Informan Ke-IV Profil Informan

Konsep asimilasi perkawinan ternyata berlaku baginya. Ia menikahi wanita yang bersuku Jawa. Sehingga secara tidak langsung ia telah menyatukan 2 budaya yang berbeda kedalam satu ikatan perkawinan. Dari pernikahan beda agamanya itu, ia tidak dikarunia anak. Namun, ia setelah 8 tahun pernikahannya mereka memutuskan mengadopsi anak angkat. Pak Aho dan keluarga kecilnya dikenal ramah oleh masyarakat sekitar. Bukan perkawinan campuran saja yang ia lakoni, bahasa yang ia kuasai juga beraneka ragam. Ia menguasai bahasa Hokkien, Jawa, dan Batak. Semua itu ia dapat dari pembauran kepada masyarakat sekitar. Ia mengatakan bahwa masyarakat pribumi didaerah ini dahulunya sangat tidak menyukai jika adanya bangunan tempat peribadatan selain Mesjid atau Musholla. Namun, setelah konflik besar “demo cina” kuil dan vihara sudah banyak dibangun di sekitar Dusun VIII ini. Rumah peribadatan mereka sekarang berjumlah 5 gedung. Bangunan mewah serta ornamen yang menguatkan etnis cinanya tampak sepanjang Dusun VIII.

4.2.4 Informan Ke-IV

Nama :Pak Cheng Djin Usia : 71 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Agama : Budha Status : Menikah Pekerjaan : Pengusaha Penghasilan : ± Rp 5.000.000.- Universitas Sumatera Utara Jumlah anak : 3 orang, 1 anak angkat Pak Cheng adalah keturunan kedua dari orangtunya yang dahulunya berprofesi sebagai kuli kontrak perkebunan tembakau Deli. Pak Cheng masih merupakan keluarga dari Pak Aki. Hubungan keluarga ynag dekat membuat mereka senasib sepenanggungan, karena sama-sama pernah merasakan susahnya pada masa itu. Pada saat itu, orangtua dari Pak Cheng datang sebagai imigran dari Tiongkok. Alasannya, orangtuanya berpindah ke Sumatera Utara adalah karena krisis perekonomian di China, sehingga untuk mengubah nasib kehidupannya orangtua Pak Cheng mengaduh nasib di Indonesia. Untuk menjadikan dirinya sebagai Warga Negara Indonesia, Ayahnya menikahi ibunya yang merupakan WNI. Dan untuk menghidupi keempat anaknya, Beliau harus mengabdikan diri kepada Belanda sebagai Kuli kontrak perkebunan tembakau selama hampir ± 3 tahun. Setelah ayahnya berhenti dari perkebunan, ayahnya memanfaatkan sisa tanah yang tidak diambil alih oleh Belanda, dengan menanam sayuran seperti kol dan bayam. Dari hasil bertaninya tersebut ayahnya mampu membiayai kehidupan keluarganya walau serba kekurangan. Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian, Pak Cheng sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarganya merasa menjadi tulang punggung bagi saudara- saudaranya. Awalnya ia hanya remaja miskin yang hanya mengikuti jejak Pamannya mengelolah bahan baku besi menjadi peralatan seperti pedang atau parang. Setelah bertahun-tahun merintis, banyak sekali terjadi kendala serta halangan. Ketika itu sang paman meninggal dunia dan usaha yang dirintis pamannya harus gulung tikar karena tidak ada lagi yang mengelola usaha tersebut. Universitas Sumatera Utara Dengan munculnya anggapan cina sebagai kaum minoritas dan sering munculnya diskriminasi serta ejekan, tidak serta merta membuatnya putus asa meniti karir dari bawah. Dengan hinaan itu ia semakin kuat dan akhirnya ia bertekad memulai usaha yang dulu dirintis dari pamanya itu. Sekarang ia telah berhasil mempunyai usaha sendiri dengan nama “Toko Besi Djaya”. Dari hasil usahanya yang dirintisnya bersama sang istri telah mamppu memenuhi kebutuhan perekonomian ketiga anak kandungnya dan seoranng anak angkat, baik status sosial, pendidikan, serta jaminan hidup masa depan keluarganya. Sudah hampir 17 tahun ia merintis usahanya tersebut. Sekarang ia telah mempunyai cabang toko besi terbut di Kota Medan. Ia mengaku bahwa hasil yang ia dapat sekarang bukanlah instan, ia telah mengalami pasang surut dan kelamnya masa lalu. Ia telah mampu membuktikan kepada orang-orang sekitarnya dan kepada adik- adiknya bahwa ia bisa bangkit membawa pembaruan di keluarganya. Kehidupan perkonomiannya pun semakin maju seiring perkembangan zaman. Dengan usahanya tersebut, ia dapat menyekolahkan 2 orang anaknya mengeyam pendidikan ke luar negeri yaitu di Singapura. Dan kini anak-anak juga telah membuka usaha dibidangnya masing-masing. Hal ini semakin meningkatkan status sosial mereka sebagai keturunan cina kebun sayur yang dulunya dianggap sebagai cina miskin kini telah menjadi pengatur roda perekonomian cina kaya . Universitas Sumatera Utara

4.2.5 Informan Ke- V Nama