang buat Cinta semangat, ya pasti ibu, kakek, nenek, sama adek-adek Cinta.” S2.W1b.639-641Hal.13 ii. Homogenitas Lingkungan Cinta tinggal di lingkungan yang heterogen. Berbagai latar belakang dan karakter masyarakat tinggal di lingkungannya. “Lingkungan di rumah Cinta itu campur, di situ ada pelacur, ada yang kawin sama suami orang, di situ juga ada Bandar shabu.” S2.W2b.220-223Hal.20 Keadaan lingkungan tempat tinggalnya berpengaruh negatif buat Cinta, nenek, dan adiknya. Cinta merasa nyaman tinggal di lingkungan itu selagi kakek dan nenek masih tinggal dengannya. “Pengaruh positifnya gak ada, pengaruh negatifnya banyak kak.” S2.W1b.272-273Hal.21 “Nyaman karna ada nenek sama kakek Cinta.” S2.W1b.258-259Hal.21 “Nenek Cinta sering gak dipercaya orang kalo mau utang. Adek Cinta sering keluar- keluar malam, jam setengah 12 baru masuk. Kalo gak di jemput, gak pulang dia itu kak, maen PS.” S2.W1b.286-291Hal.21 Universitas Sumatera Utara iii. Model untuk Identifikasi Cinta sangat dekat dengan kakeknya. Kakek juga menjadi seseorang yang menjadi teladan baginya. Cinta mengagumi kakek karena dahulu kakek memiliki masa lalu yang tidak baik dan kini berubah menjadi seorang yang religius. “Dia dari preman dari ke keagamaan. Kita lebih bagus dari preman sampe jadi orang religius, daripada dari orang religius malah jadi preman. Kakek Cinta bolak-balik masuk penjara dulu kak. Karna misalnya mencuri atau apa.” S2.W1b.627-633Hal.13 iv. Pengalaman Masa Kanak-kanak Masa kecil Cinta tak jauh berbeda dengan anak-anak seumurannya pada waktu itu. Cinta masih memiliki keluarga yang lengkap. Menceritakan keluh kesah bukanlah menjadi hal yang langka saat ia masih kanak-kanak. Semasa kecil, Cinta sudah diajarkan untuk beribadah dan membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. “Masa kecil Cinta kek biasa lah kak, kayak anak-anak yang lain juga lah. Lengkap pastinya, ada apa namanya itu? Bapak, ibu, trus pun masalah kan masih bisa kita cerita- cerita lah. Gak ini, gak kayak sekarang-sekarang ini, gitu.” S2.W1b.019-026Hal.1 “…kalo subuh Cinta dibanguni nenek, suruh sholat.” S2.W1b.042-043Hal.1 “Iya, tapi dari kecil Cinta ini kak, nyuci piring lah, nyuci piring Cinta bisa, nyuci baju gak di kasi ibu. Jadi semua-semua ibu, gitu.” S2.W1b.050-053Hal.2

v. Perkembangan Kognisi