UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.1 Spermatogenesis
Istilah spermatogenesis meliputi seluruh urutan kejadian proliferatif dan perubahan sitologis dari sel germinal awal pria,
spermatogonia, menjadi spermatozoa matang Fawcett, 2002. Spermatogenesis
memerlukan suatu
seri kelompok
dimana spermatozoa dihasilkan melalui tahap mitosis, meiosis, dan
diferensiasi sel untuk menjadi spermatozoa matang. Perubahan morfologi dari spermatid menjadi spermatozoa disebut dengan
spermiogenesis. Selanjutnya spermatozoa dilepaskan ke dalam lumen tubulus. Proses pelepasan tersebut dikenal dengan proses spermiasi
Ilyas, 2007. Sel germinal primodial telah berhenti bermigrasi dikelilingi
oleh sel Sertoli dan membran basal yang menonjol di dalam tubulus seminiferus pada saluran seksual jantan. Sel kelamin jantan tetap tidak
aktif sampai sebelum masa pubertas, yaitu dimana sekitar 50 hari setelah kelahiran. Pada tahap itu terjadi pembelah dan menjadi
spermatogonium, dan kemudian membelah sampai hewan kehilangan kemampuan untuk memproduksi sperma Krinke, 2000.
Spermatogonium secara garis besar diklasifikasikan ke dalam tiga jenis; tipe A, tipe intermediet dan tipe B. Tipe
spermatogonia A ini dibagi lagi menjadi tipe AO disebut juga sel induk dan tipe A1-A4. Tipe spermatogonium AP tetap pada membran
basal di tubulus seminiferus dan memiliki kemampuan untuk membelah
menjadi dua sel anak, salah satunya menjadi
spermatogonium A1, yang seterusnya lebih lanjut dalam proses spermatogenesis, sedangkan yang lainnya sebagai sel induk. Pada
tikus, spermatogonium A1 kemudian memiliki enam pembelah mitosis, dan kemudaian mereka menjadu spematosit prelepton.
Kemudian spermatosit dalam fase meiosis, dimana berkembang menjadi leptoten, zygoten dan pakiten untuk menjadi spermatosit.
Selama fase meiosis, masing-masing spermatosit membelah menjadi satu dari empat spermatid haploid, yang kemudian memasuki fase
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
akrosom, selama akrosom berkembang. Kondensasi inti dan perpanjangan terjadi berikutnya, diikuti oleh fase eliminasi dan
pelepasan sitoplasma Krinke, 2000. Pada tikus, 14 tahap siklus spermatogenik terjadi di dalam
tubulus seminiferus. Tubulus memiliki susunan ruas, dan setiap potongan melintang tubula menunjukkan tahapan yang seragam yang
melibatkan empat atau lima generasi di sel germinal dengan sesuai. Tubulus seminiferus di tikus dikarakterisasi oleh struktur ruas,
sedangkan pada manusia dan hewan domestik lainnya biasanya menunjukkan pola mosaik di beberapa tahap. Pada tikus, dibutuhkan
12 hari untuk menyelesaikan satu siklus yang terdiri dari 14 tahap. Spermatogonium tikus membutuhkan empat siklus sampai akhirnya
membentuk spermatozoa, sehingga diperlukan 48 hari untuk menyelesaikan seluruh tahap spermatogenesis Krinke, 2000.
Transformasi siklus, spermatid haploid 1n ke dalam elongasi, dengan kekentalan yang tinggi dan spermatozoa matang
dikeluarkan ke
dalam lumen
tubulus seminiferus
disebut spermiogenesis perbedaan pembentukan spermatid melalui 4 langkah
atau fase : Golgi, kapping, akrosomal dan maturasi. Langkah ini berguna untuk mengidentifikasi tahap khusus pada siklus epitelium
seminiferus Hess dan Franca, 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.2 Spermatozoa