Data Hasil Wawancara Subjek I

menyeka air matanya dan kembali menceritakan kisahnya. Berulang kali Bulan menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan anaknya. Wawancara kedua dilakukan di area USU lagi, tepatnya di halaman Biro Rektor USU. Sebelumnya peneliti dan Bulan bertemu di kos responden. Begitu peneliti tiba, Bulan langsung mengajak peneliti untuk segera beranjak dari kosnya. Sebelum melakukan wawancara, peneliti dan Bulan berkeliling melihat aneka satwa di halaman Biro Rektor. Sambil berlalu ia memperhatikan anak kecil yang sebaya dengan anaknya sambil memberitahukan kepada peneliti kalau anaknya sudah besar seperti anak yang sedang dilihat dan menyatakan harapannya untuk bertemu dengan anaknya. Saat itu Bulan sempat keberatan untuk menceritakan tentang kisahnya lagi, namun pelan-pelan peneliti meminta Bulan untuk bercerita lagi tentang kisahnya. Saat wawancara suara Bulan terdengar jelas dan sangat ekspresif. Kekesalannya tampak jelas dari bahasa tubuh ketika ia menceritakan perlakuan kasar ibu tiri dan bibinya. Bulan mengepal tangannya pertanda ia masih menyimpan rasa kesal pada ibu tiri. Perhatian Bulan terganggu beberapa saat ketika tiga lelaki melintas dan memandanginya serta mencoba menggodanya. Bulan tampak tersipu malu membalas pandangan ketiga lelaki tersebut. Saat maghrib Bulan terlihat tidak bersedia lagi diwawancarai, ia pun menarik tangan peneliti dan meminta peneliti menyudahi wawancara lalu segera pulang.

c. Data Hasil Wawancara

Remaja berdarah Aceh ini lahir 18 tahun yang lalu. Bulan sempat menghabiskan masa kecilnya di Aceh dan tinggal dengan keluarga yang lengkap. Keadaan demikian tidak berlangsung lama, karena pada usia dua tahun, orangtua Bulan becerai. Setelah perceraian Bulan tinggal selama dua bulan dengan ibu kandungnya. Ibu tidak sanggup lagi mengasuh Bulan karena keterbatasan ekonomi. Universitas Sumatera Utara “…Bulan pisah sama mamak dari umur 2 tahun sih, cuma diceritain sama nenek.” S1.W2b.012-013Hal.1 “Sama mamak kandung….setelah bercerai sempat lah sekitar 2 bulan gitu. Setelah 2 bulan tinggal, mamak gak sanggup ekonominya.” S1.W2b.101-104Hal.3 Perceraian membuat keluarga terpecah. Bulan dan kelima saudaranya diasuh terpisah- pisah. ketiga kakaknya tinggal bersama nenek, dan seorang adik laki-lakinya tetap tinggal bersama ibu. Ibu dan ayah Bulan pun memilih pasangannya masing-masing, mereka menikah dengan pasangan pilihannya. Setelah ayah menikah, Bulan diantar ke rumah nenek orangtua perempuan ayahnya oleh ayah. Tak lama kemudian Bulan ikut dengan ayah bersama ibu tiri. “Sejak itu keluarga pecah lah, mamak kawin lagi, bapak kawin lagi.” S1.W1b.048Hal.2 “…dijempuh ayah lah kan ke rumah nenek orangtua perempuan ayahnya. ya di situ lah gak berapa lama. Siap itu ayah datang jemput Bulan ikut sama ayah sama mamak tiri.” S1.W1b.059-062Hal.2 Bulan sekarang tumbuh menjadi seorang gadis berusia 18 tahun, namun ia telah mengalami perjananan hidup yang tidak mudah. Sejak usia dua tahun Ayah dan ibunya bercerai, Bulan pun tinggal untuk beberapa waktu bersama ayah dan ibu tirinya. Kemudian ia di asuh oleh saudara-saudaranya. Nenek, bibi, kakak, dan tantenya turut serta mengasuh Bulan. Selama tinggal berpindah-pindah bersama ayah, dan saudara-saudaranya, Bulan merasakan pengasuhan yang berbeda-beda. Bulan pun mengalami abuse secara fisik, emosi, verbal, hingga kekerasan seksual. “…Bulan pisah sama mamak dari umur 2 tahun sih, cuma diceritain sama nenek. Siap itu ikut ayah lah. Baru dua tahun Bulan ikut saudara.” S1.W1b.011-015Hal.1 “…tinggal sama mamak tiri, tinggal sama keluarga mamak tiri lah. Tapi Bulan disitu pun sering dipukuli, sering gak dikasi makan, kadang-kadang.” S1.W2b.050-054Hal.2 Kekerasan seksual yang dialami Bulan saat usianya 14 tahun, menjadi awal bagi Bulan terlibat sebagai pekerja seks komersial, atau yang biasa disingkat PSK. Pada waktu itu Bulan Universitas Sumatera Utara tinggal bersama nenek di kampung, Stabat. Selama di kampung ia mulai berpacaran dengan Budi, namun tidak diketahui oleh orang lain, termasuk neneknya. Kejadiannya berawal saat Bulan dan Budi pergi ke suatu pesta tetangga di kampung. Dalam keadaan mabuk sepulang dari pesta, Bulan diperkosa oleh Budi. “Umur…14 lah, segitulah. Pokoknya baru-baru tau pacaran Bulan. Dia pas pulang undangan itu, malam-malam. Ada kakak-kakak kan pesta di kampung kan. Pulang undangan, Bulan di antar, udah jam 12, Bulan diantar pulang ke rumah nenek. Di antar, tapi dia lewatnya, lewat sawah-sawah. Dia singgah deket gubuk situ. Tapi dia mau ngapain Bulan, udah masuk gitu, tapi kan udah ditelanjangi Bulan, udah mau di masukkan, Bulan jerit. Rasanya sakit, tapi Bulan gak tau, ntah udah pecah perawan Bulan tah gak, gak tau, tapi bedarah.” S1.W1b.164-178hal.6 “…di situ lah, di kampung itu Bulan, ada lah cowok namanya, di situ lah awal kehancuran Bulan. Cowok namanya si Budi itu, dia mabok. Waktu itu…” S1.W1b.152-156hal.5 Setelah perkosaan tersebut, Bulan merasa tidak ada perubahan dalam dirinya, ia merasa masih perawan karena penetrasi dilakukan sekali oleh pelaku. Bulan merasa sakit pada bagian genitalnya, namun ia tidak merasa bersalah, malu, rasa sakit, atau pun taruma. Terkadang saat ia sedang sendiri, Bulan teringat kejadian itu dan menyalahkan dirinya. “Itu waktu itu Bulan ngerasa gak diperkosa, dia gak maen bolak-balik gitu. Bulan setelah sama Budi itu, perasaan masih virgin aja gitu.” S1.W2b.324-327Hal.32 “Gak ada, gak ada Bulan rasa perubahan apa-apa. Bulan ngerasa masih kek perempuan- perempuan yang lain kok. Ngerasa masih virgin.” S1.W2b.337-341Hal.32 “Kalo malu sih enggak, karna gak ada yang tau. Ketakutan aja lah. Kalo orang cerita perawan, gini-gini. Aku nanti kek mana kalo nikah ya. Di kampung kami kan, kalo cewek-cewek kampung kan, perawan yang paling diinin. Kalo udah gak ada perawan, ya udah gak ada harta lagi kan. Di situ lah Bulan takut.” S1.W2b.366-375Hal.33 “Gak ada, kalo trauma itu sih gak ada.” S1.W2b.417-418Hal.34 “Kalo lagi sendiri. Lagi sendiri, terlintas, Bulan buang jauh-jauh pemikiran gitu. Jadi hampir gak pernah terpikirkan lagi lah.” S1.W2b.437-440Hal.34 Universitas Sumatera Utara Setelah kejadian itu, kemudian Bulan memutuskan kembali tinggal bersama ibu adik ibunya di Medan. Di Medan Bulan mulai terpengaruh teman-teman yang tinggal di gang dekat rumah ibunya. Bulan mulai berperilaku nakal. Saat ibu tahu, ibu marah dan kemudian mengusir Bulan. Lalu Bulan pergi dan tinggal di kos-kosan. Saat itu lah dia mengenal Toni. Bulan terikut gaya berpacaran teman-temannya. Bulan dan Toni tidak sungkan-sungkan lagi melakukan hubungan seksual. Dan itu menjadi hal yang biasa bagi Bulan setelah ia memperhatikan teman-temannya. “Itu udah di Medan itu kan, ke Medan lagi Bulan. Tulah, di situ Bulan mulai kenal-kenal cowok-cowok Medan lah di gang-gang situ. Tau lah anak-anak Medan yang gini-gini. Bulan udah mulai bandel di situ.” S1.W1b.190-195hal.6 “Udah di situ ya, di rumah ibu itu, ibu gak suka liat Bulan kan, di suruh pigi lah Bulan. ‘Udah, ngapain juga di sini, kau kalo mau jadi lonte, jadi lonte aja.’ Katanya kek gitu. Udah…Pigi Bulan sama kak Deny, ada kakak-kakak situ juga, ke kos-kosnya dia.” S1.W1b.200-207hal.6 “Karna kebaikan dia, karna lingkungan Bulan liat, karna kawan-kawan Bulan pun, Bulan liat, ah udah biasanya mereka gitu-gitu. Ya udah terikut-ikut di kos-kosan.” S1.W1b.287-291hal.8 Tak lama setelah itu, Bulan pun mengenal sebuat tempat prostitusi yang berkedok salon dari teman-temannya. Bulan bekerja di sana selama kurang lebih dua bulan. Tanpa disadarinya, dirinya tengah mengandung. Bulan merasa mual, muntah, lesu, dan tidak datang bulan. Saat Polda melakukan razia, Bulan pun diamankan dan kemudian dilaporkan ke PKPA sebagai kasus trackficking. Setelah setengah bulan ia berada di PKPA, barulah Bulan menyadari dirinya hamil. “Di situ si Toni kan ada cewek-ceweknya gitu. Ya di situ lah Bulan ikut-ikut orang itu. Di kasi kerjaan. Akhirnya….Itulah. di situ lah Bulan bandel, udah drastis bandel, udah diresmikan bandel. Udah potong pita di situ, udah resmi bandel.” S1.W1k.214-221hal.7 “Ya di situ Bulan gak tau udah hamil, tapi kok gak datang-datang bulan. Kok pagi-pagi suka muntah, mual gitu. Tapi gak pernah tau Bulan. Gak pernah cek-cek Bulan. Muka Bulan pun lesu.” S1.W1k.318-323hal.9 Universitas Sumatera Utara “Di PKPA, selama setengah bulan di PKPA lah, baru ketahuan Bulan hamil. Udah, tespek, rupanya betul-betul positif hamil.” S1.W1k.328-332hal.9 Bulan melahirkan anaknya dengan bantuan PKPA. Setelah kelahiran putrinya, Bulan masih bertingkah laku seperti sebelumnya. Ia masih suka bergaul dan pergi keluar pada malam hari. Dan tak jarang ia menelantarkan anaknya. Hingga akhirnya PKPA memutuskan untuk mengembalikan Bulan ke rumah orang tuanya. Namun Bulan hanya bisa bertahan untuk sementara di sana dan memutuskan untuk kembali ke Medan. Saat itu Bulan kembali ke PKPA. Namun PKPA tidak bisa lagi mengasuh Bulan dan anaknya. Melihat ketidaksiapan Bulan sebagai ibu, akhirnya seorang pegawai PKPA memutuskan untuk mengasuh anak Bulan. “Itu lah siap melahirkan Bulan, di PKPA, umur anak Bulan udah 2 bulan, Bulan kan masih muda, kan gak bisa ngurus anak. Memang keinginan Bulan ngurus anak ada, tapi Bulan gak kuat sendiri gitu. Bulan sering, memang Bulan yang salah. Bulan sering ninggalin anak Bulan di PKPA, Bulan suka pigi gitu, Bulan suka keluar malam-malam. Dan akhirnya orang PKPA pun lepas kesabaran, gitu kan. Ya udah lah, akhirnya Bulan diserahkan sama orangtua. Di balekkan Bulan ke Aceh, di balekkan lagi sama kakak di Aceh. Bulan bawa baby. Di Aceh ini pun, keluarga nerima anak Bulan. Tapi Bulan aja nya, macam gak tega liat anak Bulan di sana serba kekurangan, susu kekurangan, gitu kan. Akhirnya Bulan putuskan untuk balik ke Medan, hanya dengan modal ongkos 50 ribu, Bulan lari dari Aceh lagi.” S1.W1b.335-357hal.9 “Ke PKPA lagi. Orang PKPA gak mau nampung Bulan. Akhirnya…orang PKPA nampung anak Bulan, gitu.” S1.W1b.360-362hal.9 Bulan kembali melanjutkan hidupnya. Ia kembali bekerja di sebuah tempat hiburan, biliar. Tak lama kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda bernama Dedi di tempat itu. Perkenalannya dengan Dedi pun berakhir setelah Bulan tengah mengandung lagi selama empat bulan. Setelah itu Dedi tidak pernah lagi menghubungi bahkan menemui Bulan. Hingga suatu saat Bulan memberanikan diri menemui orang tua Dedi untuk meminta pertanggungjawaban, namun keluarga Dedi tidak menanggapinya. Akhirnya Bulan kembali ke kos dengan rasa kecewa. Lama-kelamaan keadaan fisik Bulan pun semakin lemah, hingga Universitas Sumatera Utara ia mengalami keguguran. Saat itu, tak seorang pun keluarga Bulan yang terbeban membiayai rumah sakit. Biaya rumah sakit dibiayai oleh orang tua Dedi, Bulan pun dibekali uang saku sebesar lima ratus ribu rupiah. “…mulai lah Bulan kerja lagi, kerja di biliar. Kenal lah Bulan cowok yang namanya Dedi ini.” S1.W1b.404-406hal.10 “Bulan menilainya beda. Ternyata dia, setelah Bulan hamil, 4 bulan, ditinggalin sama dia.” S1.W1B.411-413hal.10 “Di kos-kosan, ditinggalin sama dia, dia gak pernah datang-datang lagi.” S1.W1b.416-417hal.11 “Gak tahan Bulan, anak Bulan mungkin gak tahan kondisi Bulan, jarang makan, kenak angin malam. Akhirnya Bulan keguguran lah. Udah keguguran, di bawa ke rumah sakit lah sama tetangga.” S1.W1b.425-430hal.11 “Keluarga Bulan pun di kasi tau, keluarga Bulan cuek aja, gak ada mau ngeluarkan duit seperak pun. Orangtua Dedi lah yang ngeluarin duit semua kan, biaya rumah sakit.” S1.W1b.452-457hal.11 Untuk beberapa lama setelah mengalami keguguran, Bulan tinggal menumpang dengan tantenya, hingga ia benar-benar pulih. Setelah pulih ia pun kembali mencari pekerjaan, di sebuah kafe, dan tinggal di sebuah kos. Di kafe tersebut, Bulan mengenal kembali sosok laki-laki yang hingga sekarang menjadi kekasihnya. Bulan pun meninggalkan pekerjaannya dan tinggal bersama kekasihnya di sebuah rumah kontrakan. Sampai sekarang Bulan tidak lagi bekerja dan pindah di sebuah kos, biaya hidupnya dibiayai oleh Romi, kekasihnya. 1 Pembentukan Identitas Diri 1 Eksplorasi a Knowledgeability Universitas Sumatera Utara Subyek telah putus sekolah saat duduk di kelas satu SMP. Ada keinginan Bulan untuk melanjut sekolah, tetapi ia sudah tidak percaya diri lagi karena keadaan dirinya. “SMP kelas dua,ntah kelas satu. Antara kek gitu lah.” S1.W1b.768-769Hal.18 “Pengen kali. Tapi Bulan sekarang, udah gak pede, udah putus saraf-sarafnya. Orang udah melahirkan, udah bodoh lah.” S1.W1b.773-776Hal.18 b Activity directed toward gathering information Subyek memperoleh informasi pekerjaan dari teman-temannya. Setiap kali subyek ingin mencari tahu tentang kekasihnya, ia juga akan menghubungi dan mencari tahu dari teman-temannya. “Di situ si Toni kan ada cewek-ceweknya gitu. Ya di situ lah Bulan ikut-ikut orang itu. Di kasi kerjaan.” S1.W1b.214-216Hal.7 c Considering alternative potential identity element Pertimbangan subyek menerima pekerjaan yang ditawarkan teman-temannya semata- mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan terikut dengan pergaulan teman-temannya. Subyek yang tinggal terpisah dari orangtua memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan bekerja, maka tak jarang ia mau bekerja apa saja untuk mendapatkan uang. “Pigi-pigi sana-sini, sampe liat kawan-kawan pun, begaya, pake HP, mereka bajunya cantik-cantik, duit mereka. Ya udah lah, Bulan lama-lama terikut. Pas kenal lah yang di salon itu kan, sampe salon, di kerjakan di salon. Bulan gak mau juga di salon itu. S1.W1b.291-298Hal.8 d Desire to make an early decision Tak lama setelah subyek dikembalikan PKPA ke rumah orang tuanya, subyek memutuskan untuk kembali ke Medan. Jika ia dan anaknya tinggal bersama orang tuanya, ia Universitas Sumatera Utara takut keadaan anaknya menjadi sama dengan dirinya semasa kecil, yang hidup serba kekurangan. “Tapi Bulan aja nya, macam gak tega liat anak Bulan di sana serba kekurangan, susu kekurangan, gitu kan. Akhirnya Bulan putuskan untuk balik ke Medan, hanya dengan modal ongkos 50 ribu, Bulan lari dari Aceh lagi.” S1.W1b.351-357Hal.9 Di Medan Bulan memutuskan untuk kembali ke PKPA. Saat itu PKPA memberi kebebasan pada subyek untuk memilih tempat tinggalnya. Lalu subyek memutuskan untuk memberi hak asuh anaknya kepada seorang pegawai PKPA. Ia berharap anaknya mendapat tempat tinggal yang layak dan kebutuhannya terpenuhi. “Akhirnya…orang PKPA nampung anak Bulan, gitu. Bulan berpikir. Bulan berat kali ngelepas anak Bulan, Bulan sayang kali sama anak Bulan. Dari pada anak Bulan gak bisa nyusu, gak ada tempat tinggal, Bulan tinggal di kantor PKPA. Dan akhirnya diasuh sama orang PKPA sekarang.” S1.W1b.361-369Hal.10 2 Komitmen a Knowledgeability Bulan kurang memiliki pemahaman mengenai sesuatu hal yang telah diputuskan. Bulan diberikan kesempatan untuk mengikuti les komputer dari PKPA, namun kesempatan itu tidak ia maksimalkan. Bulan merasa tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan. “Di Tricom ini Bulan gak di hati Bulan, Bulan bodoh. Di Tricom ini Bulan belajar kadang, Bulan malu gitu loh. Yang lain-lain pinter, cepat nangkap. Sedangkan Bulan apa lah.” S1.W1b.801-805Hal.19 b Activity directed toward implementing the chosen identify element Pertama kali Bulan bekerja sebagai PSK, kemudian bekerja di sebuah tempat biliar, lalu memutuskan menjadi pelayan di sebuah kafe, karena ia ingin bekerja yang halal. Bulan tidak memiliki kegiatan sekarang, sehari-hari ia hanya di kos. Hingga sekarang ia belum memutuskan untuk bekerja atau melakukan kegiatan lainnya. Universitas Sumatera Utara “Memang kerjanya bukan di tempat yang baik, di kafenya. Tapi untuk ngelayani tamu gak ada, yang penting kerja ngarapin uang tip sama gaji lah. Bulan gak mau kerja- kerja ngelayani tamu, gak mau. Bulan gak sudi lagi liat kek gitu lagian.” S1.W1b.489-495Hal.12 “Ya gak ada lah, di kos aja. Tadinya mau les komputer itu kan, tapi lagi banyak kali masalah gini.” S1.W1b.982-984Hal.22 c Emotional tone Mata Bulan berkaca-kaca saat ia mengatakan ingin bertemu dengan anaknya, berkali- kali ia mengatakan hal itu. Bulan ingin hidupnya tidak bergantung pada orang dan membuka usaha kecil-kecilan. Kekasihnya menjadi sandaran Bulan sekarang ini. Ada rasa takut dan khawatir jika kekasihnya memutuskannya, juga bingung untuk melakukan apa jika hubungannya berakhir dengan kekasihnya. Keinginan Bulan untuk menikah sangat besar, dengan harapan dapat memperbaiki kehidupannya agar lebih baik dan dihargai oleh orang lain. “Bulan sekarang paling kepingin jumpa anak bulan. Dan sekarang pun bang Romi belum tau Bulan udah punya anak. Bulan sih gak masalah juga nanti. Bulan kalo di suruh pilih, misalnya kami udah nikah nanti, disuruh pilih anak sama bang Romi, Bulan tetap milih anak Bulan. Namanya anak kan gak ada bekas anak sih. Biarpun bapaknya Bulan gak tau siapa.” S1.W1b.1040-1050Hal.23 “Ntah jualan, biarpun kecil, tapi Bulan berusaha sendiri. Karna Bulan untuk pengalaman itu, gak ada. Bagusan Bulan jualan. Pokoknya usaha sendiri lah, kayak ntah buka voucher handphone, kartu-kartu gitu. Usaha lah klo untuk Bulan. Biar laki- laki itu gak menilai Bulan rendah, gitu. Biarpun Bulan gak tamat sekolah, gak ada keluarga. Tapi kan orang kan gak sepele sama Bulan, gitu kan. Dan Bulan mau nunjukkan sama keluarga Bulan, bahwa Bulan bisa hidup tanpa mereka. Bisa bejuang sampe sekarang.” S1.W1b.785-799Hal.18 “Bulan cuma ya, keinginan kepingin jadi pengusaha gitu lah. Buka usaha sendiri. Dari situlah Bulan ngerintis nanti sendiri, bisa buka lembaran baru. Bulan punya usaha kecil-kecilan aja. Tapi susah lah jaman sekarang. Awak pun untuk makan pas-pasan.” S1.W1b.1076-1083Hal.24 Universitas Sumatera Utara “Sekarang bang Romi yang jadi pegangan idup Bulan. Dia bukan siapa-siapa Bulan, bukan suami Bulan. Bulan dilepaskan putus sama bang Romi. Kalo lepas, kekmana…Bulan kan gak tau apa-apa. Apa Bulan kembali melacur? Kan gak mungkin.” S1.W1b.1087-1094Hal.24 “Bulan kepingin biar hidup Bulan menjadi lebih baik. Bulan punya harkat dan martabat gitu. Biar lebih di hargai sama orang-orang lah.” S1.W1b.947-951Hal.24 d Identification with significant other Figur identifikasi adalah kekasihnya karena perhatiannya yang diberikan kepada Bulan. Keluarga tidak menjadi faktor yang mempengaruhi Bulan membentuk identifikasi yang positif. “Yang Bulan banggain sekarang, dari hati kecil Bulan sih gak ada. Gak ada yang sekarang Bulan andalkan, gak ada.” S1.W1b.737-740Hal.17 “Bang Romi lah. Orang terdekat ku sekarang.” S1.W2b.497-498 Hal.36 e Projecting one’s personal future Semasa Bulan kecil, ia pernah membayangkan seperti apa dirinya kelak. Setiap hal- hal yang dibayangkannya menjadi kenyataan, dan dialaminya. Saat ini Bulan berkeinginan untuk menikah dan membayangkan masa depan pernikahannya. ” Ya, hampir semua yang pernah Bulan khayalkan. Bulan berkhayal punya cowok dewasa, gitu. Bisa jadi. Bulan bakalan gini-gini, terjadi itu kak. Makanya Bulan gak mau berkhayal yang aneh-aneh, takut terjadi.” S1.W2b.299-305Hal.32 “Yang Bulan khayalkan sekarang yang indah-indah. Belum pernah Bulan khayalkan yang susah-susahnya. Belum dialamin.” S1.W1b.1109-1112Hal.25 Universitas Sumatera Utara 2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri Remaja Perempuan Korban Kekerasan Seksual i. Pola Asuh Semenjak Bulan berusia dua tahun, ayah dan ibunya bercerai. Bulan pun di asuh terpisah dengan kakak-kakak dan adiknya. Bulan sempat tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Selama tinggal bersama ayah dan ibu tiri, Bulan seringkali diperlakukan tidak layak oleh ibu tirinya. Ibu tirinya sering memukul dan bahkan tidak memberinya makan. Bulan diperlakukan kasar jika ayahnya sedang bekerja. Namun Bulan tidak pernah memberi tahu perlakuan ibu tiri padanya. Bulan merasa tidak nyaman tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Lalu Bulan tinggal bersama nenek untuk waktu yang singkat. Tak lama kemudian, ayahnya menikah lagi untuk yang ketiga kalinya. Bulan pun tinggal lagi bersama ayah dan ibu tirinya yang kedua. Sampai Bulan masuk Sekolah Dasar, ayahnya memutuskan untuk pindah ke Pekanbaru. Namun Bulan merasa betah di sekolahnya, dan ia tidak ingin ikut bersama ayahnya. Kemudian bibinya meminta untuk mengangkat Bulan sebagai anaknya dan menyekolahkannya. Ternyata Bulan diperlakukan kasar oleh bibinya dan merasa serba kekurangan. Selama dua tahun tinggal bersama bibi, Bulan memiliki tanggung jawab untuk membantu bibi berjualan sarapan. Bulan harus bangun pagi, kemudian membuat bumbu masakan, membersihkan rumah, dan sepulang sekolah harus mencuci piring kotor. “…Bulan pisah sama mamak dari umur 2 tahun sih, cuma diceritain sama nenek. Siap itu ikut ayah lah.” S1.W1b.012-014hal.1 “Orang itu pisah, Bulan ikut ayah. Ayah kawin lagi kan, tinggal sama mamak tiri, tinggal sama keluarga mamak tiri lah. Tapi Bulan disitu pun sering dipukuli, sering gak dikasi makan, kadang-kadang.” S1.W1b.049-054hal.2 “….Rupanya gak cocok sama mamak tiri itu, Bulan dioper lagi ke tempat nenek. Siap tempat nenek, ayah kawin lagi sama istri yang laen, di bawa lah Bulan. Sampe ya kek kek gitu-gitu lah ceritanya. Habis itu, Bulan masuk sekolah lah, kelas 1 SD waktu itu. Universitas Sumatera Utara Udah masuk SD, Bulan, rupanya ayah udah gak bisa di Aceh lagi kan. Gak bisa di Aceh lagi, ayah pindah ke Pekanbaru. Waktu itu Bulan gak mau ikut ayah. Bulan sayang sama sekolah Bulan, baru pertama kali itu masuk sekolah. Bulan pertahankan tinggal sama wawak yang tinggal di Aceh.” S1.W1b.107-118hal.3 ” …wawak pertama janji sama ayah. ‘Biar aku angkat aja anakmu, biar aku sekolahkan. Aku pun anakku, udah besar-besar’ Katanya. Tapi Bulan di tempat wawak itu, memang di sekolahkan. Tapi Bulan serba kekurangan. Dua tahun Bulan ikut disitu, belum pernah ganti seragam sekolah. Gak pernah beli sepatu sekolah.” S1.W1b.119-129hal.3 “Habis itu Bulan sering dipukulin. Jam 5 pagi harus udah bangun. Dia kan jualan sarapan. Bulan harus bantu giling cabe, bereskan rumah itu lah, buat-buat bumbu. Bulan nanti jam 7 harus udah siap, harus udah standby di sekolah. Jadi sering ngantuk-ngantuk kek gitu. Nanti pulang dari sekolah, Bulan harus nyuci piring bekas jualan itu, yang banyak-banyak itu.” S1.W1b.130-140hal.3 “Di situ pun Bulan sering dipukulin di situ, sering ditumbukkin. Macam kerjaan Bulan ada yang salah aja, gitu. Tanpa alasan. Mereka udah nganggap Bulan macam melebihi ke beban.” S1.W1b.142-147hal.4 Tetangga melihat dan mendengar perlakuan bibi pada Bulan. Kemudian mereka mencari alamat tempat tinggal kakak Bulan. Tak lama kakaknya pun datang menjemput Bulan. Lalu Bulan di asuh oleh kakaknya hingga ia menyelesaikan Sekolah Dasar. Setelah itu Bulan tinggal bersama tantenya di Medan. Bulan pun melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di Medan. Bulan mulai tumbuh menjadi gadis remaja. Seiring dengan perkembangan Bulan, tantenya merasa tidak sanggup untuk membimbing Bulan. Ketidakcocokan pun mulai tampak. Lalu Bulan kembali tinggal bersama nenek di Stabat, saat itu lah bulan putus sekolah. Demikian lah pengasuhan yang dirasakan Bulan, Bulan di asuh silih berganti oleh saudara-saudaranya. “Udah sama wawak itu kan, tinggal sama wawak itu 2 tahun, keluarga, tetangga-tetangga kan gak tahan liat Bulan sering disiksa, sering dipukul. Rupanya mereka ada saudara Bulan, juga tetangga, mereka ada denger alamat kakak Bulan dimana. Kakak Bulan yang paling besar. Rupanya, dia udah nikah, tinggal di sekitar kota-kota itu juga lah, dihubungin, kakak Bulan lah yang jemput ke tempat wawak Universitas Sumatera Utara itu. Di jemput, Bulan di bawa lah ke rumah kakak itu. Di bawa situlah, sekolah. Baru Bulan di bawa ke Medan, tempat ibu. Di situ lah nyambung sekolah lagi Bulan.” S1.W1b.187-202hal.5 “Udah gitu Bulan sama ibu pun, udah kurang cocok pun. Ibu kan baru nikah, ada suaminya. Dia bilang sama mamak Bulan gini ‘Aku gak sanggup kak Nur, jaga anak kakak, anak kakak kan udah mau besar, payahlah anak jaman sekarang di ajarin.’ Katanya. Ibu pun kurang suka. Biasanya Bulan di bawa ke kampung lagi. Di situ lah udah putus sekolah. Di bawa ke kampung lagi di Stabat.” S1.W1b.213-223hal.5 ii. Homogenitas Lingkungan Selama perjalanan hidupnya, Bulan tidak pernah tinggal menetap di suatu tempat. Sejak ia kecil, Bulan telah diasuh dengan orang yang berbeda-beda sampai ia memutuskan untuk hidup mandiri, Bulan pun berada di lingkungan yang berbeda-beda pula. “Bulan gak pernah balek. Gak, Bulan soalnya pindah-pindah. Yang pindah-pindah ini kan gak tau pengalaman Bulan kek mana-kek mana, orang pun gak ada yang tau. Setau orang itu Bulan lari dari rumah, sporing. Udah itu mana tau-tau kalo Bulan pernah jadi PSK, Bulan pernah jadi ini-ini…Gak tau orang.” S1.W1b.932-941Hal.20 iii. Model untuk Identifikasi Bulan tidak memiliki figur yang menjadi idolanya, sosok yang diidolakannya. Bulan tidak mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang di sekitarnya atau orang terdekatnya, bahkan orang tuanya sendiri. Sampai sekarang bulan merasa kecewa dengan orangtuanya. Bulan merasa orangtuanya belum memberikan sesuatu hal yang layak bagi dirinya. “Yang Bulan banggain sekarang, dari hati kecil Bulan sih gak ada. Gak ada yang sekarang Bulan andalkan, gak ada.” S1.W1b.818-821hal.17 “Karna bukan Bulan mau nuntut, karna Bulan belum pernah ngerasain, apa yang di berikan untuk Bulan, yang, bukan yang berharga, yang apa pun belum pernah Bulan rasa.” S1.W1b.824-828hal.17 iv. Pengalaman Masa Kanak-kanak Universitas Sumatera Utara Sejak Bulan kecil, ia mengalami masa-masa yang sulit. Dimulai saat kedua orangtuanya bercerai, Bulan diasuh berpindah-pindah oleh ayah dan keluarganya. Semenjak kecil Bulan tinggal di tempat yang berbeda-beda, hingga sekarang ia pun tidak pernah tinggal menetap. Masa kecil Bulan tidak seperti anak-anak pada umumnya. Konflik-konflik yang dihadapi cukup berat ditanggung oleh anak seusianya. Sejak usia empat tahun, Bulan sering dipukul oleh ibu tirinya, terkadang juga tidak diberi makan dan dijatah, bahkan ia dan seorang kakaknya suka mengumpulkan botot. Pada saat tinggal bersama bibi, Bulan juga dipukul dan hidup kekurangan. Bahkan ia harus mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu bibi berjualan saat ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Bulan tidak mengingat banyak masa kecilnya. “Baru pas kira-kira umur 4 tahun tinggal sama ayah, sama istrinya.” S1.W1b.019-021hal.1 “Bulan ikut ayah. Ayah kawin lagi kan, tinggal sama mamak tiri, tinggal sama keluarga mamak tiri lah. Tapi Bulan disitu pun sering dipukuli, sering gak dikasi makan, kadang-kadang.” S1.W1b.049-054Hal.2 “Di situlah kami susah kali, hampir kena gizi buruk kurasa Bulan di situ. Kurus kali badan Bulan, jarang di kasi makan di situ.” S1.W2b.173-177Hal.29 “Sama, kami, sama kakak-kakak jarang makan gitu. Orang nanti perut udah pedih- pedih, gak ada sarapan.” S1.W2b.180-183Hal.29 “Makanan ada, tapi dijatah. Kadang-kadang gak makan.” S1.W2b.187-188Hal.29 “Jam 5 pagi harus udah bangun. Dia kan jualan sarapan. Bulan harus bantu giling cabe, bereskan rumah itu lah, buat-buat bumbu.” S1.W1b.131-135Hal.3 “Nanti pulang dari sekolah, Bulan harus nyuci piring bekas jualan itu, yang banyak- banyak itu. Tapi gak sempat belajar pun, gak sempat ngaji. Di situ pun Bulan sering dipukulin di situ, sering ditumbukkin. Macam kerjaan Bulan ada yang salah aja, gitu. Tanpa alasan.” Universitas Sumatera Utara S1.W1b.138-145hal.4

v. Sifat Individu