Macroergonomic Analysis And Design MEAD

Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah. Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataanya keduanya saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Perbandingan antara Mikro Ergonomi dengan Makro Ergonomi Karakteristik Ergonomi Makro Ergonomi Tingkat bahasan Mikro Makro Unit kerja Tugas, sub-tugas Divisi kerja Tujuan Mengoptimalkan pekerja Mengoptimalkan sistem kerja Fokus Perincian Peninjauan secara luas Alat Pengukuran Umumnya mengukur secara fisik seperti : luas, tenaga, luminasi, desibel, waktu Umumnya organisasional dan mengukur subejektivitas seperti jumlah orang, rentang kendali, perilaku dan moral Sejarah Penelitian 27-47 tahun 10-12 tahun Sejarah Aplikasi 17-27 tahun 8-9 tahun Aplikasi Keahlian Anatomi, psikologi, psikologi persepsi, teknik industri Organisasi, psikologi organisasi

3.3. Macroergonomic Analysis And Design MEAD

MEAD merupakan suatu metode yang berkaitan dengan mendesain, menganalisis, dan mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi sehingga menjadi Universitas Sumatera Utara efektif dan efisien 5 .Tahapan pada Macroergonomic Analysis and Design dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Langkah-langkah MEAD a. Pengamatan dan Analisis Lingkungan Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah pengamatan pada sistem keseluruhan, subsistem lingkungan, dan organisasi dari sistem tersebut. Untuk menilai varian antara yang telah ditetapkan dan yang dipraktikan, diperlukan identifikasi misi, visi, prinsip, dan kriteria target yang ditetapkan dalam sistem tersebut. 5 Ibid. Hal. 68-82 Universitas Sumatera Utara Dalam mengamati sistem secara keseluruhan hal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasikan tempat kerja dimana sistem berjalan dan prosesnya termasuk batasan yang ada. Detail dari misi sistem ini dapat berupa input, output, proses, supplier, customer, intenal control, dan mekanisme feedback. Selain itu batasan yang dimaksud dapat berupa batasan throughput, territorial, sosial, dan waktu. Dalam pengamatan lingkungan, organisasi dan major stakeholder diperlukan identifikasi dan evaluasi ekspetasi organisasi, entitas diluar batasan external environmet, dan konflik yang ada. b. Tipe Sistem dan Analisis Performansi Performa dari sistem yang diamati di tahap sebelumnya dievaluasi pada tahap ini. Key performance criteria yang berkaitan dengan tujuan organisasi dan posisi teknikal diperinci pada tahap ini. Untuk mengukur performa dari sistem yang berjalan, diperlukan data specific standarized performance criteria untuk menentukan jenis pengukuran proses kerja. Performa organisasi dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan seven performance criteria atau pengelompokan ukuran, yang terdiri dari efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas, quality of work life, inovasi dan profabilitas atau budgetabilitas Sink and Tuttle, 1989. Kriteria efisiensi berfokus pada input atau utilisasi sumber daya. Efektivitas berfokus untuk melihat apakah hal dilakukan sesuai tujuan. Produktivitas didefiniskan melalui outputinput. Inovasi berpacu pada perubahan kreatif pada proses atau produk sehingga menghasilkan peningkatan performa. Untuk organisasi yang tidak bertuju an Universitas Sumatera Utara untuk profit, Sink and Tuttle 1989 memperkenalkan budgetabilitas atau pengeluaran relatif pada budget untuk menggantikan kriteria profitabilitas. c. Menentukan proses kerja teknis dan analisis tugas Unit operasi adalah kelompok langkah-langkah yang membentuk suatu kerja dan mengikat langkah lainnya dengan batasan teritorial, teknologi, dan temporal. Unit operasi sering diidentifikasi dari perbedaan subproduk dan biasanya membutuhkan tiga sampai lima belas pekerja. Selain itu, unit operasi bisa diidentifikasi berdasarkan pembagian proses Hendrick and Kleiner, 2002. Untuk tiap unit operasi atau departemen, dilakukan identifikasi terhadap tujuan, input, transformasi, dan output. Aliran kerja dari proses transformasi mengkonversikan input menjadi output dibuat dengan bentuk flow chart, termasuk aliran material, workstation, dan batasan fisik atau imajiner. Pada sistem linear, output dari satu langkah merupakan input dari langkah selanjutnya. Pada sistem nonlinear, langkah-langkah dilakukan secara paralael atau berulang-berulang. Dengan begitu, unit operasi akan teridentifikasi. Selain itu, diidentifikasi pula fungsi dan subfungsi contoh: tugas dari sistem tersebut. d. Pengumpulan Data Varians Pada tahap ini dianalisis data yang sudah diperoleh pada langkah-langkah sebelumnya untuk mengidentifikasi kelemahan, penyimpangan ataupun permasalahan lain yang dapat menyebabkan penurunan kinerja sistem kerja ataupun mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan adanya gap antara keinginan pekerja dengan pemilik. Universitas Sumatera Utara e. Membuat matriks variansi Key variance adalah varian-varian yang secara signifikan mempengaruhi kriteria performa dan saling berinteraksi dengan varian lainnya, sehingga menghasilkan compound effect. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menampilkan interrelasi diantara varian-varian pada proses kerja sehingga dapat ditentukan varian mana yang mempengaruhi varian lainnya. Pada variance matrix, setiap kolom mewakili setiap varian. Sehingga setiap sel mewakili hubungan dari dua varian. Sel yang kosong mengartikan bahawa tidak ada hubungan antara kedua varian tersebut. Varian dipertimbangkan sebagai “key” jika varian tersebut secara signifikan mempengaruhi kuantitas produksi, kualitas produksi, biaya operasi alat, material mentah, overtime, dan lain-lain, biaya sosial ketidakpuasan, keamanan, dan lain-lain, atau bila varian tersebut memiliki hubungan dengan varian lain matriks. f. Kontrol varians dan analisis peran Tujuan dari tahap ini adalah untuk menemukan bagaimana varian yang ada dapat dikendalikan dan apakah personel yang bertanggung jawab terhadap pengendalian varian ini membutuhkan dukungan. Konten pada key variance control table ini terdiri dari: unit operasi dimana varian akan dikendalikan dan dikoreksi; siapa yang bertanggung jawab; aktivitas kendali apa yang sedang dilakukan; interfaces, alat, atau teknologi apa yang dibutuhkan untuk mendukung kontrol tersebut dan komunikasi, informasi, keahlian khusus, atau pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mendukung pengendalian tersebut. Universitas Sumatera Utara “Role” dari pekerja merupakan perilaku aktual dari seorang pekerja dalam menjalankan suatu jabatan atau pekerjaan dalam hubungannya dengan orang lain. Pada role network, tanggung jawab sebuah peran dalam mengendalikan varian diidentifikasi. Dengan mengidentifikasi suatu peran utama dalam sebuah lingkungan, peran lainnya akan dapat diidentifikasi dan ditempatkan pada suatu diagram yang berhubungan dengan peran utama. Panjang garis penghubung pada diagram dapat bervariasi bergantung pada frekuensi dan kepentingan dari hubungan atau interaksi antar peran, dimana garis yang lebih pendek mewakili interaksi yang lebih dekat. Panah satu arah mengindikasi komunikasi satu arah, sedangkan panah dengan dua arah mengindikasi interaksi dua arah. Role network dibuat untuk mengidentifikasi tujuan dari mengendalikan varians, adaptasi pada fluktuasi jangka pendek, pengintegrasian aktivitas untuk mengatur konflik internal dan mendukung interaksi yang mulus diantara pekerja dan tugas; pengembangan jangka panjang pada pekerja dalam pengetahuan, keahlian dan motivasi. g. Perancangan organisasi, joint dan fungsi Dalam mengalokasikan fungsi dan tugas pada manusia dan mesin atau komputer dapat dimulai dengan mengulas data pengamatan lingkungan untuk memeriksa kendala pada lingkungan Clegg et al, 1989. Dalam mengembangkan kebutuhan dapat menggunakan empat kategori kriteria: technical feasibility; kesehatan dan keamanan; kebutuhan operasional fiskal, Universitas Sumatera Utara informal, performa; dan karakteristik fungsi kritikal, tidak dapat diprediksi, psikologis. Pada perubahan teknikal, desain dengan mengutamakan manusia dibutuhkan dalam membantu operator untuk mencegah atau mengontrol key variances, berupa interface, sistem informasi, job aids, process control tools, teknologi yang lebih fleksibel, perancangan ulang stasiun kerja dan sistem penanganan, atau mekanisme terintegrasi. Selanjutnya dilakukan penentuan pengetahuan atau keahlian yang dibutuhkan pada key variances dan isu yang nyata. Setelah membuat key variance control table pada tahap sebelumnya, selanjutnya perubahan sistem personel direkomendasikan untuk mencegah atau mengendalikan key variances. Hal ini berujung pada penentuan pengetahuan atau keahlian khusus yang didapatkan melalui pelatihan teknikal, formal courses, workshop, atau pembelajaran jarak jauh. h. Analisis persepsi dan tanggung jawab Varians dapat diatur melalui pelatihan dan seleksi serta technological support. Terdapat dua role network yang beroperasi: yang dibutuhkan dan yang dipersepsikan. Semua varian diantara dua role network tersebut dapat dikurangi melalui parcipatory ergonomics, pelatihan, komunikasi, interface design, atau tool design. i. Perancangan sistem pendukung dan interface Pada tahap sebelumnya proses kerja telah dianalisis dan didesain bersama, selanjutnya dibutuhkan perancangan ulang subsistem dari pendukung internal organisasi. Tujuannya adalah untuk menentukan sejauh mana suatu subsistem Universitas Sumatera Utara yang diberikan berdampak pada sistem produk sociotechnical; sifat varians; sejauh mana varians dikendalikan; dan sejauh mana tugas harus diperhitungkan dalam desain ulang peran beroperasi di unit subsistem pendukung. Selain audit alokasi fungsi, interface antara subsistem harus diperiksa dan didesain ulang pada saat ini. Lingkungan fisik internal dirancang secara ergonomis untuk mendukung kesejahteraaan manusia, keamanan, dan keefektivitasan. Untuk mengetahui apakah ada perubahan lingkungan dalam bentuk fisik yang mendukung peningkatan dapat dilakukan dengan melakukan penilaian pada analisis teknikal dan personel varian. j. Implementasi, iterasi dan improvement Tahap ini mengimplementasi perubahan proses kerja, perancangan interface, dan alokasi fungsi.

3.4. Standard Nordic Questionnaire SNQ