memulihkan kualitas hutan lindung dan hutan konservasi, mengalihkan lahan hutan produksi menjadi hutan konservasi, dan sebaliknya menjadi hutan
lindung, serta mengelola areal penggunaan lain menjadi lahan yang memiliki fungsi pengatur tata air yang bak Upaya pemulihan kualitas lahan kritis secara
teknis dapat dilakukan melalui upaya reboisasi, penghijauan, pengaturan pola tanam dan jenis tanaman serta memberdayakan masyarakat lokal.
Program pemulihan fungsi pengatur tata air dari areal ini akan sangat membutuhkan perhatian, biaya dan waktu serta partisipasisemua pihak.
Pengembalian tegakan pohon dan paparan humus di lantai hutan merupakan indikator keberhasilan program ini. Indikator turunan berikutnya adalah
kembali munculnya mata air dan turunnya perbandingan fluktuasi aliran air permukaan dalam SWS Belawan –Belumei.
h. Pengelolaan Air Resapan dan Aliran Air Permukaan
Berdasarkan kondisi tegakan kayu dan kualitas lantai hutan, maka permulihan fungsi tata air dari hutan akan memakan waktu yang relatif panjang. Kehilangan
humus dalam areal yang cukup luas telah mengakibatkan menurunnya kemmpuan lantai hutan meresapkan air. Penurunan ini selain mengurangi
jumlah dan denit mata air, juga mengakibatkan debit air larian makin tinggi. Curah hujan langsung berubah menjadi aliran airpermukaan dengan membawa
lumpur yang terkikis dari lantai hutan. Bila hujan berhenti dan permukaan tanah menjadi kering, butiran lumpur akan menutup pori tanah. Resapan air menjadi
makin berkurang, dan pada saat hujan berikutnya aliran air permukaan akan naik lebih cepat dengan tenaga yang lebih besar akibat massanya bertambah
dengan padatan. Hantaman aliran air dan lumpur akan memberikan dampak kerusakan yang lebih besar terhadap pemukiman yang berada di sepanjang
aliran sungai tersebut. Upaya menahan volume aliran air permukaan dapat dilakukan dengan
membangun benteng penahan air. Pada daerah hulu SWS , aliran air yang relatif kecil, dapat ditahan dengan membuat tanggul menggunakan bambu hidup.
Tanggul –tanggul penahan air diperlukan untuk menghambat waktu air mencapai laut. Makin lama keberadaan air di daratan, makin besar
kemungkinan untuk dimanfaatkan. Masa tahan air yang lebih lama dapat
Universitas Sumatera Utara
memberi kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah, sehingga diharapkan dapat menghidupkan kembali mata air yang telah mati. Bangunan
penahan air difungsikan untuk menahan sebagian aliran air yang terkumpul dalam waktu singkat karena turunnya hujan dengan curahan yang tinggi di
daerah hulu SWS. Selain meredam aliran air, bangunan penahan juga merupakan sarana cadangan sumber air baku.
Bangunan pengendalian air selain berfungsi mengatur fluktuasi volume aliran air permukaan juga berfungsi sebagai cadangan air, pusat rekreasi air dan
juga sumber protein hewani. Air yang terkumpul akan meresapa sehingga menjaga air tanah di wilayah sekitarnya. Berdasarkan analisis topografi daerah
SWS, beberapa titik lokasi dalam areal ini dapat difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Selain potensi aliran air dan tinggi jatuhnya air, maka
pertimbangan lain dalam membangun pengendali air adalah kajian terhadap alurnya dengan jalur waspada Gunung Sibayak.
Untuk wilayah bahagian hilir SWS, pengendalian banjir dapat dilakukan dengan penanganan sedimen serta penyebab terjadinya npenyempitan badan
air. Banjir yang terdapat di pemukiman pada bahagian hilir SWS harus ditangani dengan berlandaskan filosofi air yang selalu mencari tempat yang
lebih rendah. Hubungan antara volume air dengan massa dan kecepatan aliran air, merupakan persamaan sederhana yang dapat dimanfatkan untuk mengatasi
masalah banjir di pemukiman. Parameter perubah antara massa dan kecepatan dapat dijadikan dasar
perhitungan dimensi dan kapasitas sisten drainase. Dari perhitungan ini dapat ditentukan apakah sistem drainase akan memanfaatkan gaya gravitasi, atau
perlu introdusi teknologi dengan memanfaatkan pompa secara mekanik. Namun hal yang terpenting dalam mengatasi masalah banjir adalah dengan meredam
dampak volume aliran air permukaan yang turun dalam selang waktu singkat. Makin tinggi kemampuan suatu masyarakat mengendalikan air dan makin arif
dalam memanfatkannya, makin tinggi kualitas hidup masyarakatnya.
i. Pemanfaatan dan Pelestarian Air