Tabel 4.10 Presentase Pengurangan Luas Situ Kuru Tiap Tahun
No Tahun
Presentase Luas Lahan Situ Kuru Tiap Tahunnya
1 1980
100 2
1981 2,54
3 1982
2,55 4
1983 2,56
5 1984
2,57 6
1985 2,58
7 1986
2,59 8
1987 2,60
9 1988
2,61 10
1989 2,62
11 1990
2,63 12
1991 2,64
13 1992
2,65 14
1993 2,66
15 1994
2,67 16
1995 2,68
17 1996
2,69 18
1997 2,70
19 1998
2,71 20
1999 2,72
21 2000
2,73 22
2001 2,74
23 2002
2,75 24
2003 2,76
25 2004
2,77 26
2005 2,78
27 2006
2,79 28
2007 2,80
29 2008
2,81 30
2009 74,75
31 2010
20,31 32
2011 20,32
33 2012
20,33 34
2013 20,34
35 2014
20,35
Sumber : Hasil Perhitungan Penelitian Lapangan, 2014
Dari grafik presentase pengurangan lahan Situ Kuru di dapatkan bahwa tiap tahunnya Situ Kuru mengalami pengurangan luas lahan. Yang
pada faktanya digunakan sebagai pemukiman di sekitar kawasan Situ Kuru. Dan dapat dirata-ratakan selama kurun waktu 34 tahun, tiap
tahunnya Situ Kuru mengalami pengurangan luas sebanyak 2,87. Situ Kuru saat ini sudah tidak memiliki papan nama. Air situ
sangat kotor dan banyak sampah, serta ada bagian situ yang sudah dipondasi. Berdasarkan pengamatan dilapangan kondisi demikian akibat
adanya penyempitan karena pengurugan dan pendangkalan. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang warga, bahwa lahan situ memang terjadi
penyempitan oleh ulah warga juga. Namun demikian sekarang ini telah dibentuk Tim warga yang peduli akan adanya situ tersebut. Tim
melarang menguruk situ sampai batas pondasi, dan ada rencana untuk mengeruk situ.
Dalam pemeliharaan situ ditunjuk petugas yang dibayar oleh warga, petugas tersebut baru akan membersihkan jika kangkung atau
eceng gondok yang ada di situ sudah banyak. Selain itu warga yang berdomisili dekat situ akan menyuruh orang untuk membersihkannya.
Dari pengamatan di lapangan efek negatif dengan kondisi situ ini adalah, polusi bau, terkesan kumuh, jika curah hujan tinggi akan banjir
karena saluran pembuangannya kecil dan tidak memiliki pintu air, sumber penyakit sarang nyamuk. Sementara itu manfaat dari adanya situ
sekarang ini bagi sosial ekonomi masyarakat tidak terlihat secara nyata. Jika kembali kepada fungsi situ semula maka keberadaan situ akan dapat
menampung air, sebagai sumber resapan, dan pendingin kota.
3. Sejarah Situ Kuru
Menurut informasi yang didapat dilapangan, Situ Kuru sudah ada sejak lama sejak tahun 1980, dan pada saat itu luas Situ Kuru masih 4,00
ha, berfungsi sebagai daerah resapan air dan Ruang Terbuka Hijau. Di sekitar Situ Kuru pun masih terbentang luas sawah yang mengelilingi
kawasan Situ Kuru, yang membuat kawasan ini semakin indah di pandang. Nama Situ Kuru juga bisa disebut dengan Situ Legoso, hal ini di
karenakan dahulu letaknya hingga sampai di depan jalan Legoso. Tetapi karena semakin tahun luas wilayah Situ ini semakin menyusut akibat
pendangkalan, nama Situ Legoso ini pun berganti nama manjadi Situ Kuru. Yang menurut para masyarakat asli yang sudah lama tinggal di
kawasan ini mengatakan Situ artinya danau dan Kuru artinya kecil atau kurus. Untuk itu, hingga saat ini para masyarakat lebih mengenal dengan
sebutan Situ Kuru. Sesuai dengan perkembangan zaman luas Situ Kuru semakin lama
semakin berkurang dan pada saat ini luas Situ Kuru hanya 0,75 Ha. Sebanyak 3,25 Ha Situ Kuru telah beralih fungsi menjadi kawasan
pemukiman dan jalan warga. Hal ini diakibatkan karena telah terjadi pendangkalan Situ Kuru dan penyempitan situ dan di sekitar kawasan situ
dibuat bangunan untuk tempat tinggal dan tempat usaha, untuk masyarakat pendatang. Selain itu juga sebagian dari badan situ digunakan untuk jalan
desa.
Sumber : save our situ kuru.com
Gambar 4.2 Foto Situ Kuru Tahun 1980 dan 2014 4.
Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Situ Kuru Terhadap Lingkungan
Perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan pencerminan upaya manusia memanfaatkan dan mengelola sumber daya
lahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut akan berdampak terhadap manusia dan kondisi lingkungannya. Menurut Suratmo, “Dampak suatu
kegiatan pembangunan dibagi menjadi dampak fisik-kimia seperti dampak terhadap tanah, iklim mikro, pencemaran, dampak terhadap vegetasi flora
dan fauna, dampak terhadap kesehatan lingkungan dan dampak terhadap sosial ekonomi yang meliputi pemukiman, penduduk, pola lapangan kerja
dan pola pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Pada awalnya memang Situ Kuru digunakan warga Ciputat
sebagai tempat penampungan air, pencegah banjir ketika hujan turun. Namun kini keadaannya berubah, Situ mulai dipenuhi oleh tanaman eceng
gondok dan kangkung liar. Sampah dari dapur warung-warung makanan dan kos-kosan mahasiswa ikut mencemari Situ Kuru saat ini. Kondisinya
kini amat memprihatinkan, dari mulai alih fungsi lahan, pendangkalan Situ
Kuru, kesemrawutan daerah sekitar Situ Kuru, Ruang Terbuka Hijau RTH yang semakin menyempit, bangunan-bangunan illegal di sepanjang
Situ Kuru, dan kepedulian warga sekitar yang masih minim terhadap sampah, ditambah dengan jumlah air yang tinggi di waktu hujan turun
yang berpotensi menyebabkan banjir dan penyebaran penyakit akibat lingkungan yang kurang bersih dan tidak sehat.
Sumber : Dokumentasi Pribadi, tahun 2014
Gambar 4.3 Foto Situ Kuru a.
Analisis Dampak Fisik Situ Kuru
Tolak ukur dampak yang digunakan adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63PRT1993 yaitu bantaran situ harus harus bebas
dari bangunan 50 meter dari pasang tertinggi. Jadi sesuai dengan peraturan tersebut seharusnya daerah di
wilayah Situ Kuru tidak boleh di dirikan bangunan hingga jarak 50 meter. Tetapi pada kenyataannya di wilayah sekitar Situ Kuru banyak sekali
terdapat bangunan-bangunan liar. Bangunan-bangunan ini diantaranya dimanfaatkan untuk disewakan, tempat usaha tempat makan, rental,
fotocopy, tempat jualan pakaian, dan lain sebagainya. Menurut kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Tangerang Selatan, bangunan-
bangunan yang terdapat di kawasan Situ Kuru, merupakan bangunan liar dan tidak memiliki izin untuk mendirikan bangunan maupun tempat
tinggal.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai kondisi Situ Kuru pada saat ini :
Kondisi perairan Situ Kuru sudah sangat buruk.
Kondisi Situ Kuru terbengkalai dan dijadikan sebagai tempat
pembuangan sampah.
Pendangkalan terjadi hampir diseluruh bagian situ, akibat adanya sedimentasi pengendapan baik dari lumpur maupun sampah.
Kapasitas tampungan yang minim tidak dapat menampung beban air
atau banjir di musim hujan.
Masyarakat tidak memanfaatkan Situ Kuru sebagaimana mestinya.
Batas Situ Kuru di sebelah Barat dan Selatan merupakan jalan aspal dan rumah warga.
Batas Situ Kuru disebelah Utara dan Timur berupa tembok rumah milik
warga setempat.
Kondisi vegetasi di wilayah Situ Kuru banyak terdapat gulma atau tanaman liar. Jenis tanaman itu berupa kangkung liar dan enceng
gondok. Sedangkan fauna yang terdapat di Situ Kuru terdapat katak, ikan dan cacing.
Terjadi peningkatan jumlah penduduk di sekitar Situ Kuru setiap
tahunnya.
Warna air Situ Kuru berwarna hijau kehitaman.