dan Amaq Itrawan saudara laki-laki. Dan karena belum dibagiwariskan, maka tanah tersebut masih merupakan tanah syarikat antara para ahli waris.
3. Pada Tingkat Kasasi Putusan No. 86KAG1994
Pertimbangan hukum pada Putusan MA ini ialah bahwa Mahkamah Agung berpendapat selama masih ada anak baik laki-laki maupun perempuan, maka hak
waris dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah dengan si pewaris kecuali orang tua, suami, dan istri menjadi tertutup terhijab. Bahwa pendapat ini sejalan
dengan pendapat Ibnu Abbas, salah seorang ahli tafsir di kalangan sahabat Nabi dalam menafsirkan kata-
kata “walad” pada ayat 176 Surat An-Nisa yang berpendapat pengertiannya mencakup baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Oleh karena
itu dalam perkara waris ini dengan adanya si Pemohon Kasasi anak perempuan, maka Termohon Kasasi pamannya menjadi terhijab untuk mendapat warisan.
Dengan pertimbangan di atas, dengan tanpa mempertimbangkan keberatan-keberatan lainnya, permohonan kasasi yang diajukan pemohon kasasi Le Putrahimah
dikabulkan dan membatalkan putusan PTA Mataram sehingga Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara di atas dengan menguatkan putusan PA Mataram.
E. Analisa Pertimbangan Hukum
Pada putusan PA Mataram, pertimbangan hakim lebih menekankan pada bukti-bukti yang diberikan oleh para pihak. Pihak Penggugat saat itu tidak bisa
membuktikan tentang kebenaran objek sengketa dan terdapat data yang kabur mengenai identitas Penggugat, sedangkan pihak Tergugat dapat membuktikan tentang
kepemilikan tanah sengketa tersebut berupa Pipil Garuda. Sesuai dengan KUH
Perdata Pasal 1865 dan HIR Pasal 163 bahwa barang siapa yang mengaku mempunyai haknya itu, atau ia menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan
haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu. Pembuktian memegang peranan penting
dalam pemeriksaan perkara dalam persidangan di pengadilan. Dengan adanya pembuktian, hakim akan mendapat gambaran yang jelas terhadap peristiwa yang
sedang menjadi sengketa di pengadilan.
1
Pada persidangan perkara waris di tingkat pertama ini, Penggugat tidak mampu memberikan bukti-bukti yang kuat tentang
objek sengketa. Sedangkan Tergugat mampu memberikan bukti yang kuat berupa akta auntektik yakni Pipil Garuda atas tanah kebun tersebut. Oleh karenanya pada
tingkat pertama, hakim tidak mengabulkan gugatan Penggugat dan tidak menetapkan bahwa Para Penggugat sebagai ahli waris dari Pewaris.
Lalu pada tingkat banding, majelis hakim mempertimbangkan adanya pengakuan dari kedua belah pihak bahwa pada waktu si Pewaris meninggal dunia,
tanah-tanah kebun tersebut masih menjadi hak milik si Pewaris. Maka objek sengketa itu adalah harta peninggalan si pewaris yang belum dibagiwariskan. Pengakuan disini
merupakan salah satu alat bukti yang kekuatan pembuktiannya bersifat sempurna dan menentukan
2
, sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Pasal 1925. Dengan pengakuan di atas, maka tanah tersebut masih merupakan tanah Syarikat antara para
1
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Cet. III, Jakarta: Kencana, 2005, h. 228.
2
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, h. 263.