Tuntutan PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI NO. 86K AG 1994 DAN ANALISA

mengenai tanah kebun objek sengketa merupakan harta peninggalan Amaq Nawiyah yang belum dibagiwariskan kepada ahli warisnya adalah pertimbangan yang kabur, karena tanah kebun tersebut terbukti telah terdaftar sebagai tanah milik Le Putrahimah sejak tahun 1957. Alasan kasasi berikutnya bahwa tanah kebun objek sengketa adalah tirkah tersebut tidak didukung bukti-bukti yang kuat. Alasan kasasi terakhir bahwa PTA Mataram telah salah menerapkan hukum karena telah mendudukan Amaq Itrawan sebagai Ashabah, Le Putrahimah selaku anak Amaq Nawiyah tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan pamannya dalam pembagian warisan.

C. Putusan Hakim

Pertama, pada putusan PA Mataram yakni putusan No. 85Pdt.G92PA.Mtr diputuskan menolak gugatan Penggugat dan menetapkan pencabutan sita jaminan atas objek sengketa yang berada pada Tergugat. Kedua, pada tingkat banding, PTA Mataram menjatuhkan putusan No. 19Pdt.G1993PTA.Mtr yakni yang berisi membatalkan pengangkatan sita jaminan dan menyatakan sah serta berharga sita jaminan No.85Pdt.G1992VPA.Mtr terhadap objek sengketa, menetapkan ahli waris Amaq Nawiyah adalah Amaq Itrawan saudara laki-laki sekandung dan Le Putrahimah anak perempuan, dengan bagian waris ½ untuk Amaq Itrawan dan ½ untuk Le Putrahimah. Kemudian menetapkan objek sengketa ialah tirkah yang belum dibagiwariskan. Terakhir, pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung menjatuhkan putusan MA No. 86KAG1994 yakni membatalkan putusan PTA Mataram di atas dan menetapkan Termohon KasasiPenggugat Awal terhijab untuk mendapatkan warisan karena adanya Pemohon Kasasi anak perempuan.

D. Pertimbangan Hukum

1. Pada Tingkat Pertama Putusan No.85Pdt.G92VPA.Mtr Pertimbangan hukum pada putusan PA Mataram ini, yakni Penggugat tidak dapat membuktikan tentang luas objek sengketa serta terdapat data yang kabur di dalam gugatannya tentang identitas Penggugat dan objek gugatannya. Sedangkan Tergugat dapat memberikan bukti-bukti tentang kepemilikan tanah tersebut yaitu berupa Pipil Garuda, sehingga objek sengketa sah milik Tergugat. 2. Pada Tingkat Banding Putusan No. 19Pdt.G1993PTA.MTR Pertimbangan hukum pada putusan PTA Mataram ini, bahwa dari hasil pemeriksaan di PA Mataram terhadap para pihak dan saksi-saksi, sama-sama diakui bahwa Amaq Nawiyah telah meninggal dunia dan telah meninggalkan 1 orang anak yaitu Le Putrahimah dan 1 orang saudara laki-laki yaitu Amaq Itrawan, dan pada waktu Amaq Nawiyah meninggal dunia, ia meninggalkan 2 bidang tanah kebun yang belum dibagiwariskan. Meskipun tanah-tanah tersebut telah dibaliknamakan kepada Le Putrahimah dan telah memperoleh Pipil Garuda atas namanya sendiri, namun karena saat meninggalnya Amaq Nawiyah tanah tersebut masih menjadi milik Amaq Nawiyah sesuai dengan pengakuan kedua belah pihak. Maka tanah kebun tersebut adalah harta peninggalan Amaq Nawiyah yang diwariskan kepada ahli waris, dan belum dibagiwariskan kepada ahli warisnya yaitu Le Putrahimah anak perempuan dan Amaq Itrawan saudara laki-laki. Dan karena belum dibagiwariskan, maka tanah tersebut masih merupakan tanah syarikat antara para ahli waris. 3. Pada Tingkat Kasasi Putusan No. 86KAG1994 Pertimbangan hukum pada Putusan MA ini ialah bahwa Mahkamah Agung berpendapat selama masih ada anak baik laki-laki maupun perempuan, maka hak waris dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah dengan si pewaris kecuali orang tua, suami, dan istri menjadi tertutup terhijab. Bahwa pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu Abbas, salah seorang ahli tafsir di kalangan sahabat Nabi dalam menafsirkan kata- kata “walad” pada ayat 176 Surat An-Nisa yang berpendapat pengertiannya mencakup baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Oleh karena itu dalam perkara waris ini dengan adanya si Pemohon Kasasi anak perempuan, maka Termohon Kasasi pamannya menjadi terhijab untuk mendapat warisan. Dengan pertimbangan di atas, dengan tanpa mempertimbangkan keberatan-keberatan lainnya, permohonan kasasi yang diajukan pemohon kasasi Le Putrahimah dikabulkan dan membatalkan putusan PTA Mataram sehingga Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara di atas dengan menguatkan putusan PA Mataram.

E. Analisa Pertimbangan Hukum

Pada putusan PA Mataram, pertimbangan hakim lebih menekankan pada bukti-bukti yang diberikan oleh para pihak. Pihak Penggugat saat itu tidak bisa membuktikan tentang kebenaran objek sengketa dan terdapat data yang kabur mengenai identitas Penggugat, sedangkan pihak Tergugat dapat membuktikan tentang kepemilikan tanah sengketa tersebut berupa Pipil Garuda. Sesuai dengan KUH

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88