Etika berpakaian dalam ajaran Islam
67
Ajaran Islam adalah petunjuk bagi manusia untuk mewujudkan ketenraman dan kesejahteraan. Pada hakikatnya hukum Islam merupakan jaminan
untuk mewujudkan kemaslahatan manusia. Dan salah satu kemaslahatan itu adalah berpakaian. Karena dalam hukum Islam pakaian merupakan masalah
kemanusiaan. Karena terkait di dalamnya harkat martabat manusia. Sehingga manusia diwajibkan memperlakukan dan memanfaatkan tubuh agar terjaga
kehormatannya dalam keluarga, masyarakat dan bangsa.
41
Sesungguhnya perzinahan yang keji dan merupakan jalan yang amat buruk itu berasal dari pandangan mata, model pakaian, dan berbusana yang
seronok dan merangsang syahwat saat ini telah menjadi sarana bagi timbul dan berkembanganya perzinahan. Apalagi ditambah dengan majunya peradaban dan
kebudayaan manusia serta pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang telah membawa dampak negatif disamping manfaat-manfaat yang tidak dapat
dipungkiri. Seharusnya pakaian laki-laki dan perempun dapat menutup aurat dengan
pemakaiannya, seluruh badan perempuan adalah aurat. Pakaian itu harus tertutup, karena yang dianjurkan dalam Islam sesuatu yang dapat menutup warna kulit,
sehingga pakaian itu tidak dapat tembus pandang. Karena jika pakaian itu terlihat bentuk tubuhnya, dapat mendatangkan fitnah seksual. Jika pakaian itu tebal
tetapi masih terlihat lekuk-lekuk tubuhnya maka ini pun dapat dikatakan tidak berhasil dalam menutup aurat.
41
Ali Yafie,menggagas Fiqih Sosial Lingkungan Hidup, Asuransi dan Ukhwah, bandung: Mizan, November 1995, hal.240-241
68
Namun bukan berarti manusia tidak dibolehkan merancang model-model pakaian yang lebih maju, justru hal ini dibolehkan selama tidak keluar dari
berapa kriteria: a.
Busana dapat menutup aurat yang yang wajib ditutup. b.
Busana tidak merupakan pakaian untuk dibanggakan atau busana yang menyolok mata.
c. Busana tidak tipis agar kulit pemakaianya tidak tampak dari luar.
d. Busana agak longgar atau jangan terlalu sempit ketat sehingga tidak nampak
bentuk tubuhnya. Aurat sangat erat kaitanya dengan moralitas dan akhlak karimah, karena
budaya pornografi di dalam sama sekali tidak terdapat nilai etika dan moral. Bahkan rasa malu pun dalam diri pelaku pornografi dan pornoaksi tidak ada.
Agama Islam, memerintahkan kita agar menghias diri dengan akhlak muli yang harus dihayati dalam kehidupan kita sehari-sehari. Oleh karena itu, tindak pidana
pornografi bertentangan dengan ajaran agama karena merupakan bentuk pelecehan terhadap perintah Allah SWT, juga penghinaan ajaran Islam.
Moral atau moralias dalam arti tidak lain merupakan pedoman bagaimana harus hidup. Sedangkan dalam arti sempit moral identik dengan kesusilaan yaitu
sopan santun dalam perilaku seksual. Norma moral penting peranannya dalam kehidupan masyarakat. Moral dalam agama Islam ditentukan oleh akhlak. Etika
ialah teori tentang prilaku perbuatan manusia, dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal, sesuai dengan perintah dan larangan serta
69
petunjuk al- Qur’an dan al-Hadits. Nilai-nilai yang ditetapkan baik oleh akhlak
Islam disebut moral Islam. Lemahnya pegangan kepada norma atau keadaan tanpa norma disebut anomali.
42
Dalam bentuk membatasi pandangan mata dan menjaga organ-organ produksinya. Artinya mencegah lebih baik dari pada mengobati. Karena
timbulnya kejahatan seksual pertama kali muncul dari adanya pandangan, terus menimbulkan syahwat, hal-hal negatif, diantaranya adalah hubungan seksual di
luar pernikahan. Islam mengatur pernikahan dan mengharamkan zina, siapa-siapa yang
tidak boleh dikawinkan, bagaimana cara perkawinan itu dilakukan dan syarat- syarat apa-apa yang harus dipenuhi, sehingga perkawinan itu dianggap sah dan
percampuran kedua manusia yang berlainan jenis itu tidak dianggap zina dan anak-anak yang lahir dari hubungn itu dianggap sah dan menjadi keturunan sah
dari ayahnya, bahkan tidak hanya melarang itu saja, tetapi juga melarang hal-hal yang dapat membawa zina.
Oleh karena itu sangat tepat bila Majlis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang keharaman pornografi, mengingat dampak negatif yang bisa
ditimbulkannya, sebagaimana disebutkan dalam kaidah ushul fiqih:
“Menolak kerusakan dudahulukan dari pada menarik kemaslahatan”
42
Sidi Gazalba, Islam dan Perubahan sosial budaya; Kajian tentang perubahan masyarakat, Jakarta: Pustaka al-Usna, 1983, hal.122
70
Adapun penjelasannya adalah apabila dalam suatu perkara terlihat adanya manfaat atau maslahat, namun disitu juga terdapat adanya kerusakan, haruslah
didahulukan menghilangkan mafsadat ini, karena kemafsadatan dapat meluas dan menjalar kemana-mana, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih
besar. Adapun isi fatwa majlis Ulama Indonesia nomor 287 tahun 2001 tentang
pornografi dan pornoaksi: a.
Bahwa menggambarkan langsung atau tidak langsung tingkah laku secara erotis, baik dengan lukisan, gambar, tulisan, suara, reklame, iklan, maupun
ucapan; baik melalui media cetak maupun elektronik yang dapat mengakibatkan nafsu birahi adalah haram.
b. Membiarkan aurat terbuka dan atau berpakaian ketat atau tembus pandang
dengan maksud untuk diambil gambarnya, baik dicetak maupun divisualisasikan adalah haram.
c. Melakukan pengambilan gambar sebagaimana dimaksud pada langkah-
langkahnya adalah haram. d.
Melakukan hubungan seksual atau adegan seksual dihadapan orang lain, melakukan pengambilan gambar hubungan seksual atau adegan seksual baik
terhadap diri sendiri ataupun orang lain dan melihat hubungan seksual haram. e.
Memperbanyak, pengedarkan, menjual, maupun menjual dan melihat atau memperhatikan gambar orang, baik cetak atau visual yang terbuka auratnya
atau berpakaian ketat tembus pandang yang dapatkan membngkitkan nafsu birahi, atau gambar hubungan seksual adalah haram
71
f. Berbuat intim atau berdua-duaan khalwat antara laki-laki dan perempuan
yang bukan mahramnya, dan perbutan sejenis lainnya yang mendekati dan atau mendorong melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah
haram. g.
memperlihatkan aurat yakni bagian tubuh antara pusar dan lutut bagi laki-laki serta seluruh tubuh wanita kecuali muka, kecuali dalam hal-hal yang
dibenarkan oleh syar’i memakai pakaian tembus pandang atau ketat yang dapat memperlihatkan lekuk tubuh adalah haram.
Berkenaan dengan keluarnya fatwa MUI tersebut adalah merupakan suatu terobosan hukum. Walupun hanya sebatas fatwa dan bukan merupakan produk
hukum konvensional atau hukum positif yang bisa diterapkan kepada semua masyarakat Indonesia, akan tetapi fatwa tersebut sangat dibutuhkan oleh
masyarakat muslim sebagai pegangan dalam kehidupan dan dalam sikap. Di dalam hukum Islam dapat mengatasi dan sesuai dalam setiap perubahan zaman,
dalam usnul fiqih disebutkan:
“Tidak dapat diingkari adanya perubahan hukum lantaran berubahnya masa”
Maksud dari kaidah ini adalah bahwa setiap perubahan masa, menghentikan kemaslahatan yang sesuai dengan keadaan masa itu. Hal ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu hukum yang didasarkan pada kemaslahatan itu.
72
Hukum tindak pidana pornografi terhadap pelakunya menurut komisi fatwa MUI tentang pornografi dan pornoaksi no. 287 tahun 2001 adalah haram
dan hukumann ya adalah ta’zir.
73