Tujuan Perkawinan Menurut Agama Islam

28 Imran, 3:41 “manusia laki-laki dihisi kencintaan kepada perempuan. Laki- laki menyukai dan mencintai la wan jenisnya.” Untuk penyaluran yang benar Islam dari rasa suka dan cinta itu Islam membuat syariat,yakni pernikahan.Rosulullah bersabda “Annikahusunnati” pernikahan merupakan sunnahku, dalam sabda lainnya “Tidak ada suatu bentuk yang lebih baik didalam Islam daripada perkawinan.” 18 Imam al-Ghazali dalam faedah melangsungkan perkawinan, merincikan tujuan perkawian sebagai berikut : a. Mendapatkan dan melangsungkan perkawinan b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan menumpahkan kasih sayang. c. Memenuhi panggilan agama, untuk memelihara diri sendiri dari kejahatan dan kerusakan d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak dan kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal. e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang. 19 18 Mohammad Monib dan Ahmad Nurcholis, Kado Cinta Bagi Pasangan Nikah Beda Agama, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, h. 38 . 19 Abdhur Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. Ke-3, h. 24. 29 Sehingga dapat disimpulkan empat faktor penting dalam perkawinan itu sendiri antara lain, menentramkan jiwa, melestarikan keturunan, memenuhi kebutuhn biologis, dan latihan bertanggung jawab. 20

2. Tujuan Perkawinan Menurut Agama-Agama di Indonesia

Dalam tradisi gereja masa lampau, tujuan primer perkawinan adalah meneruskan keturun dan tujuan-tujuan lain dianggap tujuan tambahan. Hal ini terbukti dari salah satu ayat dalam kitab suci injil yang berbunyi : “Allah memberikan mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : beranak cuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi ini dan ditaklukanlah itu .” Dalam perjanjian baru dijelaskan pula masalah perkawinan, dimana dikatakan bahwa perkawinan merupakan hubungan lahir bathin yang sah antara seorang pria dengan seorang wanita seperti yang dijelaskan dalam Kitab Suci Injil yang berbunyi ; “Allah merencanakan kawin untuk mengadakan hubungan sehingga pria dan wanita menjadi satu daging .” 21 Dalam agama Konguchu tujuan perkawinan ialah memungkinkan manusia melangsungkan sejarahnya dan mengembangkan benih-benih Thian Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud kebajikan yang bersemayam di dalam 20 Ali Hasan, Pedoman Hidup “ Berumah Tangga dalam Islam”, Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 21 21 Al Purwa Hadiwardoyo, Surat Untuk Suami Istri Katolik, Yogyakarta: Kanisius, 2002, h. 22. Lihat juga Al kitab, Robert Davidson : Alkitab Berbicara, Jakarta: Gunung Mulia, 2001, h. 13. 30 dirinya, dan memungkinkan manusia membimbing putri-putrinya. 22 Dari uraian di atas ternyata pada dasarnya disetiap agama memilki tujuan yang sama dalam perkawinan, dan di dalam Undang-Undang Perkawinan yang berpegang pada Pasal 1 yang berbunyi “dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”. Rumusan tersebut sudah mencangkup makna tujuan perkawinan dari berbagai kalangan beragama, yang mengandung harapan bahwa dengan melangsungkannya perkawinan akan diperoleh suatu kebahagiaan baik materil maupun spiritual.

C. Syarat-Syarat Syah Perkawinan

1. Pengertian Rukun, Syarat dan Sah

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. 23 Syarat itu adalah hal yang menjadi penentu keberadaan sesuatu, dan ia berada di luar hakikat sesuatu tersebut. Syarat-syarat setiap akad, termasuk akad nikah ada empat macam: syarat in’iqaad pelaksanaan, syarat ini harus dipenuhi di dalam rukun-rukun akad, syarat shihhah sah syarat ini mempunyai konsekuensi syar’i terhadap akad, syarat nafaadz terlaksana 22 Komisi Ateketik Keuskupan Agung Semarang, Mewujudkan Hidup Beriman, dalam Masyarakat Dan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius Angota IKAPI, 2006, h. 63. 23 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006, h. 59. 31 yaitu syarat yang menentukan konsekuensi akad jika dilaksanakan, syarat luzum kelanggengan yaitu syarat yang menentukan kesinambungan dan kelanggengan akad. 24 Rukun perkawinan sendiri ialah kerelaan hati kedua belah pihak laki- laki dan perempuan, karena kerelaan adalah hal yang tersembunyi di dalam hati. Caranya harus diungkapkan melalui ijab dan qabul, ijab dan qabul adalah pernyataan yang menyatukan keinginan kedua belah pihak untuk mengikatkan diri dalam suatu perkawinan. 25 Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas : a. Adanya calon suami istri b. Adanya wali dari pihak wanita c. Adanya dua orang saksi d. Sighat akad nikah Kendatipun dalam hal-hal tertentu, seperti posisi wali dalam saksi lalu tentang mahar masih dalam iktilaf dikalangan ulama. Namun mayoritas sepakat dengan rukun yang lima ini. Di dalam Kompilasi Hukum Islam KHI dijelaskan juga tentang rukun dan syarat perkawinan yag tertuang di dalam bab IV, yaitu Pasal 14 tentang bagian rukun dan Pasal 16-17 tentang aturan calon memepelai, Pasal 19-23 tentang wali nikah, Pasal 24-26 tentang 24 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu, Jakarta: Gema Insane dan Darul Fikir, 2011, Jilid Ke-9, h. 54. 25 Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007, h. 53.