Situ Dampak alih fungsi lahan situ kuru terhadap lingkungan di Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur

Pada waktu musim hujan situ dapat menyimpan kelebihan air, baik air yang berasal dari air hujan maupun dari sungai. Pada waktu musim hujan sungai akan kelebihan air dan meluap masuk ke dalam situ yang ada dan dalam waktu tertentu air akan tersimpan. Dengan demikian situ akan dapat mengurangi volume air pada waktu musim hujan sehingga mengurangi terjadinya banjir sekaligus mempertahankan persediaan air pada musim kemarau. 4. Pengatur iklim makro Proses evapotranspirasi yang terjadi di sebuah situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ yang luas dan memiliki hutanpepohonan yang baik akan mampu menyimpan air hujan dan kelembaban dapat dipertahankan sepanjang waktu. 5. Pengendap lumpur dan pengikat zat pencemar Adanya vegetasi yang tumbuh di situ akan memperlambat aliran air. Hal ini menyebabkan air akan tertahan lebih lama dan menyebabkan terjadinya pengendapan lumpur-lumpur yang terbawa aliran air. Selain itu, adanya vegetasi, melalui sistem perakarannya, dapat menyerap unsur hara dan mengikat polutan-polutan terutama limbah B3. 6. Habitat berbagai jenis flora fauna Adanya situ dalam satu kesatuan ekosistem merupakan habitat berbagai jenis flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat tergantung dengan adanya situ. Berbagai jenis burung dan tumbuhan tertentu serta hewan-hewan air dapat hidup dan berkembang biak tergantung dari keberadaan situ, sehingga situ turut membantu melestarikan keanekaragaman hayati. 7. Tempat rekreasi wisata Di wilayah Jabotabek banyak situ yang digunakan untuk memelihara ikan dan taman pemancingan. Situ yang cukup luas biasanya dikelola secara komersial sebagai tempat rekreasi yaitu sebagai tempat olah raga air dan taman perahu. Dengan demikian keberadaan situ secara ekonomi mampu menunjang pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. 8. Budidaya perikanan Banyak situ khususnya di wilayah Jabotabek yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan umumnya adalah ikan mas atau tawes dengan sistem keramba ”. 23

C. Lingkungan Hidup dan Permasalahannya

Menurut Soerianegara, “Segala sesuatu yang berada di sekitar kita disebut dengan lingkungan. Sedangkan jika unsur-unsur lingkungan tersebut memberi manfaat kepada manusia, maka unsur lingkungan tersebut 23 Roni, Penelitian “Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya terhadap Biofisik dan Sosial Ekonomi ”, h. 18 disebut dengan sumberdaya alam. Dengan demikian, tidak seluruh unsur lingkungan merupakan sumber daya bagi manusia akan tetapi dapat menjadi sumber daya bagi makhluk lain.” 24 Menurut UUD RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 Ayat 1, “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang, dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya.” 25 Menurut UUD RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 5 Ayat 1, “Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup y ang baik dan sehat.” 26 Jadi, lingkungan hidup lingkungan adalah ruang dengan segala isinya yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia. “Sedangkan pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu, yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan perun tukkannya.” 27 Perusakan lingkungan adalah, “Tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan ya ng berkesinambungan.” 28 Pengelolaan lingkungan hidup adalah “Upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.” 29 24 Utami Ulfah, Konservasi Sumber Daya Alam, Malang: UIN-Malang Press, 2008, h. 6 25 Munawir. dkk, Cakrawala Geografi, Bogor:Yudhistira, 2006, h. 70 26 Ibid. 27 Manik Karden Eddy Sontang, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta:Djambatan, 2009, h. 32 28 Ibid,. 29 Ibid,. h. 31 “Selain memiliki hak atas lingkungan, setiap orang juga mempunyai kewajiban untuk menjaga dan mencegah lingkungan hidup dari tindak perusakan dan pencemaran. Sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk melestarikan lingkungan hidup karena generasi berikutnya juga memiliki hak atas lingkungan yang bersih dan sehat”. 30

1. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

“Manusia hidup di bumi tidak sendirian melainkan bersama makhluk hidup lain, yaitu hewan dan tumbuhan. Selain manusia, hewan dan tumbuhan, ada tanah, air, batu dan sebagainya yang bagi makhluk hidup menjadi tempat hidup mereka. Makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan, serta benda mati berperan sebagai unsure-unsur lingkungan hidup. Ada 3 macam unsur lingkungan hidup, yaitu sebagai berikut”: 31

a. Unsur Abiotik

“Unsur abiotik disebut juga unsur fisik. Unsur fisik adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup seperti tanah, air, udara, iklim, daratan, lautan, dan sungai”. 32

b. Unsur Biotik

“Unsur biotik adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik. Keempat unsur ini saling berhubungan satu sama lain. Tumbuhan memperoleh unsur hara dari jasad renik, tumbuhan dimakan hewan dan manusia, hewan dan manusia mati lalu diuraikan oleh jasad renik menjadi unsur hara. Proses ini berlangsung terus menerus menjadi siklus”. 33

c. Unsur Sosial Budaya

“Unsur sosial budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan 30 Munawir. dkk, Cakrawala Geografi, Bogor:Yudhistira, 2006,.h. 71 31 Ibid. 32 Ibid. 33 Ibid., h. 72 keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Unsur ini sangat berperan dalam perubahan lingkungan untuk keperluan hidup manusia”. 34

2. Persoalan Lingkungan Hidup

Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam. Dalam lingkungan ini ada beberapa masalah yang sering dijumpai. Diantaranya :

a. Gangguan Sampah

“Sampah merupakan problema lingkungan yang mungkin akan terus berlangsung di tengah masyarakat dalam kesehariannya. Budaya tertib sampah yang dicanangkan pemerintah ternyata belum mampu menanggulangi secara tuntas. Apalagi jenis sampah semakin hari seolah semakin beragam, sehingga proses penanganannya pun memerlukan metode yang beragam pula. di sekitar pedesaan sampah relatif mudah ditangani lantaran lahan pembuangan masih mudah dihasilkan. Namun terkadang kecerobohan masyarakat membuat masalah ini menjadi serius. Hingga selain menimbulkan gangguan bau tidak sedap, beragam penyakit juga mungkin timbul akibat penumpukan sampah yang akhirnya menjadi sarang nyamuk. Lain halnya masalah yang dihadapi daerah perkotaan akibat sampah. Selain lokasi pembuangan yang sulit didapatkan, minimnya daerah resapan air membuat sampah-sampah menggunung menyumbat saluran- saluran air hingga mengakibatkan genangan air atau bahkan banjir ”. 35

b. Air Kotor Adalah Sarang Penyakit

“Genangan air bisa timbul dari berbagai macam sebab, mungkin adakalanya disebabkan kecerobohan sebagian masyarakat yang minim tempat pembuangan. Atau mungkin akibat dari sisa-sisa air bah atau banjir yang kerap melanda kawasan tertentu. Genangan air yang berada di pinggiran pemukiman, empang-empang kering, atau bahkan di jalan-jalan umum, tidak hanya sekedar merusak keindahan dan menimbulkan bau tidak sedap. Namun tempat- tempat itu sangat berpotensi menjadi sarang utama nyamuk- nyamuk pembawa penyakit. Mungkin hampir tiap tahun kita direpotkan dengan penyakit demam berdarah, penyakit yang kerap kali merenggut nyawa penderitanya. Nyamuk Aides Aegepty 34 Ibid., h. 73 35 Reza Gholami, Husain Heriyanto, Fakhruddin M. Mabgubjaya. Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2007, h. 11