Macroergonomics Analysis and Design

5.2.3. Macroergonomics Analysis and Design

Terdapat 9 langkah metode MEAD yang akan dihubungkan dengan penelitian ini untuk menilai dan meningkatkan sistem kerja yaitu: 1. Langkah 1: Mendefinisikan subsistem organisasi Pada tahap ini ditentukan uraian proses produksi,struktur organisasi dan visi misi dari PT. Mewah Indah Jaya. Uraian proses produksi dan struktur organisasi PT. Mewah Indah Jaya dapat dilihat pada Bab II. Visi dan Misi PT. Mewah Indah Jaya adalah sebagai berikut: a. Visi PT. Mewah Indah adalah sebagai menjadi perusahaan plastik yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan produk bermutu dan berkualitas serta menjadi perusahaan plastik terbesar di Indonesia. b. Misi PT. Mewah Indah Jaya: 1. Menjadikan perusahan yang unggul dengan memperhatikan kualitas dan waktu pengiriman yang tepat waktu. 2. Menjadikan perusahaan yang mempunyai daya saing dengan industri injection molding lainnya. 3. Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan kerja terhadap semua personel yang ada di PT. Mewah Indah Jaya. 2. Langkah 2: Mendefinisikan tipe alat dan menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan Penentuan fasilitas kerja pada PT. Mewah Indah Jaya merujuk pada perancangan fasilitas yang berbasis kebutuhan dan dimensi tubuh penggunanya. Sesuai dengan misi PT. Mewah Indah Jaya untuk meningkatkan Universitas Sumatera Utara kesejahteraan dan kenyamanan kerja terhadap operator yang bekerja maka ditentukan pencapaian yang menjadi sasaran. Tingkat Perfomansi yang ingin dicapai adalah: a. Meningkatnya produktivitas operator untuk memenuhi kebutuhan konsumen. b. Menurunkan kelelahan kerja yang dirasakan oleh operator produksi di PT. Mewah Indah Jaya. c. Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan kerja operator produksi di PT. Mewah Indah. 3. Langkah 3: Mendefinisikan proses kerja dan analisa kerja. Proses pembuatan produk plastik di PT. Mewah Indah Jaya tediri dari 8 tahap yaitu pemilahan bahan baku, pencucian dan penyaringan, penjemuran, pencampuran warna, pencetakan, inspeksi, perakitan dan pengemasan. Proses kerja yang dianalisis adalah bagian inspeksi. Operator bekerja pada posisi tubuh membungkuk yang disebabkan oleh kursi kerja yang rendah dan tidak memiliki sandaran. Wadah peletakan produk juga sangat rendah sehingga operator perlu membungkuk untuk meletakkan produk yang telah diinspeksi. Pekerjaan juga dilakukan dalam jangka waktu yang lama, yaitu lebih dari 8 jam per hari. Secara jelasnya, proses kerja operator pemotongan dapat dilihat pada Gambar 5.6. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6. Proses Kerja Operator Inspeksi Berdasarkan identifikasi terhadap proses kerja yang ada pada PT tersebut, maka dilakukan analisa kerja dengan menggunakan SNQ. Hasil Penilaian SNQ dapat dilihat pada Gambar 5.1. Dari hasil identifikasi warna keluhan musculoskeletal SNQ menunjukkan bahwa keluhan yang paling sering dirasakan pekerja terdapat pada anggota tubuh bagian punggung, pinggang serta leher. Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus-menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain: a. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja. b. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu kesulitan menggerakan kaki, tangan atau leherkepala c. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh seperti tulang miring dan bengkok. Universitas Sumatera Utara 4. Langkah 4: Mendefinisikan variansi aktual dan harapan Berdasarkan informasi yang diperoleh dari manager produksi melalui wawancara dan melakukan penyebaran kuesioner SNQ pada pekerja di lantai produksi PT. Mewah Indah Jaya. Diketahui pekerja mengalami keluhan di bagian punggung, pinggang dan leher. Keluhan rasa sakit tersebut disebabkan karena fasilitas kursi kerja yang tidak ergonomis sehingga produktivitas menurun dan menyebabkan resiko kerja terhadap operator. Berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan desain kursi kerja yang ergonomis dengan menggunakan data dimensi tubuh pekerja agar dapat menurunkan keluhan kerja yang dialami oleh pekerja, meningkatkan produktivitas, dan memberikan keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat menyejahterakan pekerja di PT. Mewah Indah Jaya. Untuk mendapatkan variansi maka dilakukan penyebaran kuesioner semi terbuka serta tertutup untuk menentukan variansi yang diperlukan dalam merancang kursi kerja yang ada. 5. Langkah 5: Membuat matriks variansi Hasil penilaian yang diperoleh dari kuesioner penilaian dihubungkan dengan karakteristik teknik untuk mendapatkan matriks variansi. Matriks variansi dapat dilihat pada Gambar 5.7. Universitas Sumatera Utara KAR AKT ER IST IK T EKN IK Importance Weight Relative Weight 95 99 20,43 21,29 9,68 12,90 1,29 3,23 17,42 11,83 45 60 6 9 15 81 55 Kursi memiliki bentuk kaki tetap Rangka kursi menggunakan bahan kayu Sandaran kursi menggunakan bahan kain Alas kursi menggunakan bahan kain Warna rangka kursi adalah coklat Warna sandaran kursi adalah biru Warna alas kursi adalah biru Daya tahan kursi minimal 3 tahun Fungsi tambahan kursi adalah wadah peletakan produk 9 3 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 9 9 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 1 9 1 3 1 1 1 9 1 1,94 5 3 3 4 2 3 5 3 5 Ke te b a la n Ba h a n Ke te p a ta n Pe mo to n g a n Ke te lit ia n Pe ra kit a n Ku a lit a s Ba h a n Ke ta h a n a n Ba h a n Customer Importance Gambar 5.7. Matriks Variansi Kursi Kerja Atas dasar variansi di atas maka spesifikasi kursi kemudian diusulkan kepada pihak manajemen di PT. Mewah Indah Jaya untuk dirancang suatu fasilitas kursi yang baru. 6. Langkah 6: Menganalisa peran personel Pada tahap keenam dalam MEAD bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana variansi yang didapat dari langkah sebelumnya dihubungkan dengan peran personel yang bertanggung jawab pada unit kerja yang ada. Kendali varians dan analisis peran personel dapat dilihat pada Tabel 5.21. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.21. Kendali Varians dan Analisis Peran Personel No Variansi Modus Kuesioner Pihak yang Mengawasi Pendapat Personel 1 Bentuk Kursi Kursi kaki tetap Kepala Bidang Produksi Kursi kaki tetap 2 Bahan Rangka kursi Kayu Kepala Bidang Produksi Aluminium 3 Bahan Sandaran Kursi Kain Kepala Bidang Produksi Kain 4 Bahan Alas Kursi Kain Kepala Bidang Produksi Kain 5 Warna Rangka Kursi Coklat Kepala Bidang Produksi Abu-abu 6 Warna Sandaran Kursi Biru Kepala Bidang Produksi Biru 7 Warna Alas Kursi Biru Kepala Bidang Produksi Biru 8 Daya Tahan Kursi 3 tahun Kepala Bidang Produksi 5 tahun 9 Fungsi Tambahan Wadah peletakkan produk Kepala Bidang Produksi Wadah peletakkan produk 10 Fasilitas Kerja Lain Meja kerja Kepala Bidang Produksi Meja Kerja 7. Langkah 7: Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain Dari hasil diskusi dengan kepala bidang produksi di PT. Mewah Indah Jaya maka dapat dibuat 2 alternatif produk yang berdasarkan modus kuesioner dan pendapat kepala bidang produksi. Alternatif ini nantinya akan diberikan Universitas Sumatera Utara kepada stakeholder PT. Mewah Indah Jaya, yaitu pemilik PT. Mewah Indah Jaya untuk ditentukan variansi apa yang menjadi pilihan untuk pendesainan produk kursi kerja. Alternatif Perancangan Produk dapat dilihat pada Gambar 5.8. Bentuk Kursi Kaki Tetap Bahan Rangka Kursi Kayu Bahan Rangka Kursi Aluminium Bahan Sandaran Kain Bahan Sandaran Kain Bahan Alas Kursi Kain Bahan Alas Kursi Kain Warna Rangka Kursi Coklat Warna Rangka Kursi Abu-abu Warna Sandaran Kursi Biru Warna Sandaran Kursi Biru Warna Alas Kursi Biru Warna Alas Kursi Biru Daya Tahan Kursi minimal 3 tahun Daya Tahan Kursi minimal 5 tahun Fungsi Tambahan : Wadah Peletakkan Produk Fungsi Tambahan : Wadah Peletakkan Produk Fasilitas Kerja Lain : Meja Kerja Fasilitas Kerja Lain : Meja Kerja Bentuk Kursi Kaki Tetap Alternatif 1 Alternatif 2 Memperbaiki Kursi Kerja Operator Produksi di PT. Mewah Indah Jaya Meningkatkan Produktivitas Operator Produksi di PT. Mewah Indah Jaya Gambar 5.8. Alternatif Perbaikan Langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan terhadap alternatif yang telah dibuat. Sebelum dilakukan pemilihan alternatif tersebut, terlebih dahulu Universitas Sumatera Utara dilakukan penentuan kriteria dari setiap rancangan alternatif. Kriteria penilaian bobot alternatif dapat dilihat pada Tabel 5.22. Tabel 5.22. Kriteria Penilaian Bobot Alternatif Jangkauan terhadap Organisasi Resiko yang akan terjadi kendala dalam keberhasilan Keuntungan Fasilitas Perkiraan Biaya Alternatif Alternatif 1 1. Meningkatkan keuntungan perusahaan 2. Pengeluaran perusahaan lebih murah untuk membeli fasilitas 1. Fasilitas kerja membuat operator semakin lambat bekerja 2. Perlu beradaptasi dengan fasilitas baru yang ada 1. Meminimalkan keluhan operator pada bagian tulang belakang 2. Meningkatkan kenyamanan operator bekerja 3. Meningkatkan produktivitas operator Rp 350.000 Alternatif 2 1. Meningkatkan keuntungan perusahaan 2. Pengeluaran perusahaan lebih mahal untuk membeli fasilitas 1. Fasilitas kerja membuat operator semakin lambat bekerja 2. Perlu beradaptasi dengan fasilitas baru yang ada 1. Meminimalkan keluhan operator pada bagian tulang belakang 2. Meningkatkan kenyamanan operator bekerja 3. Meningkatkan produktivitas operator 4. Produk lebih tahan lama Rp. 450.000 Universitas Sumatera Utara Perkiraan biaya alternatif ditentukan dari harga serta upah yang diperlukan. Detail perbandingan harga dari setiap alternatif dapat dilihat pada Tabel 5.23. Tabel 5.23. Perbandingan Harga Setiap Alternatif Alternatif Bahan Rangka Kursi Bahan Sandaran Kursi Upah Pembuatan Kursi Alternatif 1 Kayu Rp 120.000 Kain Rp. 75.000 Rp. 105.000 Alternatif 2 Aluminium Rp 200.000 Kain Rp. 75.000 Rp. 175.000 8. Langkah 8: Menganalisis Persepsi dan Tanggung Jawab Stakeholder Dari hasil wawancara terhadap pemilik perusahaan PT. Mewah Indah Jaya maka dipilih alternatif 1 menjadi spesifikasi fasilitas kerja untuk operator bagian inspeksi PT. Mewah Indah Jaya. Alasan dipilihnya alternatif 1 karena biaya alternatif yang lebih murah daripada alternatif 2 sehingga memberikan dampak pengeluaran yang lebih kecil terhadap perusahaan. 9. Langkah 9: Desain ulang dukungan dan menggabungkan subsistem. Setelah diperoleh alternatif yang akan digunakan untuk perancangan produk, maka dapat dirancang fasilitas kerja yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: a. Bentuk Kursi : Kursi Kaki Tetap b. Bahan Rangka Kursi : Kayu c. Bahan Sandaran Kursi : Kain d. Bahan Alas Kursi : Kain e. Warna Rangka Kursi : Coklat f. Warna Sandaran Kursi : Biru Universitas Sumatera Utara g. Warna Alas Kursi : Biru h. Daya Tahan Kursi : 3 tahun i. Fungsi Tambahan : Wadah Peletakan Produk j. Fasilitas Kerja Tambahan : Meja Kerja 5.2.6. Pengolahan Data Antropometri 5.2.7.1.Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum Sebelum melakukan perancangan terhadap produk yang akan mempermudah kerja operator, maka perlu dilakukan pengolahan data antropometri tubuh manusia yang berkaitan dengan produk tersebut. Data antropometri yang digunakan untuk rancangan kursi kerja dan meja kerja adalah lebar bahu LB, tinggi duduk tegak TDT, Lebar Paha LP, Panjang popliteal Ppo, Tinggi popliteal TPo, jangkauan tangan JT, rentangan tangan RT, tinggi siku duduk TSD. Setelah mendapatkan data dari suatu populasi maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Berikut merupakan contoh perhitungan pada dimensi Tinggi Siku Duduk TSD 1. Tinggi Siku Duduk TSD a. Nilai rata-rata pada Tinggi Siku Duduk TSD adalah 15 19 ... 23 3 , 24 22      X = 22,17 Universitas Sumatera Utara b. Nilai Maksimum dan Minimum. Nilai X maks yang diperoleh adalah 25 cm sedangkan nilai X min yang diperoleh adalah 19 cm. c. Nilai standar deviasi untuk dimensi Tinggi Siku Duduk TSD adalah: 1 15 17 , 22 19 ... 17 , 22 23 17 , 22 3 , 24 17 , 22 22 2 2 2 2           s s = 1,626 Hasil rekapitulasi perhitungan rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum untuk seluruh dimensi tubuh dapat dilihat pada Tabel 5.24. Tabel 5.24. Rekapitulasi Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum, dan Nilai Minimum No Pengukuran cm X maks cm X min cm 1 TSD 22,173 1,626 25,000 19,000 2 TDT 73,163 2,810 78,400 68,200 3 LB 31,856 2,223 35,300 28,400 4 Ppo 40,480 2,159 43,800 37,000 5 Tpo 40,280 1,677 42,500 37,000 6 LP 31,223 2,196 35,500 27,800 7 JT 62,203 2,575 66,500 57,600 8 RT 153,103 3,816 160,500 148,300 5.2.7.2.Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi. Apabila dalam satu pengukuran terdapat satu jenis atau lebih data yang tidak seragam Universitas Sumatera Utara maka data tersebut tidak dapat digunakan. Pada penelitian ini digunakan tingkat keyakinan 95 dan tingkat ketelitian 5. Hasil uji keseragaman data pada Tinggi Siku Duduk TSD adalah: ks X BKA   = 22,173 + 21,626 = 25,42 cm ks X BKB   = 22,173 – 21,626 = 18,92 cm Hasil rekapitulasi perhitungan keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh dapat dilihat pada Tabel 5.25. Tabel 5.25. Uji Keseragaman Data Antropometri Untuk Seluruh Dimensi No Pengukuran cm X maks cm X min cm Jumlah Data BKA BKB Ket 1 TSD 22,173 1,626 25,000 19,000 30 25,425 18,921 S 2 TDT 73,163 2,810 78,400 68,200 30 78,783 67,543 S 3 LB 31,856 2,223 35,300 28,400 30 36,303 27,403 S 4 Ppo 40,480 2,159 43,800 37,000 30 44,798 36,161 S 5 Tpo 40,280 1,677 42,500 37,000 30 43,634 36,925 S 6 LP 31,223 2,196 35,500 27,800 30 35,616 26,830 S 7 JT 62,203 2,575 66,500 57,600 30 67,355 57,051 S 8 RT 153,103 3,816 160,50 148,30 30 160,629 145,539 S 5.2.7.3.Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran apakah sudah representatif, dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data sampel yang diambil sudah mewakili populasi. Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila N’N maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data Universitas Sumatera Utara kembali, tetapi a pabila N’N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan pengambilan data lagi. Data tinggi siku duduk TSD adalah k = 2 s = 0,05 N= 30 Σ X= 665,2 Σ X 2 =14826,38 Σ X 2 = 442491,04 2 2 , 665 04 , 442491 38 , 14826 30 05 , 2               N = 8,31 Kesimpulan: N’= 8,31 data N = 30 data Maka data hasil pengukuran yang dilakukan cukup untuk melakukan perancangan produk. Dengan cara yang sama seperti di atas, maka hasil uji kecukupan data yang diperoleh pada masing-masing elemen pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.26. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.26. Uji Kecukupan Data Dimensi N N Keterangan TSD 8,317 30 Cukup TDT 2,281 30 Cukup LB 7,535 30 Cukup Ppo 4,400 30 Cukup Tpo 2,681 30 Cukup LP 7,653 30 Cukup JT 2,652 30 Cukup RT 0,983 30 Cukup 5.2.8. Penetapan Data Antropometri 5.2.8.1.Penetapan Data Antropometri dengan Prinsip Ekstrim