kuliah. Cinta bekerja untuk membiayai kebutuhan sehari-hari sekaligus biaya sekolah adik- adiknya.
“Setelah lulus sekolah Cinta SPG Farmasi.” S2.W3b.027-028Hal.32
“Cinta kerja di SOGO. Gak boleh bawa bontot. Habis itu Cinta di Sosro, di Chitato. Habis itu Cinta di ini, ke susu.”
S2.W3b.043-047Hal.32 “duit gak ada, lemah lah ekonomi. Makan gak makan, asal ngumpul lah. Gak mungkin
lah Cinta kuliah. Adek Cinta aja dulu, biar siap sekolahnya.” S2.W3b.174-178Hal.35
“Kalo misalnya Cinta gak kerja, ya gak sekolah lah kak adik-adik.” S2.W2b.197-199Hal.20
C. Interpretasi Data
1. Responden I
Status Identitas Diri pada Bulan
Crisis Commitment
Moratorium X ?
Keterangan: X : Ada
O : tidak ada ? :
kabur Erikson menyatakan bahwa pada usia remaja, krisis yang harus diselesaikan berkaitan
dengan pencarian identitas diri Schulz, 1994. Dampak peristiwa kekerasan seksual yang dialami korban akan mempengaruhi perkembangan identitasnya. Pembentukan identitas diri
dapat digambarkan melalui status identitas berdasarkan ada tidaknya kriteria-kriteria eksplorasi dan komitmen. Erikson dalam Bosma, dkk, 1994 mengatakan bahwa remaja pada
status identitas Moratorium masih mengalami masa krisis, namun jika krisis berkepanjangan, akan membuat remaja menjadi bingung, cemas, bimbang, dan tidak stabil serta akan
mengalami identity confusion. Bulan memiliki status identitas Moratorium. Bulan yang
Universitas Sumatera Utara
tinggal terpisah dari orangtua dan keluarga mengalami berbagai masalah yang berkepanjangan dalam hidupnya. Menurut Bulan masalah-masalah yang dialaminya
sewajarnya tidak dialami oleh remaja seusianya. Seringkali Bulan bingung akan masa depannya. Ia tidak memiliki pengetahun dan keahlian pada bidang tertentu sebagai modal
untuk bekerja yang layak, bahkan ia tidak mendapat arahan dari keluarga untuk menjadi lebih baik. Bulan merasa ia tidak mendapat dukungan untuk berubah dan mendapatkan kasih
sayang sebagai anak. Remaja yang berada pada status identitas Moratorium masih berusaha mengatasi masa krisisnya, dan masih melakukan eksplorasi terhadap berbagai alternatif dan
belum mencapai komitmen apapun. Menikah merupakan cara bagi Bulan agar hidupnya lebih baik, namun keinginan untuk menikah masih menjadi pertimbangan baginya, apalagi jika
kekasihnya tahu Bulan telah memiliki anak. Individu moratorium sedang berada dalam periode pembuatan keputusan dan mungkin telah melakukan beberapa keputusan yang
bersifat kabur dan umum. Bulan masih bingung mengambil keputusan dalam hidupnya. Bulan sangat tergantung pada kekasihnya, dan semua biaya hidup dibiayai oleh kekasihnya.
Bulan belum memutuskan akan bekerja dimana karena kekasihnya tidak menyetujui Bulan bekerja lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Bulan membentuk identitas dirinya adalah pola asuh, lingkungan yang heterogen, model untuk identifikasi, pengalaman masa kanak-kanak,
dan pengalaman kerja. Grotevant Archer dalam Archer, 1994 mengemukakan bahwa peran penting kualitas keluarga yang ikut mewarnai pembentukan identitas antara lain
terletak pada interaksi orang tua dengan anak. Bulan yang semenjak usia dua tahun telah mengalami asuhan yang silih berganti. Ia menerima pengasuhan ibu hanya sebentar,
kemudian ia diasuh oleh ayah dan ibu tirinya, tak lama kemudian ia diasuh oleh bibi dan tantenya. Pola pengasuhan yang beragam sangat mempengaruhi pembentukan identitas diri
Bulan. Bulan merasa dirinya tidak mendapatkan kasih sayang orangtua sehingga ia sulit
Universitas Sumatera Utara
untuk mempertahankan perilakunya yang baik. Hubungan Bulan dengan ibu tidak menggambarkan layaknya hubungan ibu dan anak. Bulan merasa ia dan ibunya saling tidak
perduli dan tidak memiliki ikatan batin. Bulan tidak pernah tinggal menetap di suatu daerah. Ia sering berpindah-pindah
tempat tinggal dengan alasan kenyamanan. Lingkungan yang heterogen mempengaruhi perkembangan identitas Bulan. Individu yang tinggal di lingkungan heterogen dihadapkan
pada banyak pilihan sehingga ia sering mengalami krisis dan dipaksa untuk menentukan suatu pilihan tertentu Fuhrmann, 1990. Hal ini lah yang mempengaruhi status identitas
Bulan berada pada status identitas moratorium. Model identifikasi bagi Bulan adalah kekasihnya. Kekasihnya sangat berpengaruh
dalam kehidupan Bulan dan mempengaruhi pembentukan identitas dirinya. Kasih sayang dan perhatian yang tidak didapatkannya dari keluarga menjadikan Bulan lebih berharga.
Konflik-konflik yang dapat diselesaikan pada masa kanak-kanak mempengaruhi penyelesaian krisis identitas pada masa remaja Fuhrmann, 1990. Bulan menghadapi
berbagai konflik saat ia masih kanak-kanak. Mulai dari perlakuan kasar dari ibu tiri dan bibinya, peristiwa perkosaan yang dialaminya, keterlibatannya sebagai PSK, hingga berujung
pada kehamilan mempengaruhi bagaimana Bulan mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri saat ini. Berbagai masalah itu lah yang berperan dalam proses pembentukan
identitas dirinya. Awalnya Bulan bekerja sebagai pekerja seks komersil PSK. Setelah berhasil terlepas
dari prostitusi yang berkedok salon tersebut, Bulan kembali bekerja di sebuah tempat biliar, lalu pindah bekerja di sebuah kafe. Pengalaman Bulan bekerja mempengaruhi bagaimana
Bulan melihat siapakah ia saat ini dan apakah yang ia inginkan pada masa mendatang. Bulan ingin menjadi individu yang lebih baik dan lepas dari kehidupan masa lalu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil observasi selama wawancara, Bulan tergolong remaja yang aktif, tetapi cenderung cepat merasa bosan pada sesuatu hal. Selama proses wawancara
berlangsung, Bulan ingin segera mengakhiri wawancara dan wawancara dilakukan saat Bulan benar-benar siap untuk diwawancarai. Saat wawancara, Bulan lebih suka berbincang-bincang
pada tempat yang terbuka. Oleh karena itu, peneliti mengajak Bulan ke USU selama wawancara berlangsung. Bulan sering terpengaruh pandangannya saat melihat lelaki yang
berlalu saat wawancara. Sewaktu Bulan menceritakan tentang masa kecil, terlihat air muka yang bersedih. Waktu ia menceritakan tentang anaknya, Bulan tak kuasa menahan air
matanya.
2. Responden II