Perubahan sosial aspek sosial

f. Penduduk yang heterogen Masyarakat-masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang memiliki latar belakang, ras, dan ideologi yang berbeda mempermudahkan terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya proses perubahan. Selain itu, perubahan sosial juga mendapatkan hambatan-hambatan. Adapun faktor-faktor penghambat tersebut adalah : a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain. b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. c. Sikap masyarakat yang masih tradisional. d.Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat sekali atau vested interest. e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan. f. Prasangka terhadap hal-hal yang asing atau baru. g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. h. Adat atau kebiasaan.

2.1.1 Perubahan sosial aspek sosial

Perubahan dari aspek sosial merupakan suatu proses perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang meliputi, aspek kehidupan sosial, interaksi sosial, status sosial dan tindakan sosial lainnya. Perubahan kendatinya terjadi karena adanya perubahan sikap dan perasaan bahwa ingin merubah struktur yang sudah ada menjadi lebih baik lagi. Universitas Sumatera Utara Mengenai masyarakat kuno, dapat diambil cina sebagai contohnya, pandangan Hegelian yang menyatakan cina telah melampaui tingkat kemandekan struktur sosial, tidak dapat lagi di pertahankan. Semakin jelas bahwa sejarah cina penuh pergolakan, perubahan tiba-tiba, dan perubahan bertahap. Misalnya dalam periode yang disebut periode revolusi, cina sangat berubah bersama dengan masyarakat besar lainnya di zaman itu. Sejak tahun 900-200 SM, struktur masyarakat maupun pemikiran orang cina terus-menerus mengalami perubahan. Di abad-abad berikutnya, terjadi perbedaan secara menonjol dibanding dengan periode revolusi yang ditandai perubahan masyarakat yang sangat cepat itu, tetapi tidak menunjukkan suatu masyarakat kedalam kemandekan dan tidak berubah selama jangka panjang Lauer, 1989. Status sosial tidak bersifat statis, melainkan selalu berubah sesuai dengan ruang dan waktu tempat seseorang itu hidup. Perubahan status itu berdampak pada perubahan peran sosial seseorang secara mendadak pula. Kondisi ini potensial menyebabkan konflik peran ketidaksesuaian peran sosial dalam dua atau lebih status sosial yang sedang terjadi secara bersamaan , yang menjadi akar permasalahan sosial secara makro. Kehidupan orang-orang tionghoa semakin berubah seiring perkembangan zaman, baik secara kehidupan sosialnya maupun perekonomiannya. Kehidupan sosial meliputi status sosial, interaksi tionghoa dengan pribumi serta tindakan sosial lainnya masa ke masa semakin membaik. Jika dahulu status sosial orang tionghoa sebagai minoritas di tengah mayoritas penduduk Indonesia sangat rendah, maka di tahun- tahun berikutnya mereka menjadi orang-orang yang diperhitungkan status sosialnya. Universitas Sumatera Utara Pada masa VOC berkuasa, orang-orang cina diijinkan berkumpul dan tinggal di Batavia. Namun, orang-orang Cina lebih ditertibkan lagi dalam hal pemukiman. Mereka diberi tempat yang bebas untuk menghuni pemukiman dengan batas-batas daerah yang telah ditetapkan. Pemukiman khusus bagi orang Cina ini dimaksudkan oleh pemerintah kolonial agar bisa lebih mudah mengawasi aktivitas ekonomi dan segala tindakan sosial komunitas tersebut. Dengan pemukiman yang tumbuh di sana, kehidupan sosial juga ikut berkembang. Interaksi sosial yang terjadi dengan masyarakat pribumi memberi kesempatan bagi orang-orang dan para pedagang Cina untuk mengenal lebih jauh budaya Jawa. Kebanyakan dari mereka meniru pola pemukiman dan pergaulan hidup orang Jawa. Pada kalangan elit ini orang-orang Cina juga banyak berhubungan dengan para bangsawan dan kerabat Kraton di Surakarta. Kehidupan para bangsawan Kraton yang sering menuntut pengeluaran melebihi pendapatannya, yang memerlukan tingkat kebutuhan tinggi, menemukan penyelesaian pada beberapa orang Cina kaya yang tinggal di Surakarta http:www.politikana.com. Sama halnya seperti kehidupan sosial di komunitas cina kebun sayur di Desa Bandar Klippa, mereka membaur dengan kebudayaan orang Jawa. Kehidupan sosial serta interaksi mereka selalu berhubungan dengan masyarakat sekitar yang bersuku Jawa. Bahkan kebanyakan dari orang-orang tionghoa di desa tersebut fasih menggunakan bahasa Jawa. mereka rela melepas identitas serta bahasa mereka, dan kemudian membaur dengan masyarakat sekitar yang mayoritas suku Jawa. Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Perubahan sosial aspek ekonomi