UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2. PEMBAHASAN
Bagian bawang putih yang sering digunakan adalah umbi lapis bawang putih. Pada penelitian ini umbi bawang putih yang digunakan
merupakan varietas
Tawangmangu yang
didapatkan dari
Tawangmangu. Bawang putih tersebut dipanen pada bulan November 2014, kemudian disimpan pada suhu ruang dan digunakan pada
Februari 2015 serta dilakukan determinasi tanaman. Hasil determinasi yang dilakukan di “Herbarium Bogorinse”, Bidang Botani Pusat
Penelitian Biologi –LIPI Bogor, menunjukkan jika tanaman yang
digunakan merupakan bawang putih dengan nama latin Allium sativum L. dari famili Amaryllidaceae.
Bawang putih lokal memiliki bau yang sangat tajam dibandingkan bawang putih impor. Bau yang sangat tajam tampaknya
berhubungan dengan kandungan alliin dan organo S compound yang cukup tinggi. Dengan demikian pemanfaatan bawang putih lokal
sebagai bahan farmakologi cukup menjanjikan. Pemilihan bawang putih klon varietas Tawangmangu berdasarkan kelebihan bawang putih
tersebut dibandingkan klon lainnya. Bawang putih klon Tawangmangu dan Kristik memiliki bobot umbi yang paling tinggi, yaitu masing-
masing 66,67 g dan 58,33 gtanaman dibandingkan 8 klon lainnya. Produksi total tertinggi dicapai oleh klon Tawangmangu dan Lumbu
Hijau, masing-masing mencapai 33,21 tha dan 29,49 tha. Diameter umbi klon Tawangmangu lebih unggul dibandingkan klon lainnya dan
klon Tawangmangu memiliki berat siung yang cukup tinggi 4,86 g Hardiyanto, 2007.
Serbuk umbi lapis bawang putih diperoleh dengan cara freeze dry selama 10 hari. Sebanyak 749 gram bawang putih di kupas kulitnya
dan dibersihkan menggunakan air mengalir. Bawang putih dihancurkan dengan menggunakan blender kemudian di lakukan freeze dry. Serbuk
umbi lapis bawang putih didapatkan dengan menghancurkan hasil freeze dry bawang putih yang telah diblender sebelumnya
menggunakan mortar dan alu. Kandungan senyawa yang berperan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam efek antifertilitas berasal dari senyawa organosulfur dan senyawa non-sulfur yang terdapat dalam bawang putih. Pemilihan metode
freeze dry sebagai metode pembentukan serbuk karena beberapa keuntungan dari pengeringan beku adalah kehilangan komponen flavor
lebih sedikit jika dibandingkan dengan cara pengeringan lain dan perubahan
warna browning
oleh panas
dapat dihindari
Widiyatmoko,1995. Bawang putih yang telah selesai freeze dry berbentuk
bongkahan kering berwarna putih kuning-kehijauan, kemudian bongkahan di gerus dan dihancurkan menggunakan mortar dan alu
sehingga didapatkan serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L.. Serbuk umbi lapis bawang putih yang digunakan sebanyak 80
gram. Penggunaan serbuk yang sedikit disebabkan pada sebagian serbuk umbi lapis bawang putih mengalami perubahan warna menjadi
kecoklatan dan lembab karena serbuk bawang putih bersifat higroskopis dan tempat penyimpanan tidak kedap udara, sehingga tidak digunakan
dalam penelitian. Bawang putih Allium sativum L. yang telah dihancurkan
menggunakan blender disimpan dalam wadah pada suhu ruang selama 2 jam kemudian dilakukan freeze dry di Laboratorium Fitokimia UI.
Selama penyimpanan tersebut terjadi perubahan warna bawang putih menjadi kehijauan. Perubahahan warna dapat disebabkan karena
pembentukan thiosulfinat yang dikatalisasi oleh enzim aliinase. Thiosulfinat, khususnya 1-propenyl-containing thiosulfinat dikenal
sebagai pembentuk
warna untuk
pewarnaan Allium
Zang, 2013.Langkah pertama pembentukan warna yaituhidrolisis dari 1-
propenyl-L-cystein sulfoxide 1-PeCSO dan 2-propenyl-L-cystein sulfoxide 2-PeCSO oleh enzim allinase akan menghasilkan
thiosulfinat pembentuk warna. Langkah kedua yaitu pembentukan pigmen oleh reaksi antara thiosulfinat dan asam amino. Arginin,
asparagin dan glutamin memiliki spektrum yang hampir menyerupai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ekstrak bawang putih yang kehijauan secara alami. Cho, 2009. 1- propenyl-L-cystein sulfoxide dinamakan isoalliin Lanzotti, 2006.
Gambar 4.4 Reaksi pembentukan pigmen biru pada bawang
putih kasar
Thiosulfinat pada
bawang putih
adalah alisin
diallylthiosulfinate. Alisinmemiliki aktivitas sebagai antimikroba, mereduksi triasilgliserol, kolesterol total dan kolesterol LDL tanpa
mengganggu konsentrasi kolesterol HDL, aktivitas antihipertensi, penghambat
agregrat platelet
platelet-aggregation inhibitors,
antiinflamasi dengan cara menghambat perpindahan neutrofil granulosit ke dalam epitel, dan antikanker dengan cara menginduksi apoptosis sel
Borlinghaus, 2014. Perubahan warna bawang putih Allium sativum L. yang terjadi tidak menimbulkan efek toksik karena thiosulfinat
tersebut memiliki aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan. Pemeriksaan parameter non spesifik meliputi kadar abu, susut
pengeringan dan kadar air. Tujuan susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal rentang tentang besarnya senyawa
yang hilang pada proses pengeringan Depkes RI, 2000. Susut pengeringan yang didapatkan adalah 9,99. Pemeriksaan kadar air
bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Kadar air yang didapatkan
adalah 7,00. Pemeriksaan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuk ekstrak Depkes RI, 2000. Kadar abu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang didapatkan adalah 5,17. Tingginya kadar abu dapat disebabkan oleh faktor budidaya, faktor pengolahan, dan faktor pengeringan
Manoi, 2006. Faktor budidaya berhubungan dengan kondisi tanah tempat pertumbuhan sampel, faktor pengolahan berhubungan dengan
bagian tanaman lain atau kotoran yang terbawa selama proses pengolahan sampel, dan faktor pengeringan berhubungan dengan suhu
pengeringan yang dapat menyebabkan perubahan fisik maupun kimia simplisia. Berdasarkan faktor tersebut, serbuk bawang putih yang tinggi
dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor diatas. Kadar air dan susut pengeringan dilakukan karena bawang putih mengandung minyak
menguapatsiri sehingga untuk mengetahui kandungan air di atmosferlingkungan diperlukan uji kadar air. Kadar air tersebut tidak
dapat disamakan dengan susut pengeringan. Hewan uji yang digunakan selama penelitian adalah tikus putih
Rattus novergicus jantan galur Sprague Dawley berusia 10 minggu yang didapatkan dari iRATco Animal Facility and Modeling Provider,
Bogor. Hewan uji berjumlah 25 ekor tikus merupakan tikus yang sehat dan fertil dengan berat badan 200-300 gram. Galur yang populer
digunakan untuk studi reproduksi dan pengembangan toksisitas di Jepang adalah galur Sprague Dawley dan Wistar, keduanya memiliki
latar belakang sejarah untuk data reproduksi dan perkembangan fetal Krinke, 2000. Galur Sprague Dawley memiliki tingkat kesuburan
yang tinggi ditandai dengan jumlah sperma dalam epididimis lebih banyak dibandingkan galur lain Wilkinson et al., 1999.
Tikus terbagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol, kelompok dosis 50 mgkgBB, kelompok 100 mgkgBB,
kelompok 150 mgkgBB dan kelompok uji spermisidal. Masing- masing kelompok ditempatkan dalam satu kandang yang berbeda dan
terdiri dari 5 ekor tikus pada setiap kandang. Jumlah hewan uji yang digunakan disesuaikan dengan Research Guidelines for Evaluating The
Safety and Efficacy of Herbal Medicines WHO, 1993 yaitu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penggunaan tikus, pada masing-masing kelompok paling sedikit terdiri dari lima ekor setiap jenis kelamin.
Hewan kemudian diaklimatisasi selama 4 minggu. Selama 4 minggu dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat
badan pada tikus. Penambahan berat badan pada hewan uji menunjukkan bahwa tikus telah menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan baru. Berat badan tikus penting untuk menentukan volume pemberian suspensi serbuk bawang putih dan melihat perkembangan
berat badan tikus mencapai berat yang diinginkan .
Tikus jantan Sprague Dawley diberikan suspensi serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L. secara oral dengan
menggunakan alat penyekok oral sonde. Periode pemberian suspensi serbuk umbi lapis bawang putih dilakukan selama 30 hari. Volume
pemberian secara oral disesuaikan dengan berat badan tikus. Sediaan suspensi bawang putih dibuat dengan mensuspensikan serbuk dengan
NaCMC 0,5. NaCMC digunakan sebagai pembawa karena serbuk umbi lapis bawang putih tidak larut dengan aquades. Pada hari ke-0 dan
hari ke-31 dilakukan pengambilan darah tikus. Pada hari ke-0 darah diambil dari vena lateral ekor dan hari ke-31 tikus diterminasi dengan
eter serta darah diambil dari jantung tikus. Pengolahan data konsentrasi spermatozoa dilakukan uji
normalitas, uji homogenitas dan ujione way ANOVA. Data konsentrasi testosteron dilakukan uji normalitas dan uji paired samples t-test. Uji
aktivitas spermisidal dilakukan secara in vitro, tikus yang digunakan adalah tikus yang tidak mendapatkan pemberian serbuk umbi lapis
bawang putih untuk menguji konsentrasi minimum serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L. yang dapat menyebabkan
imobilisasiperhentian semua sperma. Pemeriksaan penapisan fitokimia bawang putih Allium sativum
L. menunjukkan adanya senyawa alkaloid, saponin, triterpenoid dan steroid. Saponin pada umbi bawang putih Allium sativum L. adalah
saponin proto eruboside. Saponin hasil isolasi yang diperoleh dari umbi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
segar bawang putih dinamakan proto-iso-eruboside B dan iso- eruboside-B. Proto-iso-eruboside B dan iso-eruboside-B merupakan
saponin steroid Tiwari, 2012. Senyawa saponin memiliki kestabilan tinggi dan mampu menghambat absorpsi kolesterol dari lumen
pencernaan pada hewan percobaan, oleh karena itu dapat mereduksi konsentrasi plasma kolesterol. Lanzotti, 2006.
Secara in vivo efek saponin terhadap fungsi reproduksi kemungkinan disebabkan kemiripan stuktur antara saponin dan reseptor
steroid. Efek antifertilitas dapat disebabkan adanya saponin triterpenoid dan saponin steroid di dalam tumbuhan Dande, 2014.Alkaloid diduga
mampu menekan sekresi hormon testosteron sehingga pembentukan hormon seks tersebut terhambat Widyati, 2012.
Parameter penelitian yang pertama diuji adalah pengamatan konsentrasi hormon testosteron. Pengujian hormon testosteron
menggunakan serum tikus jantan yang diambil pada hari ke-0 dan ke- 31. Hasil hormon testosteron pemberian serbuk umbi lapis bawang
putih Allium sativum L. terdapat penurunan konsentrasi hormon testosteron pada dosis 50 mgkgBB dan dosis 150 mgkgBB sedangkan
pada dosis100mgkgBB dan kelompok kontrol terjadi peningkatan konsentrasi hormon.
Data hasil uji statistika antara hari ke-0 dan hari ke-31 pada masing-masing kelompok uji menunjukkan perubahan konsentrasi
testosteron tidak berbeda secara signifikan p≥0,05. Penurunan dan peningkatan konsentrasi testosteron tersebut masih berada dalam
rentang konsentrasi testosteron serum normal. Menurut Alpco 2013, rentang konsentrasi testosteron serum normal pada tikus jantan adalah
0,66-5,4 ngmL. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hormon testosteron
adalah waktu pengambilan, keadaan stres, dan usia. Kadar testosteron bervariasi dari jam ke jam, menurun secara berkala dibawah batas
normal dapat terjadi pada beberapa pria normal. Tingkat tertinggi hormon testosteron terjadi selama pagi hari Petak, 2002. Keadaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
stres yang diakibatkan oleh perlakuan gangguan dan isolasi dapat menurunkan produksi testosteron pada mencit. Stres kronis
menyebabkan penurunan berat badan, namun pada tikus yang makan makanan mengandung lemak tidak mengalami penurunan berat badan.
Hal ini mungkin disebabkan makanan yang mengandung minyak kedelai dapat menyebabkan hiperfagia sementara dan akibatnya
peningkatan asupan lemak dapat mengurangi stres atau meningkatkan resistensi terhadap stres. Penurunan sensitivitas sel Leydig terhadap
gonadotropin pada organisme stres Faldikova, L, 2001. Sebagian testosteron akan diikat oleh sex hormone binding globulin SHBG dan
dalam jumlah sedikit akan diikat protein serum albumin, sebagian lagi merupakan testosteron pada bentuk ikatan non-SHBG testosteron
bebas yang biasanya merupakan fraksi biologis yang aktif. Konsentrasi SHBG akan meningkat sekitar 1,2 per tahun. Dengan bertambahnya
ikatan testosteron dengan SHBG, maka fraksi bebas akan menurun. Akibat menurunnya penurunan fungsi dan sensitivitas sel Leydig dan
aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, maka pria lansia tidak dapat mengkompensasi penurunan testosteron dalam sirkulasi Sudharma,
2012. Perhitungan konsentrasi testosteron menggunakan 4 data pada
kelompok kontrol, 4 data pada kelompok dosis 50 mgkgBB dan 5 data pada kelompok dosis 100 mgkgBB dan dosis 150 mgkgBB.
Penggunaan 4 data pada tikus kelompok kontrol dan kelompk dosis 50 mgkgBB disebabkan terdapat nilai konsentrasi testosteron yang sangat
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan hari ke-31 pada masing-masing kelompok tersebut.
Pada penelitian pendahulu menunjukkan adanya penurunan konsentrasi testosteron. Penelitian yang dilakukan oleh Hammami
2008 dengan pemberian pakan bawang putih kasar raw garlic sebanyak 5, 10, 15 dan 30 selama 30 hari menunjukkan adanya
penurunan hormon testosteron secara signifikan pada pemberian bawang putih kasar 10 0,50±0,03ngml, 15 0,50 ± 0,02 ngml
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan 30 0,20 ± 0,01 ngml diikuti dengan adanya peningkatan konsentrasi LH p0,01.
Penurunan konsentrasi testosteron kemungkinan disebabkan karena bawang putih dapat menghambat steroidogenesis dalam tiga
jalur yang berbeda: i bawang putih mungkin mempengaruhi mobilisasi kolesterol menuju mitokondria sel Leydig; ii bawang putih
mungkin mengganggu translokasi kolesterol mitokondria, hal ini merupakan langkah penting steroidogenesis dengan protein STAR
steroidogenic acute regulatory protein sebagai efektor; iii bawang putih mungkin mencegah konversi kolesterol menjadi testosteron
dengan cara merusak aktivitas regulasi steroidogenesis Hammami, 2008.
Steroidogenesis adalah proses biologis dimana steroid dihasilkan dari kolesterol dan ditransformasikan menjadi steroid-steroid
lainnya Ogbuewu, 2011. Steroid adalah senyawa organik yang terdiri dari susunan empat cincin spesifik yang saling terikat. Contoh steroid
termasuk kolesterol, hormon reproduksi estradiol dan testosteron dan obat anti inflamasi dexamethason. Pada pria, LH berperan di dalam
fungsi reproduksi dengan memodulasi diferensiasi sel Leydig testikular dan steroidogenesis. Sekresi testosteron oleh sel Leydig mendorong
diferensiasi reproduksi pria, pematangan androgen dan fertilitas. Beberapa faktor yang mengganggu simulasi LH pada steroidogenesis
sel Leydig dapat memberikan efek besar pada regulasi endokrin spermatogenesis dan dapat menghasilkan infertilitas Ogbuewu, 2011.
Berdasarkan hasil penelitian, penurunan konsentrasi testosteron karena serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L. lebih kecil
dibandingkan dengan pemberian bawang putih Allium sativum L. kasar. Perbedaan yang terjadi kemungkinan dipengaruhi oleh daerah
asal pengambilan bawang putih Allium sativum L, dan dosis pemberian yang berbeda.
Peningkatan konsentrasi testosteron dapat disebabkan faktor regulasi sekresi testosteron oleh hormon LH dan FSH. Menurut Guyton
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2011, hormon-hormon yang berperan penting pada spermatogenesis antara lain hormon testosteron, LH, FSH, estrogen dan hormon
pertumbuhan. Sistem reproduksi jantan dikendalikan oleh poros hipotalamus-hipofisis-testis. Hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus
yaitu GnRH Gonadotropin Releasing Hormon. GnRH terdiri dari FSH-RF dan LH-RF. Hipofisis menghasilkan hormon FSH dan LH
atau ICSH Interstitial Cell Stimulating Hormon. Testis menghasilkan hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig. FSH merangsang
sel Sertoli dalam pembentukan protein pengikat androgen ABP. Protein ini berperan dalam pengangkutan testosteron ke dalam tubulus
seminiferus dan epididimis. Mekanisme ini penting untuk mencapai kadar testosteron yang dibutuhkan untuk terjadinya spermatogenesis.
LH berfungsi untuk merangsang perkembangan sel Leydig dan produksi
sekresi testosteron dan estrogen. Permulaan dan
kelangsungan spermatogenesis dipengaruhi oleh tiga hormon yaitu FSH, LH dan testosteron Susetyarini, 2009.
Bawang putih mengandung dialildisulfida. Konsentrasi plasma LH dipengaruhi langsung oleh dialildisulfida. Peningkatan produksi
testosteron didalam testis karena adanya peningkatan sekresi LH dari kelenjar pituitari Oi, 2001. Peningkatan hormon testosteron pada
kelompok uji dosis 100 mgkgBB diduga disebabkan kandungan dialildisulfida serbuk umbi bawang putih.
Parameter yang kedua adalah pengamatan konsentrasi spermatozoa. Kualitas spermatozoa ditentukan berdasarkan pada
konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa Muslim Akmal, 2008. Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan menggunakan kamar
hitung Neubauer. Berdasarkan analisis data parametrik menggunakan LSD One way ANOVA konsentrasi spermatozoa pada kelompok dosis
meningkat secara signifik an terhadap kelompok kontrol p≤0,05.
Spermatozoa diperoleh dari kauda epididimis. Spermatozoa yang terdapat di bagian kauda telah melewati proses pematangan di
bagian kaput dan korpus epididimis serta sudah memiliki kemampuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bergerak motil yang sama dengan spermatozoa dari ejakulat Axner et al., 1998 dalam Pamungkas, 2012. Kauda epididimis yang diambil
kemudian diletakan di dalam cawan yang berisi larutan NaCl 0,9. Larutan NaCl fisiologis digolongkan sebagai bahan pengencer
extender yang sering digunakankarena larutan ini dapat memberikan sifat buffer, mempertahankan pH semen dalam suhu kamar, bersifat
isotonis dengan cairan sel, melindungi spermatozoa terhadap cold shock dan penyeimbang elektron yang sesuai Simbolon, 2013.
Menurut Guzick 2001 konsentrasi spermatozoa pada tikus kontrol termasuk ke dalam batas subfertil yaitu 13,5 x 10
6
ml. Subfertil secara umum menggambarkan bentuk berkurangnya
kesuburan dalam waktu yang lama pada non-konsepsi yang tidak diinginkan. Infertilitas definisi klinis merupakan non-konsepsi yang
tidak diinginkan pada fase subur siklus menstruasi dengan intercourse tanpa perlindungan selama 1 tahun. Gnoth, 2005. Pria infertil dan
subfertil dapat disebabkan oleh kehilangan jaringan testikular, gangguan pada fungsi atau produksi sperma, gangguan pada
transportasi sperma dan gangguan penggabungan spema-oosit Wong, 2000.
Salah satu faktor penyebab gangguan fungsi atau produksi sperma adalah usia tikus. konsentrasi spermatozoa di dalam semen
intrauterin yang diperoleh dari tikus yang tua berjumlah sekitar setengah dari tikus muda, dan meskipun motilitas berkurang secara
bertahap dari 80 menjadi 20, namun tidak terdapat alasan untuk mempercayai jika pengurangan ini cukup untuk mengurangi fertilitas.
Fertilitas pada kedua tikus muda dan tikus tuatetap berada pada tingkat yang tinggi, bahkan ketika jumlah sperma yang diejakulasikan
bervariasi antara 4 x 10
7
sampai kurang dari 0,5 x 10
7
berdasarkan pada jumlah ejakulasi Lucio, 2013.
Peningkatan konsentrasi spermatozoa pada tikus jantan galur Sprague Dawley dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal selama proses spermatogenesis. Faktor internal antara lain
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
temperatur tubuh, lokasi testis dan kontrol hipofisis. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah rangsang psikis dan perubahan lingkungan
seperti temperatur lingkungan, makanan, zat-zat kimia tertentu dan kontak-kontak sosial Sagi, 1994 dalam Nugraheni, 2003.
Komponen utama pada bawang putih Allium sativum L. adalah zink dan selenium Memudu, 2015. Zink tidak hanya terlibat
dalam perkembangan anatomi dan fungsi organ reproduksi pria namun juga meningkatkan spermatogenesis melalui partisipasi aktif pada
pematangan spermatozoa dan pemeliharaan epitel germinal Cheah, 2011. Peran selenium di dalam testis, sperma dan reproduksi
menunjukkan jika terdapat peningkatan jumlah selenium secara signifikan ketika memulai spermatogenesis. Selenium sebagai
mikronutrisi yang penting telah terbukti dapat membantu mencegah kerusakan
oksidatif selama
spermatogenesis Cheah,
2011. Peningkatan
konsentrasi spermatozoa
pada penelitian
diduga dipengaruhi oleh faktor nutrisi pada bawang putih Allium sativum L.
yang terlibat dalam spermatogenesis yaitu zink dan selenium Penelitian yang dilakukan oleh Netter et al 1981 pada 37
pasien berusia antara 20 dan 40 tahun dengan infertilitas lebih dari 5 tahun menunjukkan pemberian zink sulfat sebanyak 660 mghari
kemudian diturunkan menjadi 120 mg 2 kalihari selama 40-50 hari dapat meningkatkan testosteron, dihidrotestosteron dan konsentrasi
sperma pada kelompok uji pertama. Pemberian zink pada tikus jantan Wistar sebanyak 20g, 40g, 60g dan 80g zink sulfat selama 6 minggu
menunjukkan peningkatan konsentrasi serum testosteron pada dosis 20g, 40g dan 60g terhadap kontrol dan penurunan pada motilitas dan
morfologi secara signifikan terhadap kontrol sehingga pada penelitian tersebut disimpulkan jika zink sulfat memiliki efek positif terhadap
hormon reproduksi dan kualitas sperma pada dosis fisiologis dan berbahaya pada dosis tinggi Egwurugwu, 2013.
Uji aktivitas spermisidal secara in vitro serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L. menggunakan metode Sander dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cramer. Konsentrasi efektif minimum MEC yang dapat membunuh 100 sperma dalam 20 detik adalah 250 mgml. Pengujian aktivitas
spermisidal serbuk umbi lapis bawang putih menggunakan suspensi NaCMC 0,5 sebagai kontrol kontrol negatif. NaCMC digunakan
untuk melarutkan serbuk. Pada penelitian secara in vitro pada ekstrak air Allium sativum
L. kasar telah dilaporkan mengurangi viabilitas, disintegrasi membran spermatozoa dan immobilisasi sperma ram dan sperma ejakulasi
manusia pada dosis 0,25 dan 0,50 g per ml Chakrabarti, 2003. Allitridium yang diisolasi dari bawang putih Allium sativum
menunjukkan adanya imobilisasi sperma manusia dan hewan dalam waktu 20 detik pada konsentrasi 7,5 mgml dan dalam waktu 3 menit
pada 1,5 mgml. Allitridium tidak menghasilkan reaksi iritasi vaginal atau efek samping lainnya Banerjee, 2014.
Kandungan fitokimia pada skrining tumbuhan untuk spermisidal atau imobilisasi sperma mengandung senyawa saponin, flavonoid dan
fenol Farnsworth, 1982. Kebanyakan tumbuhan yang memiliki kemampuan spermisidal dengan menyebabkan imobilisasi sperma
pada hewan dan manusia diketahui mengandung saponin Ghosh, 1993 dalam Souad, 2007. Kerusakan pada kepala sperma menunjukkan
adanya interaksi antara saponin dengan membran plasma sterol. Bagian hidrofobik saponin berhubungan dengan inti sterol hirofobik dalam
bentuk agregrat Souad, 2007. Konsentrasi minimum spermisidal pada serbuk umbi lapis
bawang putih Allium sativum L. memiliki hasil yang sama dengan konsentrasi minimum spermisidal pada ekstrak air bawang putih
Allium sativum L. yaitu 0,25 gml. Hasil ini berbeda sangat jauh dengan konsentrasi minimum hasil isolasi bawang putih Allium
sativum L. allitridium yaitu 7,5 mgml pada sperma tikus dan manusia. Aktivitas spermisidal serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum
L. dapat terjadi karena adanya saponin dan allitridium yang dapat mematikan sperma dalam 20 detik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aktivitas spermisidal telah dilakukan pada beberapa sumber alami seperti tanaman, mikroba dan hewan. Berdasarkan studi literatur,
tumbuhan yang memiliki aktivitas spermisidal antara lain ekstrak air- etanol daun Lawsonia inermis dapat mematikan seluruh spermatozoa
pada konsentrasi 160 mgml Hyacinth, 2012. Ekstrak etanol 70 biji manggis Garcinia mangostana L. memiliki konsentrasi efektif
minimum yang dapat mematikan 100 sperma dalam 20 detik adalah 100 mgml Pramudita, 2014. Aktivitas serbuk umbi lapis bawang
putih memiliki konsentrasi spermisidal tertinggi jika dibandingkan dengan bentuk ekstrak air-etanol daun Lawsonia inermis dan ekstrak
etanol 70 biji Garcinia mangostana. Penggunaan bawang putih sebagai spermisidal lebih baik menggunakan senyawa aktif bawang
putih allitridium karena konsentrasi minimum spermisidal yang kecil dan tidak menyebabkan iritasi di vaginal dan tidak memiliki efek
samping. Menurut Susetyarini 2009, bahwa obat-obatan antifertilitas
pria dikelompokan menjadi 3 berdasarkan aktifitasnya yaitu mempengaruhi fungsi testis, menghambat spermatogenesis dengan cara
mempengaruhi secara langsung fungsi testis dan mempengaruhi daya fertilisasi spermatozoa. Pada penelitian ini serbuk umbi lapis bawang
putih Allium sativum L. bekerja pada spermatogenesis dengan cara menurunkan hormon testosteron secara tidak signifikan
p≥0,05 namun meningkatkan jumlah s
permatozoa secara signifikan p≤0,05. Bawang putih Allium sativum L. memiliki aktivitas spermisidal pada
konsentrasi 250 mgml sehingga penggunaan bawang putih Allium sativum L. terhadap reproduksi untuk jangka panjang perlu
diperhatikan. Penggunaan serbuk umbi lapis bawang putih secara in vivo tidak menyebabkan infertilitas pada tikus jantan dan secara in vitro
memiliki aktivitas spermisidal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Pemberian serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L.
dapat menurunkan dan meningkatkan konsentrasi testosteron tikus jantan Sprague Dawley secara yang tidak signifikan
p≥0,05, penurunan dan peningkatan masih berada pada batas konsentrasi testosteron normal.
2. Pemberian serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L.
pada tikus jantan galur Sprague Dawley meningkatkan konsentrasi spermatozoa secara signifikan
p≤0,05 pada masing-masing dosis terhadap kelompok kontrol.
3. Serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L. memiliki
aktivitas spermisidal secara in vitro pada Minimum Effect Concentration MEC 250 mgml.
Pemberian serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L. dosis 50mgkgBB, dosis 100 mgkgBB, dan dosis 150 mgkgBB
selama 30 hari tidak menyebabkan infertilitas
5.2 Saran
Penelitian mengenai efek serbuk umbi lapis bawang putih Allium sativum L. perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat potensi
bawang putih pada aktivitas infertilitas tikus jantan dengan penambahan hari atau penambahan dosis, menambahkan parameter
pengamatan terhadap diameter tubulus seminiferus, pengamatan sel pakiten, pengamatan morfologi sperma dan motilitas sperma serta
menggunakan dalam bentuk sediaan lain.
60