mengenai tanah kebun objek sengketa merupakan harta peninggalan Amaq Nawiyah yang belum dibagiwariskan kepada ahli warisnya adalah pertimbangan yang
kabur, karena tanah kebun tersebut terbukti telah terdaftar sebagai tanah milik Le Putrahimah sejak tahun 1957. Alasan kasasi berikutnya bahwa tanah kebun objek
sengketa adalah tirkah tersebut tidak didukung bukti-bukti yang kuat. Alasan kasasi terakhir bahwa PTA Mataram telah salah menerapkan hukum karena telah
mendudukan Amaq Itrawan sebagai Ashabah, Le Putrahimah selaku anak Amaq Nawiyah tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan pamannya dalam
pembagian warisan.
C. Putusan Hakim
Pertama, pada putusan PA Mataram yakni putusan No. 85Pdt.G92PA.Mtr diputuskan menolak gugatan Penggugat dan menetapkan pencabutan sita jaminan atas
objek sengketa yang berada pada Tergugat. Kedua, pada tingkat banding, PTA Mataram menjatuhkan putusan No. 19Pdt.G1993PTA.Mtr yakni yang berisi
membatalkan pengangkatan sita jaminan dan menyatakan sah serta berharga sita jaminan No.85Pdt.G1992VPA.Mtr terhadap objek sengketa, menetapkan ahli
waris Amaq Nawiyah adalah Amaq Itrawan saudara laki-laki sekandung dan Le Putrahimah anak perempuan, dengan bagian waris ½ untuk Amaq Itrawan dan ½
untuk Le Putrahimah. Kemudian menetapkan objek sengketa ialah tirkah yang belum dibagiwariskan. Terakhir, pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung menjatuhkan
putusan MA No. 86KAG1994 yakni membatalkan putusan PTA Mataram di atas
dan menetapkan Termohon KasasiPenggugat Awal terhijab untuk mendapatkan warisan karena adanya Pemohon Kasasi anak perempuan.
D. Pertimbangan Hukum
1. Pada Tingkat Pertama Putusan No.85Pdt.G92VPA.Mtr
Pertimbangan hukum pada putusan PA Mataram ini, yakni Penggugat tidak dapat membuktikan tentang luas objek sengketa serta terdapat data yang kabur di
dalam gugatannya tentang identitas Penggugat dan objek gugatannya. Sedangkan Tergugat dapat memberikan bukti-bukti tentang kepemilikan tanah tersebut yaitu
berupa Pipil Garuda, sehingga objek sengketa sah milik Tergugat. 2.
Pada Tingkat Banding Putusan No. 19Pdt.G1993PTA.MTR Pertimbangan hukum pada putusan PTA Mataram ini, bahwa dari hasil
pemeriksaan di PA Mataram terhadap para pihak dan saksi-saksi, sama-sama diakui bahwa Amaq Nawiyah telah meninggal dunia dan telah meninggalkan 1 orang anak
yaitu Le Putrahimah dan 1 orang saudara laki-laki yaitu Amaq Itrawan, dan pada waktu Amaq Nawiyah meninggal dunia, ia meninggalkan 2 bidang tanah kebun yang
belum dibagiwariskan. Meskipun tanah-tanah tersebut telah dibaliknamakan kepada Le Putrahimah dan telah memperoleh Pipil Garuda atas namanya sendiri, namun
karena saat meninggalnya Amaq Nawiyah tanah tersebut masih menjadi milik Amaq Nawiyah sesuai dengan pengakuan kedua belah pihak. Maka tanah kebun tersebut
adalah harta peninggalan Amaq Nawiyah yang diwariskan kepada ahli waris, dan belum dibagiwariskan kepada ahli warisnya yaitu Le Putrahimah anak perempuan
dan Amaq Itrawan saudara laki-laki. Dan karena belum dibagiwariskan, maka tanah tersebut masih merupakan tanah syarikat antara para ahli waris.
3. Pada Tingkat Kasasi Putusan No. 86KAG1994
Pertimbangan hukum pada Putusan MA ini ialah bahwa Mahkamah Agung berpendapat selama masih ada anak baik laki-laki maupun perempuan, maka hak
waris dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah dengan si pewaris kecuali orang tua, suami, dan istri menjadi tertutup terhijab. Bahwa pendapat ini sejalan
dengan pendapat Ibnu Abbas, salah seorang ahli tafsir di kalangan sahabat Nabi dalam menafsirkan kata-
kata “walad” pada ayat 176 Surat An-Nisa yang berpendapat pengertiannya mencakup baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Oleh karena
itu dalam perkara waris ini dengan adanya si Pemohon Kasasi anak perempuan, maka Termohon Kasasi pamannya menjadi terhijab untuk mendapat warisan.
Dengan pertimbangan di atas, dengan tanpa mempertimbangkan keberatan-keberatan lainnya, permohonan kasasi yang diajukan pemohon kasasi Le Putrahimah
dikabulkan dan membatalkan putusan PTA Mataram sehingga Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara di atas dengan menguatkan putusan PA Mataram.
E. Analisa Pertimbangan Hukum
Pada putusan PA Mataram, pertimbangan hakim lebih menekankan pada bukti-bukti yang diberikan oleh para pihak. Pihak Penggugat saat itu tidak bisa
membuktikan tentang kebenaran objek sengketa dan terdapat data yang kabur mengenai identitas Penggugat, sedangkan pihak Tergugat dapat membuktikan tentang
kepemilikan tanah sengketa tersebut berupa Pipil Garuda. Sesuai dengan KUH