Sebab-Sebab Mewariskan Rukun, Syarat, Sebab dan Penghalang Mewarisi

tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia kini. Dimana saat ini tidak ada lagi perbudakan di Indonesia, karena setiap warganya telah dilindungi hak kemerdekaannya sebagai manusia dan warga negara.

4. Penghalang-Penghalang Mewarisi

Penghalang-penghalang mewarisi ialah tindakan atau hal-hal yang dapat menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi harta peninggalan setelah adanya sebab-sebab mewarisi. 25 Maka, yang dilarang mendapatkan hak waris adalah seseorang ahli waris yang mempunyai sebab mewarisi, tetapi ia melakukan tindakan yang dapat menggugurkan kelayakan mewarisi. Penghalang-penghalang kewarisan yang disepakati oleh segenap ulama ialah: a. Pembunuhan. Pembunuhan ialah kesengajaan seseorang mengambil nyawa orang lain secara langsung atau tidak langsung. Para ulama fiqh sepakat bahwa pembunuhan merupakan salah satu penghalangan dalam hukum waris. Dengan demikian seseorang pembunuh tidak bisa mewarisi harta peninggalan orang yang dibunuh. 26 Hal ini berdasarkan Hadis Nabi dari Abu Hurairah menurut riwayat Abu Dawud: Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Pembunuh tidak boleh mewarisi”. 27 25 Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, h. 45-46. 26 Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, h. 56. 27 Ibnu Majah, Sunanu Ibnu Majah, Juz II, Darul Fikri, h. 913 Para ulama sepakat bahwa pembunuhan yang disengaja dapat menjadi penghalang mewarisi. Sedangkan pembunuhan yang tidak sengaja terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Para ulama pun sepakat orang yang terbunuh dapat mewarisi harta si pembunuh. b. Berlainan Agama. Para ahli fiqih telah bersepakat bahwasanya, berlainan agama antara orang yang mewarisi dengan orang yang mewariskan merupakan salah satu penghalang dari beberapa penghalang mewarisi. Berlainan agama terjadi antara Islam dengan yang lainnya. Dengan demikian, orang kafir tidak bisa mewarisi harta orang Islam dan seorang Muslim tidak dapat mewarisi harta orang kafir. 28 Sebagaimana sabda Nabi SAW. berikut: Dari Usamah bin Zaid semoga Allah meridhainya bahwa Nabis SAW. bersabda: “Orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafir pun tidak dapat mewarisi harta orang Islam.” HR. Bukhari 29 c. Perbudakan. Para Faradhiyun telah bulat pendapatnya untuk menetapkan perbudakan itu adalah suatu hal yang menjadi penghalang pusaka- mempusakai, berdasarkan adanya petunjuk umum dari suatu nash yang sharih 28 Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, h. 47. 29 Al-Bukhariy, Shahih al Bukhariy, Juz IV, Beirut, Lebanon: Dar Al-Khotob Al-Ilmiyah, h. 325. yang menafikan kecakapan bertindak seorang budak dalam segala bidang, yakni firman Allah SWT. yang termaktub dalam surat An-Nahl ayat 75, yang artinya: “Allah telah membuat perumpamaan, yakni seorang budak yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun…..”. Mafhum ayat tersebut menjelaskan bahwa budak itu tidak cakap mengurus hak milik kebendaaan dengan jalan apa saja. Dalam soal pusaka-mempusakai terjadi di satu pihak melepaskan hak milik kebendaan dan di satu pihak yang lain menerima hak milik kebendaan. Oleh karena itu terhalangnya budak dalam pusaka- mempusakai ditinjau dari dua arah yaitu mempusakai harta peninggalan dari ahli warisnya dan mempusakakan harta peninggalan kepada ahli warisnya lantaran ia belum bebas secara sempurna dari perbudakan. Hal tersebut sebagaimana pendapat Abu Hanifa h, Imam Syafi‟ dan ulama jumhur. 30

C. Asas-Asas Kewarisan

Terdapat lima asas yang menunjukkan bentuk karakteristik dari Hukum Kewarisan Islam itu sendiri, antara lain: 1. Asas Ijbari Dijalankannya asas ijbari dalam Hukum Kewarisan Islam mengandung arti bahwa peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut kehendak Allah tanpa tergantung kepada kehendak dari pewaris atau permintaan ahli waris. Unsur paksaan sesuai dengan arti 30 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, h. 83-84.

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88