2.3.1.3 Konflik
Dahrendorf Ritzer, 2005 , menyimpulkan bahwa masyarakat adalah statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang. Namun, para ahli
lainnya mengatakan setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Teoritis konflik dan fungsionalisme disejajarkan. Fungsionalis menekankan
keteraturan masyarakat, sedangkan teoritis konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Fungsionalis juga menyatakan bahwa setiap elemen masyarakat
berperan dalam menjaga stabilitas. Teoritis konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan.
Dahrendorf juga menganggap fungsi konservatif dari konflik hanyalah satu bagian realitas sosial dan konflik juga menyebabkan perubahan dan perkembangan.
Secara singkat Ia menyatakan bahwa setelah kelompok konflik muncul, kelompok itu melakukan tindakan yang menyebabkan perubahan dalam struktur sosial. Bila konflik
itu terjadi dengan hebat, maka perubahan bersifat radikal. Bila konflik disertai tindakan kekerasan, akan terjadi perubahan struktur secara tiba-tiba.
Soekanto 1984, menyatakan konflik sosial dapat ditelaah dari pelbagai aspek, antara lain adalah :
a. Secara historis, maka konflik antara masyarakat–masyarakat memainkan suatu
peranan penting dalam pembentukan unit-unit sosial yang lebih besar dan lebih luas, memperkuat sistem stratifikasi sosial dan memperluas difusi penemuan-
penemuan baru di bidang sosial budaya. Di zaman modern konflik internasional
Universitas Sumatera Utara
telah mempengariuhi struktur ekonomi dan politik dari berbagai masyarakat, kebijaksanaan-kebijaksanaan politik, maupun norma-norma.
b. Konflik antara golongan mungkin mendorong terjadinya perubahan dan
penemuan-penemuan baru c.
Adanya atau kemungkinan terjadinya konflik antargenerasi.
Sebagai contoh, kerusuhan Mei tahun 1998, yang menyebabkan diskrimanasi, munculnya tindak kekerasan dan pembunuhan pada etnis tionghoa di medan dan di
daerah di Indonesia lainnya. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak
dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Dalam kejadian ini terdapat ratusan etnis Tionghoa yang mendapat kekerasaan bahkan pemerkosaan. Sebab dan alasan
kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun, demikian umumnya masyarakat setuju bahwa peristiwa ini merupakan
sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia. sementara beberapa pihak terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut.
Konflik seperti ini pernah menjadi ketakutan tersendiri bagi etnis Tionghoa di Medan dan daerah lainnya, Karena kebrutalan untuk menindas orang yang beretnis
Tionghoa memberikan trauma tersendiri bagi mereka. Konflik tersebut adalah konflik terbesar pribumi terhadap komunitas non pribumi.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kehidupan Perekonomian Orang Cina Tionghoa Tahun 1950-Kini