Definisi Perkawinan Menurut Fiqih.
19
Dan dalam al- Qu’ran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan,
hidup berjodoh-jodoh adalah naluri segala makhluk Allah sebagaimana dalam firman Allah dalam surat az-Zarariyat ayat 49 yang berbunyi :
Artinya ; “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah SWT” az-Zarariyat: 49
Dalam surat Yasin ayat 36 pun dijelaskan tentang perkwanina yaitu dinyatakan dalam firman Allah yang berbunyi:
Artinya :“Maha suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
” Yasin : 36
5
Dari makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan selanjutnya Allah menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan
berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya, sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi:
5
Abdhur Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. Ketiga, h. 12.
20
Artinya :” Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263]
6
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain[264], dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan Mengawasi kamu”. an-Nisaa :1 Sedangkan menurut Imam Syafi’i menyebut arti perkawinan sebagai
akad yang menjadikan kebolehan melakukan persetubuhan. Sementara Imam Hambali mendefinisikan perkawinan sebagai akad yang didalamnya terdapat
lafadz perkawinan secara jelas diperbolehkannya bercampur. Akad yang dimaksud adalah serah terima antara orang tua atau wali calon mempelai.
Dengan adanya akad tersebut maka sudah halalnya sepasang insan untuk melakukan hubungan intim dan terhindarlah dari perbuatan yang tidak di
inginkan.
7
Allah berfirman:
Artinya : “janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah keji
dan seburuk- buruknya jalan.” al-Isra : 32.
6
263 maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh tulang rusuk Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang
menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
7
Budi Handrianto, Perkawinan Beda Agama dalam Syariat Islam, Jakarta, Khairul Bayan, 2003, h. 20.
21
Menurut ahli ilmu ushul fiqih dan bahasa, kata nikah digunakan secara haqiqah arti sebenarnya untuk arti hubungan intim, dan secara majaz
kiasan artinya akad. Sekiranya kata nikah dalam Al- qur’an dan sunah tanpa
adanya indikasi lain maka yang dimaksud adalah hubungan intim. Kata “nikah” di dalam bahasa arab menurut ahli fiqih dari senior empat mazhab
mereupakan kata yang di gunakan secara haqiqah dalam mengungkapkan makna akad, sedangan digunakan secara majaz ketika mengungkapkan kata
hubungan intim.
8
Dari penjelasan yang diuraikan diatas tampaknya para ulama mendefinisikan perkawinan semata-mata dalam konteks hubungan biologis
saja, hal ini adalah wajar karna makna asal itu sendiri sudah berkonotasi hubungan seksual.
9
Disamping itu harus jujur diakui yang menyebabkan laki- laki dan perempuan tertarik untuk menjalin hubungan adalah salah satunya
dorongan-dorongan yang bersifat biologis baik disebabkan karna faktor ingin memperoleh keturunan ataupun memenuhi kebutuhan seksualitasnya.