UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.2 Spermatozoa
Proses pembentukkan sperma di dalam testis disebut spermatogenesis. Spermatozoa di tikus lebih lama daripada jenis
mamalia lainnya, termasuk manusia dan hewan dosmetik lainnya Setchell, 1984, dan rata-rata memiliki panjang 150-200 mm pada
tikus. Bentuk kepala sperma tikus terlihat seperti bentuk kail, seperti pada tikus lainnya Krinke, 2000
Gambar 2.4 Gambar spermatozoa perbesaran x 400
Rat Sperm Morphological Assesment, Guideline Document Ed. 1. Oktober, 2000
Gambar 2.3 Siklus spermatogenesis pada tikus
Tahap siklus sel dalam spermatogenesis tikus dimulai se arah jarum jam dari kiri bawah A,spermatogonium tipe A; In, spermatogonium tipe intermediate, B, spermatogonium tipe
B; R, resting spermatosit primer; L, Leptotene spermatosit; Z, zygotene spermatosit; P I, P VII, PXII, awal, pertengahan dan akhir spermatosit pakiten. Angka romawi
menunjukkan tahap siklus dimana mereka ditemukan; DI, diplotene; II, spermatosit sekunder; 1
– 19, langkah-langkah spermiogenesis. Tabel di tengah memberikan komposisi cellular tahapan siklus epitel seminiferusI
– XIV. M superscript mengindikasikan terjadinya mitosis. Diadaptasi dari Clermont dengan sedikit modifikasi
1962 Krinke, 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.3 Pengaturan Spermatogenesis
Proses spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus diatur dengan berbagai pengaruh internal dan eksternal Holstein, 2003.
Proliferasi dan diferensisasi sel germinal pria dan pengaturan mekanisme spermatogenesis secara intratestikular dan ekstratestikular
dapat diganggu pada setiap tahapnya Holstein AF, 1988. Hal ini dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan atau penyakit yang secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi spermatogenesis Nieschlag, 2001; Holstein AF, 1994. Perbedaan senyawa nutrisi,
terapi, obat, hormon dan metabolitnya, senyawa toksik atau radiasi sinar-x dapat mengurangi atau mengganggu spermatogenesis
Holstein, 2003. a.
Pengaturan Intrinsik Sel Leydig di dalam celah intratubular mensekresikan
testosteron dan senyawa tambahan neuroendokrin dan faktor pertumbuhan.
Hormon-hormon, transmitter
dan faktor
pertumbuhan tersebut diarahkan menuju sel Leydig, pembuluh darah dan lamina propia tubulus seminiferus dan sel Sertoli.
Mereka terlibat dalam menjaga trofik sel Sertoli dan jaringan sel peritubular, mempengaruhi kontraktilitas dari miofibroblas
Gambar 2.5 Fotomikrograf Sperma Normal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan dalam mengatur pergerakan peristaltik tubulus seminiferus dan transportasi spermatozoa Holstein, 2003.
b. Pengaruh Ekstrinsik
Pengaturan spermatogenesis secara setempat di dalam testis memerlukan stimulus ekstratestikular yang didapatkan dari
hipotalamus dan hipofisis. Sekresi gonadotropin relasing hormone GnRH dari hipotalamus menginisiasi pelepasan
hormon lutrinzing LH dari hipofisis. Sebagai hasilnya sel Leydig
menstimulasi untuk
memproduksi testosteron.
Testosteron tidak hanya mempengaruhi spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus testis tapi juga didistribusi ke
seluruh tubuh dan memberikan timbal balik ke hipofisis yang berhubungan dengan aktivitas sel Leydig. Stimulasi sel Sertoli
oleh hormon follicle stimulating hormone FSH penting untuk pematangan sel germinal. Sel Sertoli sendiri mensekresikan
inhibin timbal balik yang diarahkan ke hipofisis. Pengaruh ekstratestikular merupakan dasar penting untuk fungsi
pengaturan secara intratestikular Holstein, 2003.
2.3.4 Peran Hormon Pada Spermatogenesis