Definisi Pornografi PORNOGRAFI DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN
17
Dalam kamus besar Indonesia, pornografi didefinisikan sebagai berikut
1
: 1.
Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi;
2. Bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang unruk
membangkitkan nafsu berahi dalam seks. Istilah Porngrafi sebenarnya berasal dari bahasa yunani, yaitu porni
2
yang artiny pelacur dan graphain artinya menulis. Dalam perkembangan selanjutnya, makna dasar kata pornografi ini
menjadi berkurang relevansinya. Istilah bahasa Yunani tersebut maknanya telaah meluas dan berbagai pihak telah menafsirkannya secara berbeda-beda.
Batasannya pornografi terus mengalami peubahan seiring dengan pergeseran nilai-nili dalam masyarakat dan perkembangan maateri pornogrfi itu sendiri.
Akan tetaapi, pornografi terkait dengan masalah seksualitas. Sejauh apapun istilah pornografi ini. Materi pornografi pasti mengungkapkan perilaku seksual, baik itu
dalam tulisan, gambar, film, daan media lainnya. Pornografi seringkali dipertentangkan dengan seni art. Dalam hal ini,
erotisme dianggap sebagai istilah yang berbeda dari istilah pornografi. Istilah erotisme berasal dari kata Yunani, Eros, yaitu nama dewa cinta, putera aphrodite.
Padanan kata ini dalam bahasa inggris adalah Eroticsm atau dalam kata benda adalah Erotica. Menurut Benny Hoed, erotisme tidak mempunyai makna dasar
1
Kamus Besar Indonesia; 1992
2
Dalam beberapa literatur, istilah Yunani porni ini juga sering kali dituliskan porne,namun maknannya sama saja.
18
“cabul”, melainkan penggambaran perilaku, keadaan, atau suasana berdasarkan berilhamkan “libido dan seks”.
3
Benny Hoed menjelaskan lebih lanjut bahwa pembedaan makna dasar ini penting agar kita dapat lebih memahami erotisme.
4
Perbedaan erotisme dan pornografi dalam prateknya akan sangat sulit mana yang pornografi dan mana erotisme seringkali membingungkan banyak kalangan.
Peraturan perundang-undangan Indonesia sejauh ini tidak memberikan definisi pornografi secara renci dan jelas. Istilah pornografi bahkan tidak terdapat
dalam rumusan dalam pasal-pasal KUHP Indonesia. KUHP hanya mengatur tentang gambar, tulisan, barang yang melanggar kesusilaan.
Dari penjelasan Prof. Oemar Seno Adji, pornografi dianggap sebagai sesuatu permasalahan moralitas, yang bisa berubah seiring dengan pandangan
masyarakat yang berkembang menurut tempat dan waktu. Definisi pornografi yang rinci dan jelas juga tidak ditemui dalam
perumusan peraturan perundang-undangan di luar KUHP. Dalam UU No. 8 tahun 1982 tentang perfilman, UU No.24 tahun 1997 tentang penyiaran dan UU No. 40
tahun 1999 tentang Pers tidak kita temukan istilah pornografi dalam pasal- pasalnya. Akan tetapi, dalam peraturan perundang-undangan tersebut , terdapat
ketentuan pidana yang mengtur mengenai pelanggaran dan kejahatan terhadap kesusilaan. Penafsiran melanggaran kesusilaan pada peraturan perundang-undang
3
Benny H.Hoed, Dri Logika Tuyul ke Erotisme, magelang: Indonesia Tera,2001, hal. 189-190
4
Benny H.Hoed, Dri Logika Tuyul ke Erotisme, magelang: Indonesia Tera,2001, hal. 189-190
19
di luar KUHP ini tidak berbeda dengan penafsiran melanggar kesusilaan dalam KUHP.
Selain definisi kamus dan definisi peraturan perundang-undangan, berbagai pihak juga memberikan definisinya mengenai pornografi. Organisasi
Pengarang Indonesia OPI pernah memberikan definisi pornografi di tahun 1956. Oemar Seno Adji mengutip definisi pornografi menurut OPI , sebagai berikut:
“suatu tulisan atau gambar dapat melanggar perasaan kesopanan- kesopanan, jika tulisan atau gambar itu tidak sedikit pun mengandung nilai,
melainkan hanya mengandung keinginan semangat untuk dengan sengaja membangkitkan nafsu birahi belaka, sehingga menurut norma-norma Agama,
ketuhanan, keilmuan dan sebagainya yang berlaku dalam suatu jaman dan dalam suatu masyarakat menimbulkan pikiran orang yang membaca melihatnya pada
pelanggaran susila”.
5
Definisi pornografi menurut OPI sangat abstrak karena menitikberatkan pada nilai-nilai dan norma-norma yang relatif berdasarkan waktu dan tempat. Hal
ini tidak jauh berbeda dengan definisi melanggar kesusilaan terdapat dalam KUHP.
Definisi pornografi yang lebih rinci, meskipun sangat multi-interpretable, diberikan oleh Departemen Penerangan Republik Indonesia, sebagaimana dikutip
oleh oleh A. Hamzah :
5
Oemar Seno Adji, Masa Media dan Hukum, cet. 2, Jakarta: Erlangga, 1997, hal.189
20
“Penyajian tulisan atau gambar-gambar yaitu: 1.
Mempermainkan selera rendah masyarakat dengan semata-mata menonjolkan masalah sex dan kemaksiatan.
2. Bertentangan dengan:
a. Kaidah-kaidah moral dan tata susila serta kesopanan;
b. Kode etik jurnalistik;
c. Ajaran agama yang merupakan prima causa di indonesia , dan
d. Kemanusiaan adil dan beradab.
Kesemuanya itu dapat menimbukan nafsu birahi, rangsang dan pikiran- pikiran yang tidak sehat, terutama dikalangan anak-anak muda, serta menyingung
rasa susila masyarakat luas, yang bertangungg jawab terhadap keselamatan generasi muda di masa datang dalam membina kepribadian bangsa yang
berfalsalah Pancasila. Pornografi adalah penyajian tulisan atau gambar-gambar yang dapat
menimbulkan nafsu berahi dan menyinggung rasa susila masyarakat.
6
Andi Hamzah menyatakan bahwa definisi pornografi menurut Departemen Penerangan
tersebut lebih ditentukan dari segi jurnalistik.
7
Meskipun definisi pornografi yang dirumuskan oleh Departemen penerangan ini sangat panjang, namun penekanannya pun tidak jauh berbeda
dengan definisi pornografi menurut KUHP. Definisi pornografi menurut
6
Andi H amzah, “Pornografi Dalam Hukum Pidana: Suatu Studi Perbandingan”, Cet I,
Jakarta: Bima Mulia, 1987, hal. 9
7
Andi Hamzah, “Pornografi Dalam Hukum Pidana: Suatu Studi Perbandingan”, Cet I, Jakarta: Bima Mulia, 1987, hal. 9
21
Departemen penerangan menekankan pada prinsip moralitas masyarakat berdasarkan Pancasila, yang tentu saja sangat ideal dalam tataran nilai, namun
dalam tataran praktis menjadi sulit diterjemahkan. Definisi-definisi yang terdapat dalam kamus dan peraturan perundang-
undangan Indonesia mempunyai persamaan mendasar, yaitu memandang pornografi perspektif moralitas masyarakat. Pornografi diterjemahkan sebagai
suatu pelanggaran terhadap norma kesusilaan yang hidup dari suatu masyarakat dalam masa tertentu.