Masyarakat marginal adalah sebuah kemungkinan atau probabilitas orang atau keluarga miskin untuk melangsungkan dan mengembangkan usahanya serta taraf
kehidupannya. Pada umumnya yang mengalami marginalisasi adalah kaum migran. Kaum marginalisasi dianggap tidak mempunyai keahlian unskilled labour seperti
pedagang, kurir, pengumpul barang bekas maupun kuli kontrak. Adapun ciri-ciri masyarakat yang termasuk golongan marginal adalah
pertama, tidak terjadinya atau lamban terjadinya mobilitas sosial vertikal. Mereka yang miskin tetap miskin dan yang kaya tetap menikmati kekayaannya. Kedua,
ketergantungan si miskin akan ekonomi kelas sosial diatasnya. Dahulunya cina kebun sayur datang ke Indonesia dalam keadaan miskin dan
padsa akhirnya mereka dapat membuktikan bahwa perputaran ekonomi telah didapat. Sebagian besar etnis cina telah menghilangkan stigma negatif dan marginalisasi,
karena dengan perkembangan perekonomian mereka secara langsung menaikkan status sosial mereka dan disegani oleh masyarakat sekitar.
4.3.1.3 Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses pembauran yang dilakukan komunitas cina kebun sayur dengan masyarakat sekitar di Desa Bandar Klippa. Asimilasi ini sendiri
dimaksudkan bahwa komunitas cina kebun sayur rela melepas dan menghilangkan identitasnya sebagai etnis cina dan melakukan pembauran terhadap pribumi. Tentu
saja pihak masyarakat pribumi menerima pembauran mereka. Proses asimilasi tidak akan berjalan dengan baik jika tanpa kesediaan dua
belah pihak. Artinya, keharusan proses interaksi antara dua pihak atau kelompok,
Universitas Sumatera Utara
yaitu pihak pendatang cina dengan pihak penerima pendatang pribumi , atau masyarakat setempat. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses
asimilasi dapat terjadi : a.
Adanya kelompok-kelompok manusia yang mempunyai perbedaan kebudayaan
b. Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif dengan waktu yang lama c.
Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan masing-masing saling menyesuaikan diri.
Masuknya cina kebun sayur ke Sumatera Utara tentulah mendapatkan tantangan dalam melakukan pembauran. Berbagai stigma negatif yang terlebih
dahului melekat membuat asimilasi sulit dilakukan. Namun, dengan kegigihan mereka mengadu nasib di Sumatera Utara membuat mereka mau tidak mau harus
melakukan pembauran tersebut. Mereka harus berjuang terus untuk mendapatkan pengakuan sebagai WNI berketurunan asing. Tujuan lainnya adalah demi menerima
identitas diri yang jelas di Indonesia agar stigma kaum minoritas bisa dihapuskan. berikut kutipan dari hasil wawancara dengan salah satu informan :
“...saya menikahi gadis di desa sini yang merupakan WNI dan bersuku Jawa. Ini saya lakukan karena saya terlanjur
menyukai desa ini, bahkan saya juga menguasai bahasa istri saya yaitu bahasa Jawa...”
Sumber : hasil wawancara dengan Pak Aho, April 2010 Asimilasi perkawinan adalah perkawinan para pendatang dengan masyarakat
asli setempat Host- society melalui perkawinan campuran yang dilakukan adalah salah satu cara pembauran yang efektif, karena dengan menikahi warga negara
Universitas Sumatera Utara
Indonesia secara tidak langsung memberikan identitas diri terhadap etnis cina untuk menjadikan dirinya WNI. Berikut kutipan hasil wawancara terhadap salah satu
informan : “...Dulu ayahnya menikahi ibunya yang berwarga negara
Indonesia. Tujuannya karena cinta dan supaya menjadikan keluarganya Warga Negara Indonesia dan gampang
menmdapatkan pekerjaan...”
Sumber :hasil wawancara dengan Pak Cheng, April 2010. Kehidupan sosial yang sulit membuat mereka harus melakukan asimilasi baik
penyatuan budaya, mempelajari tradisi masyarakat sekitar, sampai melakukan asimilasi melalui perkawinan campuran. Dengan identitas diri sebagai WNI,
kebanyakan cina kebun sayur mengganti nama asli mereka dengan nama Indonesia. Tujuan agar pembauran yang dilakukan lebih sempurna. Maka, tidak jarang mereka
mempunyai 2 nama, yaitu nama Tionghoa dan nama Nasional Indonesia . Cina kebun sayur dapat bernafas lega dalam menjalankan ibadah mereka.
Dengan perubahan yang telah terjadi, masyarakat sekitar pribumi memberikan kebebasan bagi cina kebun sayur untuk beribadah dan membangun tempat ibadah di
pemukiman tersebut. Terbukti, kini di area pemukiman cina kebun sayur terdapat 5 tempat ibadah yang meliputi Vihara dan Kuil. Pembangunan tempat-tempat ibadah
tersebut atas inisiatif dan gotong royong masyarakat cina kebun sayur.
4.3.2 Kondisi Kehidupan Perekonomian Komunitas Cina Kebun Sayur