Informan Ke-II Nama Profil Informan

perubahan sosial ekonomi yang dialaminya, tidak menghilangkan kesenian itu dari hidupnya. Dan dengan keahlian keseniannya itu, ia dan anggotanya sering menghadiri undangan dua kali dalam sebulan. Pak Nasip adalah salah seorang warga Tionghoa yang memiliki kefasihan dalam bahasa Jawa. Kefasihannya dalam berbahasa Jawa sudah tidak perlu diragukan lagi. Demi menghilangkan diskriminasi akan etnis cina, ia menggantikan nama Tionghoanya dengan nama Indonesia. Dan ia juga lebih senang dipanggil dengan nama Indonesianya dibandingkan nama aslinya. Perubahan sosial ekonomi yang terjadi membuat pak Nasip kini dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan profesi sebagai Kontraktor, ia mampu menyekolahkan keempat anak-anaknya sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Tentu saja hasil yang telah ia peroleh sekarang tidak lepas dari usahanya yang tidak pernah berhenti melawan stigma-stigma negatif terhadap dirinya sebagai etnis cina.

4.2.2 Informan Ke-II Nama

: Pak Aki Sudarmanto Usia : 57 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Agama : Budha Status : Menikah Pekerjaan : Wiraswasta Penghasilan : ± Rp 6 - 7 juta Jumlah anak : 2 orang Universitas Sumatera Utara Pak Aki merupakan warga cina kebun sayur yang sudah menetap di Dusun VIII sejak kecil. Bisa dikatakan hampir seumur hidupnya dihabiskan di Desa Bandar Klippa. Ia mengaku ayahnya dahulunya asli orang Medan, namun kakeknyalah yang berasal dari Tiongkok dan pindah ke Sumatera Utara untuk menjadi kuli kontrak perkebunan tembakau. Artinya, pak Aki merupakan keturunan ketiga dari cina kebun sayur itu sendiri. Dahulunya orangtua dari pak Aki mempunyai pekerjaan sebagai pengumpul barang-barang bekas “botot”. Dari hasil pekerjaan orangtuanya itu, keluarga besar pak Aki merasa sangat kekurangan. Kelima saudara pak Aki harus menghentikan sekolahnya karena keterbatasan biaya orangtuanya. Mereka harus rela menjadi anak putus sekolah dan harus mengikuti ayahnya membantu mengutip barang-barang bekas. Profesi sebagai pengumpul barang-barang bekas merupakan pekerjaan yang dilakukan cina kebun sayur di sumatera utara. Tidak ada kata bahagia pada masa itu. Kehidupan semakin sulit ketika orangtua dari Pak Aki menjadi kuli kontrak perkebunan dengan Kolonial Belanda. Segala kesulitan mulai mehampiri mereka, mulai dari dipersulitnya interaksi mereka dengan masyarakat lainnya, diskriminasi, sampai buruknya sistem tenaga kerja serta pemberian upah yang dilakukan Belanda. Pak Aki menjelaskan bahwa interaksi sosial antara kuli kontrak dengan masyarakat sekitar sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan pemasungan hak-hak para kuli kontrak oleh Kolonial Belanda. Cerita kekejaman Belanda ternyata tidak hanya sampai disitu saja, pak Aki pernah mendengar bahwa diskriminasi antara cina baik perempuan maupun laki-laki sangat Universitas Sumatera Utara memprihatinkan. Belanda juga membiarkan kuli-kuli terlilit hutang dengan mereka, sehingga para kuli harus lebih bekerja keras untuk melunasi utang –piutang mereka. Seiring perkembangan zaman, derita para kuli kontrak perkebunan sudah tidak begitu dirasakan keturunannya. Jika dahulunya kuli kontrak sulit dalam pembauran dengan masyarakat lain, sekarang keturunan dari cina kebun sayur merasakan adanya rasa toleransi antara pribumi dan non-pribumi. Walaupun pada tahun 1998, pernah terjadi pembrontakan serta perlakuan brutal masyarakat pribumi terhadap masyarakat non pribumi. Pak Aki mengaku, keluarganya juga pernah menjadi korban kekerasan Ras pada masa itu. Namun, semuanya telah berlalu. Masyarakat sekitar telah dapat menerima masuknya asimilasi cina kebun sayur khususnya. Pak Aki mempunyai usaha sendiri, yang sudah ia tekuni sejak 10 tahun yang lalu. Ia memiliki usaha “Panglong Bintang Timur”. Dari hasil usahanya ini, ia telah berhasil menyekolahkan salah satu anaknya ke Malasyia. Dan ia juga mengaku telah mempunyai pegangan hidup untuk hari tuanya. Perubahan perekonomian yang ia rasakan sekarang ini bukanlah terjadi begitu saja. Ia mengatakan bahwa ia dahulunya hanya bekerja sebagai karyawan sebuah toko. Namun, berkat kegigihannya ia bisa memiliki usaha sendiri. Pak Aki juga mengatakan bahwa keadaan Dusun VIII dahulunya masih sederhana sekali. Bangunan-bangunan pemukiman mereka semi permanen, bahkan terbuat dari tepas dan papan. Sekarang pemukiman di dusun tersebut sudah berkembang pesat. Dari hasil penelitian yang dilakukan, bangunan-bangunan perumahan keturunan cina kebun sayur sebagian merupakan bangunan mewah Universitas Sumatera Utara lengkap dengan kendaraan mewah mereka. Hal lainnya adalah telah banyaknya dibangun Kuil serta Vihara di sekitar pemukiman warga tersebut. Bila dahulunya pembangunan tempat peribadatan etnis cina sering dirusak warga pribumi. Kini, tempat-tempat peribadatan tersebut berdiri kokoh. Perubahan sosial yang terjadi pada komunitas cina kebun sayur ternyata sudah sebagian besar dirasakan mereka. Walaupun masih ada sebagian cina kebun sayur yang masih tergolong miskin. Pemukiman di Dusun VIII, terutama di Jalan Kebun Sayur telah menjadi Komplek bagi etnis Cina kebun sayur.

4.2.3 Informan Ke-III Nama