Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa air sungai, pengelolaan DAS dan pemeliharaan hutan merupakan sebuah kesatuan yang harus selalu
dalam posisi yang seimbang. Keseimbangan pengelolaan DAS dan hutan dengan pemanfaatan air sungai akan memberikan masukan positif bagi manusia ditandai
dengan kelestarian ekosistem sungai secara keseluruhan. Dalam banyak kasus yang terjadi, pemanfaatan air sungai dan hutan yang tidak di barengi dengan
pengelolaan DAS dan pemeliharaan hutannya ternyata memberi pengaruh pada menurunnya kwalitas dan kwantitas air sungai dan juga sering menyebabkan
bencana yang sangat merugikan. Seperti hal yang telah diuraikan diatas kerusakan DAS tidak terlepas dari
perbuatan manusia masyarakat dan pemerintah terhadap DAS dan sumber daya alam. Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengatur DAS, terdapat aturan-
aturan seperti UU tentang lingkungan, peraturan pemerintah dan peraturan daerah tentang lingkungan dan banyak lagi peraturan-peraturan lainnya, namun yang
menjadi masalah adalah mengapa DAS rusak? Sementara ada pemerintah yang berwenang untuk mengatur agar lebih baik. Oleh sebab itu, kita perlu mempelajari
bagaimana implementasi kebijakan tentang DAS dan kita perlu menganalisis kebijakan tersebut.
2. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian
2.1 Ruang Lingkup Masalah
Penelitian mengenai masalah kerusakan hutan dan daerah aliran sungai telah banyak dikaji oleh ilmu sosial maupun oleh ilmu-ilmu lain, baik itu mengenai
prilaku masyarakat terhadap hutan maupun DAS. Penelitian mengenai bagaimana
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah mengenai penataan hutan dan DAS masih jarang diteliti khususnya dari perspektif ilmu antropologi.
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana kebijakan tentang pengelolaan DAS Deli yang
mencakup wilayah kota Medan dan bagaimana persepsi institusi-institusi pemerintah yang terkait, mengenai kebijakan dan pengelolaan DAS. Di sini
penulis ingin melihat apakah kebijakan penataan dan pemeliharaan hutan telah bersinergi dan memiliki hubungan timbal-balik dengan kebijakan penataan kota di
sekitar daerah aliran sungai hulu dan hilir demi terciptanya dan terpeliharanya sungai dan hutan serta keindahan kota.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kota Medan. Hal ini dilakukan karena mengingat sepanjang wilayah ini di aliri oleh sungai Deli dan untuk lebih mempokuskan
kajian.
3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah di wilayah Kota Medan dan bagaimana persepsi
institusi-institusi pemerintah yang terkait, mengenai kebijakan dan pengelolaan DAS, agar dapat dilihat apakah kebijakan ini saling terkait dan saling mendukung
satu sama lain untuk terciptanya penataan DAS dan terpeliharanya sungai. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam rencana pembuatan
kebijakan DAS khususnya sekitar daerah aliran sungai dan penelitian ini juga berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam membuat
Universitas Sumatera Utara
satu tulisan ilmiah.
4 Tinjauan Pustaka
Isu permasalahan lingkungan terus bertambah di berbagai tempat dan telah menjadi isu global yang menarik minat banyak kalangan untuk membahasnya.
Gerakan awal yang mencoba membangun pemikiran tentang perlunya dibicarakan tentang kelestarian lingkungan hidup baru muncul berkisar tahun 1960-an yang
didasarkan tentang ide keserasian lingkungan. Pemikiran tentang perlunya diperhatikan tentang persoalan lingkungan hidup semakin nyata dengan
diadakannya konfrensi PBB di Stockholm, Swedia tanggal 5 sd 15 jum 1972. Konfrensi tersebut akhirnya menghasilkan beberapa peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup yang menjadi payung hukum bagi penanganan persoalan lingkungan hidup Soerjani, 9787.
Kehidupan manusia dapat terus berlangsung jika didukung oleh ekosistem yang lebih baik. Secara keruangan komponen-komponen lingkungan tidak dapat
berdiri sendiri, tetapi membentuk suatu kesatuan, yang disebut system ekologi atau ekosistem. Dalam system ekologi, gangguan pada salah satu komponen
lingkungan berarti gangguan pada keseluruhan system. Gangguan pada komponen lingkungan dapat terjadi karena proses-proses alam dan juga karena akibat
tindakan manusia. Alam dan kehidupan merupakan dua komponen lingkungan hidup manusia. Dengan system nilai, peraturan dan norma tertentu manusia dapat
mengubah alam memjadi suatu sumber kebidupan yang positif maupun negatif dan kemudian memiliki dampak bagi manusia itu sendiri.
Masyarakat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk dapat memenuhi kebudayaannya. Untuk menyesuaikan diri tadi maka manusia
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kebudayaannya. Kebudayaan menurut Clyde Kluckhohn dalam Parsudi Suparlan, 1949 ialah cara berpikir, cara merasa, cara meyakini dan
menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang dimiliki warga kelompok yang diakomulasi untuk digunakan di masa depan. Pengalaman masa lampau
orang lain dalam bentuk kebudayaan mempengaruhi hampir setiap kejadian. Masing-masing kebudayaan spesifik membentuk semacam rencana blueprint
bagi semua aktivitas kehidupan. Kebudayaan bagaikan sebuah peta. Peta bukanlah suatu daerah melainkan
suatu representasi abstrak dan kecendrungan-kecendrungan trends kearah keseragaman dalam bahasa, perbuatan dan hasil karya suatu kelompok manusia.
Apabila peta tersebut tepat maka kita dapat membacanya dan tidak akan tersesat, apabila kita mengetahui suatu kebudayaan maka bearti kita akan tahu cara yang
sebaiknya harus dilakukan dalam hidup bersama-sama dengan warga dan dalam bermasyarakat Clyde Kluckhohn dalam Parsudi Supanlan, 1949.
Terciptanya lingkungan yang bersih, aman tentram, terpelihara dan lestari tidak terlepas dan aturan-aturan atau kebijakan yang berhubungan dengan
lingkungan yang dibuat oleh organisasi pemerintah serta masyarakat yang melaksanakan aturan tersebut. Ketika membicarakan kebudayaan yang dititik
beratkan kepada organisasiorganisasi atau institute sebagai unit kajian dalam mempelajari kebudayaan, maka organisasi pemerintah sebagai salah satu bentuk
organisasi yang terdapat dalam masyarakat adalah salah satu kajian yang menarik. Bangsa-bangsa modern selalu dicirikan adanya suatu pemerintahan yang
dilengkapi dengan organisasi pemerintahan sebagai alat untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Melalui organisasi pemerintahan, setidaknya kita dapat
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan secara fisik kehadiran pemerintah dalam suatu negara yang memerintah sebuah bangsa. Institusi inilah yang menguasai atau berwenang
mengatur masyarakat atau bangsa yang disatukan dalam sebuah negara. Dalam melaksanakan fungsi-fungsinya pemerintah membuat aturan-aturan
yang dilandasi pemikiran rasional yang diperlukan sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang ideal, yaitu mengupayakan keadilan, efisiensi,
keamanan, kebebasan, serta tujuan-tujuan dan komunitas itu sendiri. Aturan- aturan ini secara umum disebut sebagai kebijakan. Kebijakan adalah proses atau
serangkaian keputusan atau aktivitas pemerintah yang didisain untuk mengatasi masalah masyarakat umum, apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan Laster
dan Stewart dalam Eddi Wibowo, 2004. Kebijakan adaiah produk budaya dan salah satu institusi yaitu organisasi
pemerintah. Bukankah kebijakan merupakan serangkaian pengetahuan yang diakomulasi suatu kelompok untuk digunakan di masa depan. Kebijakan adalah
serangkaian sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupannya bermasyarakat, yang dijadikan miliknya, dan dicapai dengan
belajar Koentjaraningrat, 1980:23. Kebijakan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan
permasalahan Antropologi. Kebijakan tersebut dapat dipahami oleh Antropologi dengan beberapa cara yaitu sebagai teks kebudayaan, sebagai pengklasifikasian
berbagai makna dan sebagai alat pelaksana hukum yang berlaku pada masa sekarang. Kebijakan merupakan bagian dari kebudayaan karena kebijakan tersebut
merupakan panduan untuk menganalisis proses dan menggambarkan aturan yang dijalankan oleh agen-agen pemerintah Cris Shore dan Susan Wright, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bennet, adaptasi merupakan cara manusia atau kemampuan manusia untuk mangatasi lingkungannya untuk mencapai kebutuhan yang
eksisten. Adaptasi merupakan usaha manusia untuk dapat hidup dan cara manusia mengkonsepsikan berbagai proses yang bermacam-macam, yang digunakan untuk
mengatasi kesulitan kebutuhan, lingkungan dan kehidupan sosial lainnya. Tentu manusia selalu mempertimbangkan secara rasional adaptasi mana yang lebih
menguntungkan bagi kehidupan mereka. Seperti halnya kasus Sungai Ciliwung yang diteliti oleh Haddy Ahimsa
menggunakan pendekatan etnoekologi, asumsinya ialah lingkungan efektif dimana lingkungan berpengaruh terhadap prilaku manusia mempunyai sifat
kultural. Ini berarti lingkungan tersebut merupakan lingkungan fisik yang telah diinterpretasikan, ditafsirkan lewat perangkat pengetahuan dan system nilai
tertentu. Ia mencoba mengungkapkan mengenai pola pemanfaatan air dan sungai Ciliwung dengan menggunakan perspektif yang berbeda memusatkan perhatian
pada dimensi makna dan pengetahuan manusia mengenai lingkungan. Dengan menggunakan metode kajian etnoekologi yang menjadi
permasalahan adalah mengapa warga kampung di pinggiran sungai Ciliwung masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, padahal di
kampung mereka telah tersedia fasilitas MCK yang menyediakan air yang “lebih bersih” dari air Ciliwung. Kesimpulan yang diambil adanya perbedaan pandangan
antara masyarakat dan pemerintah dalam soal fungsi sungai Ciliwung. Pemerintah mengatakan sungai Ciliwung dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih penduduk setempat apabila telah dijernihkan melalui proses yang cukup lama, dan kedua air sungai tersebut telah mengalami
Universitas Sumatera Utara
tingkat pencemaran “sedang – berat”. Lain halnya dengan penduduk setempat bahwa air sungai tersebut dapat digunakan untuk mandi, mencuci, bersuci dan
merebus makanan. Kedua air sungai menurut penduduk setempat tidak “tercemar”, malah air sungai tersebut masih lebih bersih dan banyak memiliki
unsur positif dari pada pompa MCK Ahimsa, Heddy dan Wawasan dalam Frita Manurung
Bagan : Kebijakan Merupakan Produk Kebudayaan
5. Metode Penelitian