Kesetaraan Gender Gender Equality
26
Hukum agama, kebiasaan, dan berbagai kepercayaan dibentuk bedasarkan premis bahwa perempuaan adalah tercipta untuk pria. Dalam
sistem sosial patriarkis, perempuan ditempatkan sebagai warga negara kelas dua second class, berbeda dengan laki-laki.
Menurut Julia Cleves Mosses, patriarki merembes ke semua aspek masyarakat dan sistem sosial yang memberikan hak istemewa pada laki-laki
dan mengorbankan perempuan.
13
Ketidakadilan yang dialami perempuan terlihat, misalnya, pada sistem ekonomi politik : perempuan dijadikan subordinat dan dianggap tidak penting
dalam pengambilan keputusan ekonomi dan politik. Dalam memahami struktur patriakis yang menindas perempuan,
terdapat suatu model pendekatan yang lazim disebut dengan analisis gender gender analysis. Menurut Mansour Fakih, pemahaman atas konsep gender
sesungguhnya merupakan isu mendasar dalam rangka mmenjelaskan masalah hubungan antara perempuan dan laki-laki, atau masalah hubungan
kemanusian kita.
14
Analisis gender merupakan suatu analisis baru untuk membongkar sistem sosial dominan yang telah melahirkan ketidakadilan sosial, khususnya
13
Julia cleves Mosses, Gender Pembangunan Half The world Half A Chance, an Introduction to Gender and Development, diterjemahkan oleh Hartian Silawati Yogyakarta: Puska
Pelajar, 1996,hal.65
14
Mansour fakih, Analisis Gender dan Transormasi Sosial, yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001,hal.7
27
memfokuskan pada ketidakdilan terhadap perempuan. Analisis gender adalah analisis kritis lain yang sudah ada.
15
Untuk memahami analisis gender dengan lebih jelas, pertama-tama harus dipahami perbedaan mendasar antara gender
16
dan seks.
17
Perbedaan antara seks dan gender, yaitu:
“Seks adalah pembagian jenis kelamin ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki mempunyai penis dan bisa memproduksi sperma. Serta
perempuan punya vagina, payudara dan rahim, karenanya perempuan mempunyai menstruasi, bisa mengandung dan melahirkan serta menyusui.
Seks adalah juga yang semua melekat pada laki-laki dan perempuan secara biologis, karena tidak dapat dipertukarkan. Seks juga sering disebut kodrat,
karena sifatnya yang abadi tidak bisa dipertukarkan dan sama disamping abad dan tempat.”
18
“Gender adalah suatu sifat dan prilaku yang diletakan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Karena bentukan
maka gender tidak berlaku selamanya. Gender bisa tergantung kepada trend,
15
Mansour fakih, Analisis Gender dan Transormasi Sosial, yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001,hal. 4
16
Kata gender tidak ditemukan dalam KBBI. Dalam berbagai literatur Indonesia, selain di gunkan istelah “gender”, juga sering kali juga dipakai istelah “jender”. Kedua istelah tersebut
maknanya sama.
17
Mansour fakih, Analisis Gender dan Transormasi Sosial, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001,hal.7
18
Forum kesejahteraan Fatayat, Jender dan Islam, Yogyakarta: FKY, 2001,hal.2
28
Gender juga sangat tergantung kepada tempat dan wilayah, karena bentukan, maka g
ender bisa dipertukarkan..”
19
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan seks antara laki-laki dan perempuan taken for granted, adalah kodrat penciptaan manusia.
Sebaliknya, konsep gender dikonsruksi secara sosial maupun kultural. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mansour Fikih bahwa perbedaan gender
sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender gender inequalities.
20
Namun, perbedaan gender ini ternyata telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik kaum laki-laki dan
terutama terhadap kaum perempuan.
21
Ketidakadilan gender ini termanifentasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan terhadap perempuan, yaitu:
a. Margenalisasi atau proses pemiskinan ekonomi
b. Subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik
c. Pembentukn stereotype atau stigmatisasi sosial
d. kekerasan violence
e. Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak working burden
19
Forum kesejahteraan Fatayat, Jender dan Islam, Yogyakarta: FKY, 2001, hal.2
20
Mansour fakih, Analisis Gender dan Transormasi Sosial, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hal 8.
21
Mansour fakih, Analisis Gender dan Transormasi Sosial, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hal 12
29
Logika yang dianut Mansour Fakih, bahwa perbedaan gender yang dilahirkan ketidakadilan sosial, meskipun tidak terdapat data valid yang
menyebutkan jumlah perempuan dalam industri pornografi, namun dapat diungkapkan bahwa pornografi melibatkan banyak perempuan. Perempuan
lebih banyak menjadi pemeran dalam industri film porno misalnya, dibandingkan sebagai pembuat film porno. Perempuan telah dijadikan
komoditi dalam industri pornografi. Perempuan yang dijadikan komoditi dalam industri pornografi adalah
perempuan-perempuan miskin, biasanya tidak berpendidik.profensi-profensi yang ditawarkan industri pornografi menjadi sangat menarik sebagai jalan
pintas untuk merahi kehidupan yang lebih baik. Dalam masyarakat patriarkis yang memarjinalkan perempuan, nilai ekonomis perempuan lebih ditentukan
oleh tubuh perempuan yang dijadikan komoditas dalam pasar. Hal ini ditambah lagi dengan tingkat pendidikan perempuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki. Meski banyak perempuan yang menempuh pendidikan tinggi, namun sebagian besar perempuan lainnya masih
terbelakang. Anggapan sebagian besar orang bahwa keterlibatan perempuan dalam
pornografi adalah suatu pilihan mandiri, perlu dikoreksi. Selain faktor ekonomis dan rendahnya tingkat pendidikan, keterlibatan perempuan dalam
industri pornografi juga oleh paksaan, baik secara mental atau fisik dan para prempuan ini juga mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh pacar
atau suami mereka.
30
Perempuan dalam kondisi rumah tangga yang kurang harmonis broken home seringkali dijadikan sasaran para pelaku industri pornografi.
Perempuan yang lari dari rumah mereka kemudian ditampung oleh para mucikari yang menciptakan kondisi ketegantungan secara materil, dan juga
menggunakan narkotika sebagai umpan. Anggapan-anggapan salah mengenai motivasi perempuan yang terlibat
dalam pornografi biasanya diakibatkan oleh ketidaktahuan para penikmat pornografi mengenai hal-hal dibalik industri pornografi. Dalam film-film
porno misalnya, perempuan selalu digambarkan menikmati peren mereka, padahal ini adalah suatu tuntutan skenario. Para penikmat pornografi
seringkali lupa atau justru tidak lagi memperhatikan bahwa film porno juga dibuat bedasarkan suatu skenario.