56
dan tanpa aturan tetap ada persyaratan. Dalam kitab Li Ji XXVII:3,1 dikatakan bila  bebas  tanpa  keselarasan  antara  langit  dan  bumi  takan  tumbuh  segenap
kehidupan.  Pernikahan  adalah  pangkal  kehidupan  dan  pangkal  peradaban sepanjang  zaman.
28
Menurut  penganut  kepercayaan  jika  dilhat  dari  arti penganut  aliran  kepercayaan  sudah  barang  tentu  pernikahan  agama  bukanlah
hal  yang  mereka  permasalahkan,  menurut  pangeran  Djatikusuma  dari komunitas adat memandang perbedaan agama itu hanya terletak dari adat tata
cara  upacara  pernikahan  atau  terkait  ritualpada  intinya  mereka  tetap  percaya pada Tuhan hanya saja sebutannya berbeda.
B. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan Beda Agama dalam Hukum Positif di
Indonesia
Dalam  sejarah  di  Indonesia  perkawinan  antar  agama  lebih  sering  disebut perkawinan  campuran,  perkawinan  campuran  sendiri  di  definisikan  dalam  arti
luas  dan  sempit.  Perkawinan  campuran  dalam  arti  luas  yaitu  perkawinan  antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tunduk pada hukum yang berbeda
berdasarkan hukum agama, adat maupun kewarganegaraan dan telah diatur dalam jaman  kolonial  hingga  paska  kemerdekaan.  Sedangkam  perkawinan  dalam  arti
sempit dikenal dengan perkawinan bedaagama  yaitu  perkawinan campuran beda agama  terjadi  apabila  pria  dan  seorang  wanita  yang  berbeda  keyakinan  atau
28
Mohammad Monib dan Ahmad Nurcholis, Kado Cinta Bagi Pasangan Beda Agama,….Op.
Cit, h. 121.
57
berbeda  agama  yang  dianutnya  melakukan  perkawinan  dengan  tetap mempertahankan agama masing-masing.
Kalau  kita  berbicara  tentang  aturanhukum  perkawinan  terutama  tentang perkawinan  atau  pernikahan  antar  agama  yang  saat  ini  berlaku  di  Indonesia,
berarti  kita  bukan  hanya  berbicara  tentang  satu  macam  aturan  melainkan banyaknya  peraturan  yang  pernah  berlaku.  Di  Indonesia  sendiri  banyak  berlaku
berbagai  peraturan  tentang  hukum  perkawinan  untuk  berbagai  golongan  warga negara dan berbagai daerah, berikut aturan hukum yang ada :
1. Sebelum Lahirnya Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
Perlu kita ketahui di Indonesia sendiri sudah pernah ada peraturan dalam hukum  antar  golongan  yang  mengatur  masalah-masalah  perkawinan,  dari
mulainya  bangsa  kolonial  sampai  paska  kemerdekaan  banyak  peraturan  yang diberlakukan.  Unifikasi  dan  kodifikasi  hokum  adalah  upaya  bangsa  kolonial
untuk  menjadikan  hukum  di  Negara  jajahannya  sebagai  satu  kesatuan  yang akan  diberlakukan  secara  universal.  Berdasarkan pertimbangan tersebut  maka
pada  masa  kolonial  di  bagi  beberapa  golongan  dan  hukum  yang  akan  di berlakukan  seperti  golongan  Eropha  berlaku  pada  aturan  hukum
ErophaBelanda,  golongan  Bumi  putra  tunduk  pada  hukum  adat,  golongan timur  asing  tuduk  pada  hukum  Eropha  pada  hal  tertentu  sampai  akhirnya
penggolongan  tersebut  menjadi  dasar  dibuatnya  peraturan  lain  yaitu  BW Burgerlijk Wetboek