Pendekatan Penanganan Kualitas Hutan

masyarakat untuk menerapkan pola pertanian akrab lingkungan .Lemahnya perlindungan terhadap masyarakat dari perbuatan pencurian ternak, peredaran pupuk palsu, rendahnya harga jual saat panen merupakan sebahagian indikator yang menjadikan masyarakat apatis terhadap peran dan perubahan yang pernah diprogramkan Pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup petani. Kondisi dan fakta yang berlangsung lama dan telah merugikan masyarakat, harus dihadapi dengan perumusan program perbaikan dan pengembangan yang praktis, namun dapat diyakini masyarakat akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan perbaikan kualitas lingkungan pada daerah hulu SWS Belawan –Belumei, maka program yang harus dikembangkan dan disosialisasikan adalah program pertanian dan penggunaan lahan yang mempertimbangkan aspek ekonomis dan aspek ekologis secara berimbang. Tujuan utama dari program ini adalah perbaikan dan pemulihan fungsi hutan sebagai pengatur tata air. Bila diperlukan, maka masyarakat harus dapat diyakinkan untuk melakukan alih fungsi lahan yang dimilikinya demi kepentingan bersama melalui program perbaikan kualitas lingkungan.

g. Pendekatan Penanganan Kualitas Hutan

Penggunaan lahan pada daerah hulu SWS Belawan –Belumei terdiri dari hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi, taman nasional, dan areal penggunaan lain. Berdasarkan letak topografis serta daya dukungnya terhadap fungsi ekologis SWS Belawan –Belumei, maka areal hutan produksi harus diklasifikasikan sebagai tahun krisis, sehingga penanganan utama harus difokuskan pada area ini disamping aeal penggunaan lain. Lemahnya penegakkan hukum serta besarnya tekanan penduduk terhadap kebutuhan lahan telah mengalihfungsikan hutan lindung, hutan suaka alam dan taman nasional menjadi areal penggunaan lain atau hutan produksi. Daerah yang harusnya 30 adalah hutan, telah berubah fungsi , sehingga areal hutan hanya tinggal 8. Tindakan penjarahan hutan secara terorganisir dan tak terjamah hukum menghabiskan tegakan kayu dari areal hutan. Areal hutan yang hanya tinggal 8 sudah hilang fungsi tata airnya akibat pengambilan humas secara tidak terkendali. Berdasarkan data ini, maka program penanganan kualitas pada daerah hulu SWS Belawan –Belumei yang terutama adalah menjaga dan Universitas Sumatera Utara memulihkan kualitas hutan lindung dan hutan konservasi, mengalihkan lahan hutan produksi menjadi hutan konservasi, dan sebaliknya menjadi hutan lindung, serta mengelola areal penggunaan lain menjadi lahan yang memiliki fungsi pengatur tata air yang bak Upaya pemulihan kualitas lahan kritis secara teknis dapat dilakukan melalui upaya reboisasi, penghijauan, pengaturan pola tanam dan jenis tanaman serta memberdayakan masyarakat lokal. Program pemulihan fungsi pengatur tata air dari areal ini akan sangat membutuhkan perhatian, biaya dan waktu serta partisipasisemua pihak. Pengembalian tegakan pohon dan paparan humus di lantai hutan merupakan indikator keberhasilan program ini. Indikator turunan berikutnya adalah kembali munculnya mata air dan turunnya perbandingan fluktuasi aliran air permukaan dalam SWS Belawan –Belumei.

h. Pengelolaan Air Resapan dan Aliran Air Permukaan