Delik Pornografi dalam UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers
56
Definisi pers menurut UU N0. 40 tahun 1999 adalah pers dalam arti luas menurut Oemar Seno Adji. Jadi, pengertian pers menurut UU No. 40 tahun 1999
adalah meliput penyampaian pikiran, gagasan, maupun berita-berita baik secara lisan maupun tulisan, dalam segala sarana media mass communication.
Dalam Pasal 5 1 UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, diatur mengenai kewajiban pers nasional, sebagai berikut:
“Pers nasional berkewajiban membeitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah.” Kewajiban pers adalah menghormati norma-norma agama dan rasa
kesusilaan masyarakat, dengan demikian sangat berkaitan dengan permasalahan pornografi.
UU No. 40 tahun 1999 tentang pers juga memuat mengenai ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 18. Berikut ini adalah rumusan Pasal 18 UU No. 40 tahun
1999 tentang Pers:
Pasal 18
1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan
tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat 2 dan ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 dua tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah.
2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2, serta
Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah.
3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat 2 dan Pasal 12
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah.
57
Dalam Bab VIII ketentuan pidana, Pasal 18 UU No. 40 tahun 1999, yang dapat dipakai untuk menjerat delik pornografi adalah Pasal 18 2 UU No.40
tahun 1999.
Rumusan unsur-unsur Pasal 18 2 UU No. 40 tahun 1999 yang mengatur delik pornografi:
a. Perusahaan pers: subjek hukum yang dapat dipidana berdasarkan pasal ini
adalah Perusahaan Pers Badan Hukum. b.
Yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 1: Pasal 5 ayat 1 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers mengatur mengenai kewajiban pers nasional. Jadi yang
dipersalahkan dalam unsur ini, dalam kaitannya dengan delik pornografi adalah pelanggaran dengan memberitakan peristiwa atau opini yang
melanggar kesusilaan. c.
Serta Pasal 13: dalam unsur ini yang berkaitan dengan delik pornografi adalah perusahaan Pers yang melanggar Pasal 13 1 UU No. 40 tahun 1999 tentang
Pers, yaitu: 1
“perusahaan pers dilarang memuat iklan: yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antarumat
beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat.” 2
Dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah.
58