c. Terwujudnya peningkatan produktivitas hutan, tanah dan air dalam DAS d. Terjaminnya pemanfaatan penggunaan hutan, tanah dan air dalam
DAS secara lestari sesuai daya dukung wilayah dan daya tampung lingkungan.
e. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.
b. Wilayah Sungai Sebagai Basis Perencanaan dan Pengelolaan
Karena air mengalir dalam batas –batasnya sendiri yaitu Wilayah sungai atau basin, danau, atau akifer air tanah maka dalam penerapan semua hal tersebut
wilayah sungai atau water basin harus diterima sebagai satuan basis basic unit untuk perencanaan dan pengoperasian, dan komitmen sosial yang kuat serta
partisipasi publik yang baik yang harus diikuti. Pengelolaan DAS terpadu secara inheren menerima pendekatan
ekosistem untuk pengelolaan wilayah sungai dan danau, termasuk fungsi dari ekosistem sebagai basis untuk kehidupan manusia dan konservasi
keanekaragaman hayati biodiversity. Menurut Asdak 2005 pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah –langkah perencanaan dan pelaksanaan
yang terpisah, tetapi erat berkaitan melalui kelembagaan yang relevan dan terkait sebagai serial aktifitas yang masing –masingberkaitan dan memerlukan
perangkat pengelolaan yang spesifik untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa terjadi kerusakan Sumber Daya air dan tanah.
Konsep pengelolaan Das mengenal pendekatan one river, one plan and one management perlu diwujudkan secara nyata Sjarief, 1997, namun
kenyataanya sulit dilaksanakan, yang menurutnya perlu dikaji lebih lanjut Hubungan antara DAS dan Tata Ruang. Sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air bahwa : 1
Pola pengelolaan dan rencana pengelolaan SDA disusun berdasarkan wilayah sungai DAS
2 Prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah;
3 Melibatkan masyarakat dan dunia usaha
4 Dasar adalah keseimbangan antara konservasi, Pendayagunaan SDA
dan pengendalian daya rusak air.
Universitas Sumatera Utara
5 Penyelenggaraan SDA harus lakukan secara utuh dari hulu sampai hilir.
c. Konsep Zero Delta Q dan Kompensasi Hilir –Hulu
Upaya pengendalian tata ruang harus tepat dilaksanakan dengan adanya implementasi law enforcement dan pemberian sanksi bagi pelanggar dan
memberi insentif bagi individu kelompok yang menjaga kelestarian hutan. Untuk hal ini agar tetap berjalannya sustainable development konsep Zero
Delta Q yaitu tidak boleh ada penambahan debit akibat adanya pembangunan perubahan tata guna lahan yaitu sebagai contoh bila ada pembangunan pada
lahan seluas 1000 m
2
, maka 30 dari luas lahan atau 300 m
2
dijadikan kolam resapan.
Kota Medan sebagai lembah yang bekembang dan mempunyai dana yang cukup perlu memberikan kompensasi ke wialyah Kabupaten Deli Serdang
dan Karo sebagai DAS hulunya dalam bentuk program konservasi reboisasi ataupun dana segar, dengan demikian diharapkan masyarakat yang tinggal di
daerah hulu akan benar –benar menjaga kelestarian lingkungan dan hutan di wilayahnya.
Menurut Ir. Gindom bahwa untuk pengelolaan DAS Deli terpadu dipengaruhi oleh 4 empat domain utama atau kelompok yaitu 1 dominan
watershed Bappedalda, Bappeda, PU, Dinas Kehutanan Propinsi, kabkota terkait. 2 domain DAS Kabupaten Bappeda, Bappedalda dan Dinas erkait
Kabupaten pengelola DAS dan banjir, 3 domain DAS Kota Bappeda, Bappedalda, Dinas PU, Dinas Kebersihan atau Persampahan, dan Dinas TKTB,
dan 4 domain DAS lintas kab kota atau DAS regional Bappeda, Bappedalda, Dinas Pengairan, Dinas Tarukim, Dinas Pertambangan, Dinas Pertanian, dan
Dinas Perkebunan . Selanjutnya apa upaya yang perlu dialkukan agar 4empat domain utama ini dapat berkoordinasi dengan sebaik-baiknya.
Universitas Sumatera Utara
Sulitnya implementasi koordinasi antar domain dalam pengelolaan DAS dan banjir perkotaan terpadu dalam kerangka DAS menurut Suyono dan
Tominaga 1994 Svendson 2004 , Davenport 20050, Kodoatie dan Sjarief 2005 disebabkan antara lain :
1. Belum adanya pola pengolahan DAS termasuk rencana induk pengelolaan
banjir perkotaan. 2.
Besarnya ego sektoral berdasarkan lembaga terkait. 3.
Otonomi daerah 4.
Belum adanya clear role sharing antar lembaga pengelola. 5.
Belum jelasnya batas administrasi kabkota terkait dengan batas wilayah sungai DAS
6. Koordinasi yang tidak memadai diantara instansi –instansi Pemerintahan
dalam menangani masalah –masalah yang memerlukan keterpaduan aksi langkah dan kerja sama antar instansi.
Dari pembahasan Ir. Gindom dapat disimpukan : 1. Mengingat ketersediaan kuantitas dan kualitas air Sungai Deli saat ini serta
prakiraan neraca air Tahun 2008 akan terjadi defisi, karenanya perlu segera dilakukan aksi langkah nyata dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk
mengatasi permasalahan ini. 2. Dari beberapa model pendekatan pengelolaan DAS disimpulkan bahwa perlu
segera diusulkan pembentukan Dewan SDA Tingkat Wilayah Sungai Deli sebagai Wadah koordinasi pengelolaan DAS Deli yang berfungsi sebagai
upaya perbaikan DAS Deli halu untuk penyediaan air baku yang berkelanjutan
Universitas Sumatera Utara
irigasi, PDAM, air industri, river maintenance floodway dan river maintenance Sungai Deli dan pengurangan banjir kota Medan.
3. Konsep Zero Delta Q dan kompensasi hilir –hulu harus diwujudkan agar pembangunan yang berkelanjutan dan upaya menjaga kelestarian hutan pada
DAS hulu dapat dilaksanakan dengan baik.
Lies Setyowati Kabag Tata Usaha Lingkungan Hidup Dari Pemko Medan
Tulisan ini didapatkan dari wawancara langsung dengan ibu Lies Setyowati Pemeliharaan dan perlindungan sungai Deli seharusnya dilakukan oleh satu
instansi saja. Namun instansi tersebut sampai saat ini belum ada sehingga pemeliharaan dan perlindungan terhadap sungai belum optimal karena sering
sekali dari banyak instansi yang terkait dan bertanggung jawab terhadap sungai selama ini berjalan dengan sendiri-sendiri.
Pemeliharaan dan perlindungan sungai untuk saat ini seharusnya dilakukan pemerintah propinsi karena sungai deli melewati beberapa wilayah
yaitu Tanah karo, Deli serdang dan Medan. Peraturan yang diterapkan selama ini mengikuti kebijakan-kebijakan yang telah ada namun, kenyataan dilapangan
sama sekali tidak diimplementasikan misalnya adanya larangan membangun rumah di pinggiran sungai, sejauh yang kita lihat peraturan tersebut tidak
terlaksana dengan baik dan hal ini bukanlah kewenangan instansi lingkungan
Universitas Sumatera Utara
hidup walau instansi ini memiliki tugas dalam hal pelestarian tetapi hal tersebut menjadi kewenangan Pu Tata Kota.
Masalah DAS pada saat ini sudah sangat kompleks seperti benang yang kusut. Jadi yang kita butuhkan saat ini adalah kesadaran akan pentingnya
memeliharan dan menjaga sungai, baik itu kesadaran dari pemerintah maupun dari masyarakatnya sendiri. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam
menangani masalah ini, karena bagaimana mungkin progaram yang direncanakan pemerintah untuk terpeliharanya sungai dapat terlaksana jika
selalu tidak ada dukungan dari masyarat. Demikian juga dari pemerintah seharusnya program yang direncanakan untuk pemeliharaan sungai sebaiknya
tidak merugikan masyarakat terutama yang bermukim di sepanjang deaerah aliran sungai.
Menurut ibu Lies, Pengelolaan DAS Deli sebaiknya dilakukan oleh satu instansi yang bertanggung jawab penuh dalam hal pengelolaanya. Namun, hal
tersebut belum terlaksana. Oleh karena itu, pengelolaan Sungai Deli seharusnya dilakukan oleh pemerintah Sumut saja karena sungai deli melewati beberapa
wilayah. Dengan demikian tidak ada lagi instansi-instansi yang bekerja dan bergerak masing-masing yang menimbulkan masalah menjadi semakin kompleks.
Hal yang penting untuk segera dilaksanakan adalah pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang sesuai di lapangan bukan hanya secara tertulis saja,
pelaksanaan hukum yang benar-benar ditegakkan, menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Sungai Deli baik pada masa sekarang dan masa yang
akan datang dan kesadaran pemerintah dalam menyesuaikan kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat dalam melakukan program
pengelolaan Sungai Deli.
Universitas Sumatera Utara
DAS Deli daerah gurupatimpus. Terdapat pemukiman penduduk di sepanjang DAS ini yang tidak mengikuti sepadan sungai yg ditetapkan
3.4 Ir. Rosdiana Simarmata kepala bina teknologi pengendalian lingkungan Bapedalda Sumut