TINJAUAN KASUS DELIK PORNOGRAFI

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seksualitas selalu menjadi tema penting sepanjang sejarah peradaban menurut Hendry Bergson, sebagaimana yang telah dikutip oleh Sigit Djatmiko, daya tarik seks adalah topik utama peradaban kita 1 . Seksualitas hadir dalam kehidupan manusia di dunia tanpa melalui suatu rekayasa tertentu. Seksualitas adalah hal yang kodrati, namun pada perkembangannya seksualitas telah menjadi lebih sekedar fitrah manusia. Seksualitas telah dijadikan komoditi ekonomi yang termanifestasi dalam industri pornografi. Dari pemberitaan media masa, dapat kita lihat bahwa peredaran pornografi di Indonesia sangat besar dan luas. Materi pornografi bertambah serta berkembang dengan cepat dan pesat. Pornografi subur di ladang bisnis entertainment, bahkan telah jadi komoditi bisnis dengan tingkat permintaan yang cukup tinggi. Pornografi adalah bumbu sajian media masa. Berbagai materi pornografi juga tersedia dalam perdagangan black market pasar gelap dalam bentuk kategori yang kian variatif, dari mulai soft- 1 Sigit Djatmiko, Cybersmuk dan Cye rsex: “Digitalisasi, Robotisasi Tubuh,“ dikutip http:www.sudut.or.idcyersex,sybermut 02.html, diakses 15 maret 2002. 2 pornography 2 sampai hard-pornography 3 . Materi-materi pornografi itu dapat diperoleh dengan biaya relatif murah, dan diperdagangkan pada siapa saja yang berminat memperolehnya, termasuk anak-anak di bawah umur. Peredaran pornografi semakin dipacu oleh revolusi yang terjadi, salah satu pencapaian besar di bidang ini adalah penemuan sistem komunikasi baru, yang biasa disebut sebagai internet. Melalui internet, berbagai materi pornografi mampu dihadirkan secara massive and direct pada setiap orang bertujuan, atau bahkan yang tidak berniat mendapatkannya. Internet telah menjadi surga bagi penikmat pornografi, sekaligus lahan bisnis yang menguntungkan bagi pengedarnya. Permasalahan pornografi sebenarnya telah lama menjadi isu publik di Indonesia. Sejak permulaan abad ke-20 telah dilakukan sensor 4 dan “digunting” oleh dewan redaksinya. 5 Padahal di dalam Islam sudah sangat jelas bagi seorang muslim untuk tidak mendekati zina, sesuai dalam firman Allah Q.S Al- Israa’ : 32 2 Soft-pornography adalah kategori pornografi yang termasuk dalam klasifikasi ringan. Soft- pornography tidak menampilkan adegan coitus atau penetrasi, bagian genital kelamin tidak digambarkan secara mendetail. 3 Hard-pornography adalah katagori pornografi yang termasuk dalam klasifikasi berat. Katagori pornografi ini mengambarkan seks secara furgar. Homoseksualitas, bestiality hubungan seks melibatkan hewan dan manusia, dan pornografi termasuk katagori hard-pornography. 4 Salah satu karya yang disensor oleh Volkslectuur adalah Belenggu karya Armijn Pane, yang justru kemudian dikenal sebagai salah stu karya terpenting dalam sejarah sastra modern Indonesia. 5 Goenawan Muhammad, Seks, Sastra, kita, cet. 2, Jakarta: Sinar Harapan, 1981 , hal. 12.