jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.”
11
Menurut Irawan, “Ada dua hal yang mempengaruhi alih fungsi lahan. Pertama sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di
suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang
akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua,
peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.”
12
Menurut Pakpahan, “menyebutkan bahwa konversi lahan di tingkat wilayah secara tidak langsung dipengaruhi oleh :
a Perubahan struktur ekonomi
b Pertumbuhan penduduk
c Arus urbanisasi
d Konsistensi implementasi rencana tata ruang.”
Karena adanya faktor tersebut sewa lahan land rent pada suatu daerah akan semakin tinggi. Menurut Barlowe,
“Sewa ekonomi lahan mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan
bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Urutan besarnya ekonomi lahan menurut penggunaannya dari berbagai kegiatan
produksi ditunjukkan sebagai berikut : 1. Industri manufaktur, 2. Pemukiman, 3. Perdagangan, 4. Pertanian intensif, 5. Pertanian
ekstensif.
”
13
6. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan
Suatu kegiatan pembangunan dapat berdampak banyak komponen kehidupan sekaligus, seperti pendapatan, konsumsi, ketersediaan pangan
dan sumber daya alam pokok natural resource base. Dampaknya kepada berbagai komponen lebih sering tidak sama, baik dalam hal intensitasnya
maupun dalam hal akibatnya positif atau negative. Maka Mc Cracken mengatakan, “Perlu dikembangkan suatu sistem pemantauan dampak
dengan indikator-indikator yang handal. Hal ini terutama diperlukan
11
Ibid., h. 12
12
Ibid.
13
Ibid.
berkenaan dengan kegiatan tersebut, disamping paling banyak dan paling luas mendampak lahan, juga berperan dalam menyelamatkan dan
memelihara sumber daya lahan bagi keterlanjutan fungsi sumber daya tersebut”.
14
Menurut M c Cracken, “Mengembangkan indikator-indikator untuk
memantau dampak program-program pertanian dan perhutanan justru sangat sulit. Dia mengusulkan delapan indikator murad untuk menunjukan
kecenderungan dan status kini sumberdaya lahan : 1
Produktivitas tanah, dengan parameter erosi, status hara tanah, cekaman tanah soil stresses berupa kemasaman, alkalinitas,
sainitas, dan toksisitas, serta upaya pemeliharaan dan pembenahan kesuburan tanah.
2 Efektifitas dan efisiensi penggunaan dan pengolahan lahan,
dengan parameter kemampuan dan kesesuaian lahan, pola pertanaman, system usaha tani dan keterlanjutan produksi.
3 Penutupan vegetasi dan kesehatan tanaman, dengan parameter
ragam vegetasi dan daerah agihannya, ragam penggunaan lahan menurut pengelompokan hutan, perumputan dan pertanaman
budidaya, dan hama serta penyakit tanaman.
4 Hutan tani agroforestry dan pasokan kayu bakar, dengan
parameter penghijauan dan perhutanan. 5
Padang penggembalaan, dengan parameter tingkat penutupan dan daerah agihannya, vegetasi klimaks dan daya dukung akn
ternak. 6
Pasokan air, dengan parameter jumlah dan ketersediaan musiman untuk pertanaman dan ternak, anggaran dan neraca
air, banjir, kekeringan, dan penyelenggaraan irigasi. 7
Mutu lingkungan, dengan parameter mutu sumber daya air, mutu udara, produktivitas tanah, beban sedimen dalam sungai,
habitat ikan dan margasatwa, pencagaran lahan basah dan jalur mangrove, serta pencemaran.
8 Proses degradasi umum yang dipercepat, dengan para meter
diservikasi wilayah, pengendapan debu dan pasir, pergerakan permukaan tanah, penggaraman tanah, erosi, penurunan air
tanah, dan pemburukan ekosistem”.
15
14
Tejoyuwono Notohadiprawiro dalam artikel “Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian dan Penetapannya
”,h. 7
15
Ibid., h. 7