UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
konjugat peroksidase untuk berikatan dengan lapisan antibodi. Setelah inkubasi konjugat yang tidak terikat dihilangkan. Jumlah dari ikatan
konjugat peroksidase adalah berbanding terbalik terhadap konsentrasi testosteron sampel. Setelah penambahan larutan substrat, intensitas warna
berkembang berbanding terbalik dengan konsentrasi dari sampel hewan uji.
2.5 Preparasi Bawang Putih 2.5.1
Homogenat Bawang Putih Kasar
Homogenat bawang putih dibuat dari umbi bawang putih yang telah dikupas kemudian dihancurkan di dalam blender dengan sejumlah
volume air destilasi. Campuran ini kemudian dibiarkan selama 30 menit pada suhu 25
C. Homogenat bawang putih kasar diperloleh setelah disaring melalui kain flanel Kasuga et al., 2001
2.5.2 Serbuk umbi lapis bawang putih
Untuk mendapatkan serbuk umbi lapis bawang putih, umbi bawang putih terlebih dahulu dipotong, dihancurkan, didehidrasi dan
dipulverisasi menjadi bentuk serbuk. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk yang digunakan sebagai suplemen makanan. Kandungan sulfur di
dalam bentuk kasar bawang putih dan serbuk umbi lapis bawang putih adalah Alliin. Dehidrasi yang sempurna dengan minimum kehilangan
menghasilkan 2-2,5 mg aliin g
-1
dari serbuk umbi lapis bawang putih Iberl et al, 1990 dalam Hammami, 2012.
2.5.3 Aged Garlic Extract
Bawang putih yang telah diiris-iris disimpan didalam etanol 15- 20 selama 20 bulan pada temperatur ruang di sebut aged garlic extraxt.
Seluruh proses ini menyebabkan kehilangan sejumlah allisin dan meningkatkan aktivitas komponen larut air yg baru seperti S-allylcystein
dan S-allylmercaptocystein Kasuga et al., 2001.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.4 Minyak Bawang Putih
Minyak bawang putih yang digunakan untuk pengobatan didapatkan melalui proses destilasi uap. Seluruh umbi bawang putih
direndam di dalam air didestilasi dengan dipanaskan atau diekstrasi dengan pelarut organik misalnya heksan untuk mendapatkan fraksi
minyak. Fraksi minyak umbi bawang putih menggambarkan 0,2-0,5 bawang putih kasar Amagase et al., 2001.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 hingga Mei 2015. Pembuatan serbuk umbi lapis bawang putih dilakukan di
laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia UIN Syarif Hidayatullah dan Laboratorium Fitokimia Universitas Indonesia, pemeliharaan dan
perlakuan hewan uji di Animal House AH, pengamatan terhadap parameter dilakukan di laboratorium penelitian II, laboratorium Kultur
dan MPR UIN Syarif Hidayatullah dan pengujian skrining fitokimia dilakukan di laboratorium kimia obat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, freeze dry, timbangan analititk AND GH-202 dan Wiggen
Hauser, erlenmeyer, beaker glass, spatula, corong gelas, tabung reaksi, pipet tetes, cawan penguap, botol timbang, kurs silikat, oven
Memmert, tanur Thermo Scientific, alumunium foil, timbangan, kandang tikus beserta tempat makanan dan minuman, sonde oral,
syringe, wadah pembiusan, alat bedah minor, kaca objek dan cover glass, mikropipet Eppendorft Research plus, Eppendorf tube,
centrifuge, vortex, mikroskop cahaya Motic dan Epson, Hemositometer improved Neubauer NESCO, freezer, waterbath,
desikator, kit ELISA dan ELISA reader, corong pisah dan destilasi.
3.2.2 Bahan Penelitian
a. Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang putih lokal yang dibeli dari petani di Tawangmangu.
28