57
berbeda  agama  yang  dianutnya  melakukan  perkawinan  dengan  tetap mempertahankan agama masing-masing.
Kalau  kita  berbicara  tentang  aturanhukum  perkawinan  terutama  tentang perkawinan  atau  pernikahan  antar  agama  yang  saat  ini  berlaku  di  Indonesia,
berarti  kita  bukan  hanya  berbicara  tentang  satu  macam  aturan  melainkan banyaknya  peraturan  yang  pernah  berlaku.  Di  Indonesia  sendiri  banyak  berlaku
berbagai  peraturan  tentang  hukum  perkawinan  untuk  berbagai  golongan  warga negara dan berbagai daerah, berikut aturan hukum yang ada :
1. Sebelum Lahirnya Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
Perlu kita ketahui di Indonesia sendiri sudah pernah ada peraturan dalam hukum  antar  golongan  yang  mengatur  masalah-masalah  perkawinan,  dari
mulainya  bangsa  kolonial  sampai  paska  kemerdekaan  banyak  peraturan  yang diberlakukan.  Unifikasi  dan  kodifikasi  hokum  adalah  upaya  bangsa  kolonial
untuk  menjadikan  hukum  di  Negara  jajahannya  sebagai  satu  kesatuan  yang akan  diberlakukan  secara  universal.  Berdasarkan pertimbangan tersebut  maka
pada  masa  kolonial  di  bagi  beberapa  golongan  dan  hukum  yang  akan  di berlakukan  seperti  golongan  Eropha  berlaku  pada  aturan  hukum
ErophaBelanda,  golongan  Bumi  putra  tunduk  pada  hukum  adat,  golongan timur  asing  tuduk  pada  hukum  Eropha  pada  hal  tertentu  sampai  akhirnya
penggolongan  tersebut  menjadi  dasar  dibuatnya  peraturan  lain  yaitu  BW Burgerlijk Wetboek
58
BW  Burgerlijk  Wetboek  sendiri  hanya  mengatur  tentang  masalah hukum  perorangan,  hukum  keluarga  dan  kebendaan.  Terkait  masalah
perkawinan  dalam  BW  Burgerlijk  Wetboek  hanya  merupakan  hubungan yang bersipat perdata saja dan tidak ada turut campur atau keterkaitan dengan
adat maupun agama. Hal ini terlihat dalam Pasal 81 yang menyebutkan bahwa tidak  ada  upacara  keagamaan  yang  boleh  diselenggarakan.  Karenanya  secara
implisit pengaturan tentang perkawinan antar agama tidak di bahas dalam BW Burgerlijk  Wetboek,  tidak  ada  pasal-pasal  yang  membahas  secara  detail
tentang pengaturan perkawinan antar agama.
29
Sebelum  lahirnya  Undang-Undang  Perkawinan  di  Indonesia  sendiri sudah ada aturan yang mengatur masalah antar golongan termasuk antar agama
yaitu  peraturan  tentang  perkawinan  campuran.  Pengaturan  yang  di  maksud adalah  peraturan  yang  dahulu  dikeluarkan  pemerintah  Hindia  Belanda  yang
bernama Regeling Op De Gemengde Huwelijiken GHR sebagaimana di muat dalam  staatsblad  1898  No.158.    Beberapa  ketentuan  yang  termuat  dalam
regeling  op  de  gemengde  huwelijken  tentang  perkawinan  beda  agama  adalah sebagai berikut:
Pasal1 : Pelangsungan perkawinan antara orang-orang, yang di Hindia Belanda tunduk pada hukum yang berbeda, disebut perkawinan campuran.
Pasal  6  ayat  1  :  Perkawinan  campuran  dilangsungkan  menurut  hukum  yang
29
Maria  Ulfah  Anshor  dan  Martin  Lukito  Sinaga,  Tafsir  Ulang  Perkawinan  Lintas  Agama “Perspektif Perempuan dan Pluralisme”,  Jakarta: Kapal Perempuan, 2004, h. 96.