Klasifikasi Morfologi dan Ekologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama, para tentara dan budak. Penduduk Cina dan Korea sudah biasa memanfaatkan bawang putih sebagai obat dan pengusir roh jahat Banerjee dan Maulik, 2002; Yarnell, 1999; Hernawan, 2003 Masuknya tanaman bawang putih ke wilayah Indoensia belum ditemukan data atau keterangan yang rinci dan pasti, namun diduga terjadi pada abad 10 bersamaan dengan arus lalu lintas perdagangan antar-negara ke Indonesia, terutama para pendatang atau pedagang dari India dan Cina Rukmana, 2009. Sehingga bagi bangsa Indonesia bawang putih merupakan tanaman introduksi Santoso, 2000.

2.1.2 Klasifikasi

Tanaman bawang putih mempunyai nama lain Allium sativum. Dalam sistematika taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman bawang putih diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae tumbuh-tumbuhan Divisi : Spermatophyta tumbuhan berbiji Sub-divisi : Angiospermae berbiji tertutup Kelas : Monocotyledonae biji berkeping satu Ordo : Liliales Liliflorae Famili : LiliaceaeAlliaceaeAmaryllidaceae Genus : Allium Spesies : Allium sativum L. Rukmana,2009; Tyagi, 2013 Pada awal klasifikasi angiosperma, Allium diletakan pada famili Liliaceae. Kemudian, mereka lebih sering termasuk ke dalam Amaryllidaceae karena dasar struktur inflorosens. Pada hampir kebanyakan taksonomik terkini dan kompeten dari monokotiledon, Allium relatif dekat dikenali sebagai famili Alliaceae, dekat dengan Amaryllidaceae. Fritsch Friesen, 2002 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.3 Morfologi dan Ekologi

Tanaman ini memiliki beberapa nama lokal, yaitu Dason putih Minangkabau, bawang bodas Sunda, bawang Jawa Tengah, bhabang poote Madura, kasuna Bali, lasuna mawura Minahasa, bawa badudo Ternate, dan bawa fiufer Irian Jaya Santoso, 2000; Heyne, 1987; dalam Hernawan, 2003. Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang membentuk umbi lapis. Tanaman ini tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75 cm. Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu yang terdiri dari pelepah-pelepah daun. Sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam tanah. Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang kurang dari 10 cm. Akar yang rumbuh pada batang pokok bersifat rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap makanan Santoso, 2000 Bawang putih membentuk umbi lapis berwarna putih. Sebuah umbi terdiri dari 8-20 siung anak bawang. Antara siung satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh kulit tipis dan liat, serta membentuk satu kesatuan yang kuat dan rapat. Di dalam siung terdapat lembaga yang dapat tumbuh menerobos pucuk siung menjadi tunas baru, serta daging pembungkus lembaga yang berfungsi sebagai pelindung sekaligus gudang persediaan makanan. Bagian dasar umbi pada hakikatnya adalah batang yang mengalami rudimentasi Hernawan, 2003. Helaian daun bawang putih berbentuk pita, panjang dapat mencapai 30-60 cm dan lebar 1-2,5 cm. Jumlah daun 7-10 helai setiap tanaman. Pelepah daun panjang, merupakan satu kesatuan yang membentuk batang semu. Bunga merupakan bunga majemuk yang tersusun membulat, membentuk infloresensi payung dengan diameter 4-9 cm. Perhiasan bunga berupa tenda bunga dengan 6 tepala berbentuk bulat telur. Stamen berjumlah 6, dengan panjang filamen 4- 5 mm, bertumpu pada dasar perhiasan bunga. Ovarium superior, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersusun atas 3 ruangan, buah kecil berbentuk kapsul loculicidal Hernawan, 2003. Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut.Syarat tumbuh :  Iklim o Ketinggian tempat : 600 m – 1.200 m o Curah hujan tahunan :800 mm- 2.000 mmtahun o Bulan basah diatas 100 mmbulan : 5 bulan – 7 bulan o Bulan kering di bawah 60 mmbulan : 4 bulan – 6 bulan o Suhu udara : 150 C – 200 C o Kelembapan : tinggi o Penyinaran „: sedang  Tanah o Jenis tanah : gromiosol ultisol o Tekstur : lempung berpasir gembur o Drainase : baik o Kedalaman air tanah : 50 cm -150 cm dari permukaan tanah o Kedalaman perakaran: diatas 15 cm dari permukaan tanah o Kemasaman PH : 6-6,8 o Kesuburan :tinggi UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI, 2009. Gambar 2.1 Daun, Bunga dan Umbi Allium sativum L. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.4 Varietas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis) terhadap Diameter Tubulus Seminiferus, Motilitas, dan Spermisidal pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley

0 10 95

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang putih (Allium sativum L.) terhadap Regulasi Apoptosis Sel Germinal Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley

1 26 89

Uji Antifertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

4 25 111

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Antifertilitas ekstrak N-Heksana biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley secara IN VIVO

2 15 116

Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 4 121

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116

Uji Antifertilitas Ekstrak n-heksana Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 15 116