4.2.5 Informan Ke- V Nama
: Pak Aminuddin Sutjoyo Usia
: 66 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Budha
Status : Menikah
Pekerjaan : Pengusaha pemilik 2 buah Vihara
Penghasilan : ± Rp 6.500.000.-
Jumlah anak : 2 orang Pak Udin sapaan sehari-hari, merupakan masih merupakan keturunan dari
komunitas cina kebun sayur. ayahnya dan ibunya serta kakek neneknya berasal dari Daratan China. Ayah dan ibunya merantau dari Tiongkok untuk mengaduh nasib ke
perkebunan Tebu pada masa itu. Setelah kontrak selesai di perkebunan tebu, mereka beralih ke perkebunan tembakau yang dikelola oleh Belanda saat itu. Pak Udin
berbeda dengan keempat informan lainnya, karena ia lebih paham akan cerita tentang cina kebun sayur. ia juga mengaku bahwa karena kakek-nenek serta kedua
orangtuanyalah yang membuat ia sangat mengerti keadaan cina kebun sayur pada masa itu.
Pada masa kolonial Belanda, cina kebun sayur itu dianggap buruh atau pekerja yang paling patuh. Pak Udin mengatakan bahwa para kuli kontrak lainnya
yang berasal dari Jawa dan dari daerah lain sering iri melihat kuli cina tersebut. Dari cerita ayahnya terdahulu, pihak Belanda bersikap seperti itu karena alasan kuli cina
lebih kreatif dan lebih patuh pada peraturan yang dibuat oleh kebijakan Belanda. Dan
Universitas Sumatera Utara
kuli cina pun patuh akan kebijakan yang bertentangan dengan kemanusiaan itupun beralasan agar mereka bisa diterima sebagai imigran dan tidak berani menolak.
Dahulunya, kebijakan yang dibuat belanda melenceng dari aturan kontrak yang mereka sepakati. Dari aturan jam kerja hingga terbatasinya hah-hak kuli kontrak
sebagai pekerja. Bahkan Pak Udin mengaku bahwa ayahnya sering tidak diberi upah gaji oleh Belanda. Dan kalau mereka menolak kebijakan Belanda tersebut, para
pekerja diberi sanksi bahkan hukuman seperti hinaan atau pemukulan. Kehidupan cina, khususnya cina kebun sangat memprihatinkan. Mereka harus
menerima tindakan kekerasan, diskriminasi, konflik etnis, serta anggapan sebagai kaum minoritas. Pak Udin sendiri mengaku bahwa pada masa itu ia sering
menyaksikan ayahnya luka-luka disekujur tubuhnya akibat hukuman yang diterima ayahnya. Kehidupan sehari-hari Pak Udin dan keluarganya bisa dikatakan dalam
keadaan miskin. Setiap harinya mereka hanya mengkonsumsi nasi dan garam saja sebagai lauk-pauknya. Kehidupan serba kekurangan membuat ia tidak sempat
mengenyam pendidikan semasa dulu. Hanya adik-adiknyalah yang sempat bersekolah walaupun hanya setingkat SR Sekolah Rakyat.
Kesulitan-kesulitan yang ia hadapi membuat ia tekun mencari perubahan bagi kehidupannya. Kini, ia telah mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan. Beliau
kini menjadi seorang pengusaha beberapa toko yang bergerak dibidang elektrik dan elektronika. Dari hasil kerja kerasnya tersebut ia telah mampu mengembangkan
usahanya hingga menghasilkan 3 buah cabang yang berada disekitar Desa Bandar Klippa. Usahanya tersebut didapatkan bukan dari modalnya sendiri. Tetapi dahulunya
ia hanya seorang karyawan di toko elektronika seorang pribumi di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Bantuan modal yang diberikan majikannya tersebut kini mengahasilkan hasil yang memuaskan.
Beliau kini mempunyai 2 orang anak dari pernikahannya yang kedua. Walaupun beliau mempunyai 2 orang, namun ia mengaku bahwa dapat memenuhi
kehidupan keluarganya. Setelah ia berhenti dari aktivitasnya dikarenakan alasan kesehatan, Pak Udin menyerahkan usaha-usahanya tersebut kepada anak-anaknya
untuk diteruskan. Setelah terjadi perubahan terhadap kehidupannya, ia berniat membantu
masyarakat cina disekitarnya dengan membangun Vihara. Niat baik beliau sempat mendapat teguran dari masyarakat pribumi sekitar karena membangun tempat
peribadatan agama budha di lingkungan mereka yang mayoritas agama islam. Namun, setelah masa Reformasi, masyarakat sekitar bisa menerima dan lebih
bertoleransi dengan perubahan yang ada. Beliau mengaku sudah sangat nyaman dengan perubahan cina kebun sayur sekarang ini. Interaksi dengan masyarakat sekitar
pun sering ia lakukan. Bahkan demi pembauran yang lebih bagus lagi, ia kini menguasai bahasa Jawa dan Batak dengan Fasih.
4.3 Interprestasi Data