Delik Pornografi dalam UU No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran

54 KEJAHATAN Pasal 64 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun atau denda paling banyak Rp. 700.000.000,-, tujuh ratus juta rupiah: a. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan melalui radio,televisi atau media elekronik lainnya hal-hal yang bersifat menghasut, mempertentangkan, dan atau bertentangan dengan ajaran, atau merendahkan martabat manusia dan budaya bangsa, atau memuat hal-hal yang patut dapat diduga mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa, sebagai yang dimaksud dalam pasal 32 ayat 9; atau b. Barangsiapa dengan sengja menyiarkan rekaman musik dan lagu dengan lirik yang mengungkapkan pornografi dan hal-hal yang bersifat menghasut, mempertentangkan, danatau bertentangan dengan ajaran agama, atau merendahkan martabat manusia dan budaya bangsa atau memuat hal-hal yang patut dapat diduga mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 37 2 huruf b. = Pasal 65 Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan hal-hal yang bersifat sadisme, pornografi, dan atau bersifat perjudian, sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 7, dipidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan atau paling banyak Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah. PELANGGARAN Pasal 74 Barangsiapa menyiarkan iklan niaga, sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 2 huruf b, huruf c, dan huruf d, dipidana dengan pidan kurangan paling lama 9 sembilan bulan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah. Pasal 42 2 Siaran iklan niaga dilarang memuat: 55 a. promosi yang berkaitan dengan ajaran suatu agama atau aliran tentu, ajaran politik atau ideologi tertentu, promosi pribadi, golongan, atau kelompok tertentu, b. promosi barang dan jasa yang berlebih-lebihan dan yang menyesatkan, baik mengenai mutu, asal, isi, ukuran, sifat, komposisi maupun keasliannya; c. iklan minuman keras dan sejenisnya, bahan atau zat adiktif serta iklan yang mengambarkan penggunaan rokok; d. hal-hal yang bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat. 4 Materi siaran iklan niaga yang akan disiarkan melalui televisi harus memperoleh tanda lulus sensor dari lembaga sensor film.

3. Delik Pornografi dalam UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers

Pengertian Pers, sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Seno Adji, digolongkan dalam arti sempit dan arti luas, yaitu: 29 a. Pengertian Pers dalam arti sempit adalah mengandung penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, ataupun berita-berita dengan jalan tertulis. b. Pengertian pers dalam arti luas adalah memasukkan didalamnya semua media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan kata-kata lisan. Pengertian pers sebagai disebutkan dalam Pasal 1 UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers adalah : “ Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi masa yang melaksankan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis dan saluran yang tersedia.” 29 Oemar Seno Adji, Masa Media dan Hukum, cet. 2, Jakarta: Erlangga, 1997, hal. 13. 56 Definisi pers menurut UU N0. 40 tahun 1999 adalah pers dalam arti luas menurut Oemar Seno Adji. Jadi, pengertian pers menurut UU No. 40 tahun 1999 adalah meliput penyampaian pikiran, gagasan, maupun berita-berita baik secara lisan maupun tulisan, dalam segala sarana media mass communication. Dalam Pasal 5 1 UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, diatur mengenai kewajiban pers nasional, sebagai berikut: “Pers nasional berkewajiban membeitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.” Kewajiban pers adalah menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat, dengan demikian sangat berkaitan dengan permasalahan pornografi. UU No. 40 tahun 1999 tentang pers juga memuat mengenai ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 18. Berikut ini adalah rumusan Pasal 18 UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers: Pasal 18 1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat 2 dan ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah. 2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2, serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah. 3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat 2 dan Pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah.